ANAK BANGSA

Di beri predikat sebagai anak bangsa sejak lahir, memang adalah suatu kebanggaan
Namun apa bukti kita bangga dengan predikat itu?
Sudahkah kita melakukan sesuatu yang mengidentikkan kita dengan anak bangsa?
Seperti hal nya ketika kita disebut anak bayi, anak sekolahan, anak kampus, anak kafe, anak basket, anak nongkrong
Kita pasti akan disebut anak .... kalau kita berperilaku selayaknya dan mencerminkan identitas kita kan?

Lalu apa yang dilakukan oleh anak bangsa?
Cukupkah hanya dengan tinggal dan pasif disuatu bangsa maka kiita sudah disebut anak bangsa?
Hal kecil yang bisa ku lakukan sebagai anak bangsa adalah berproses kreatif untuk membangun sebuah bangsa

Aku tidak bermimpi untuk berada di tengah kepopuleran atau di tengah kenyamanan hidup
Aku bermimpi dikelilingi oleh anak-anak bangsa lain yang sangat mencintai Tuhan dan tanah airnya

Suatu fakta dari pengabdianku sebagai anak bangsa
di suatu kecamatan di beberapa sekolah dari beberapa desa
Proses belajar mengajar yang berlangsung, ada guru yang sangat rajin, ada juga guru yang malas
Ada murid yang sangat pintar dan Banyak pula murid yang sangat senang berkelahi dan malas belajar
Ada murid yang berbakat tetapi tidak mendapat perhatian dan fasilitas yang menunjang

Banyak pula murid berbakat yang kehilangan kesempatan untuk adu bakat atau berkompetisi karena tidak memiliki surat surat negara
Mereka tidak memiliki akta lahir, tidak tercatat di rumah sakit mana, ditangani oleh dokter siapa atau bidan siapa
Bahkan orang tua mereka banyak yang tidak memiliki KTP, buku nikah, dan kartu keluarga
Itu semua menghambat mereka untuk mendapatkan penjaminan hidup yang layak dari negara
Sehingga seringkali mereka merasa diperlakukan tidak adil
Warga mampu justru mendapatkan hak yang lebih besar dan bantuan dari pemerintah karena mereka memiliki persyaratan dan data yang lebih lengkap ketimbang warga yang kurang mampu
Akar penyebabnya karena tingkat pendidikan orang tua yang masih sangat rendah, tidak tamat SD dan paling tinggi adalah tamatan SMP
banyak yang tidak bisa baca tulis, sehingga tidak mengerti jika berurusan dengan administrasi

Ditambah lagi dengan perihal ekonomi yang sangat lemah, membuat mereka sangat terbatas dalam mobilisasi
mereka hanya bekerja di ladang, atau di laut belakang rumah.
Mereka tidak punya kendaraan, dan akses transportasi umum juga tidak ada
Hal ini membuat mereka sangat terbatas dalam pengejaran hak hidup layak, 
bertahun-tahun lamanya mereka hidup tanpa akses yang memadai, 
Biaya yang besar untuk mobilitas, sehingga membuat mereka terpaksa untuk diam dan menunggu di rumah

Penerapan kurikulum pendidikan yang juga berbeda jauh dengan di kota
terbatasnya tenaga guru dan pengajar
anak SD tidak menerima pelajaran bahasa inggris
Baru di SMP mereka akan menerimanya dengan tahap pembelajaran dan buku pendamping setara dengan kurikulum SMP di kota
demikian juga dengan sarana prasarana komputer yang tidak memadai
Ketiadaan dan ketidakstabilan pasokan listrik juga membuat alat-alat elektronik tidak berfungsi dengan baik dalam waktu yang lama
Hal ini menuntut anak-anak yang memiliki kemampuan ekonomi dan cerdas serta mau berprestasi harus hidup terpisah dengan orang tuanya
menuntut ilmu di kabupaten lain yang lebih baik, 
Tak jarang sejak SMP mereka sudah berani untuk merantau ke tempat lain

Dan yang tertinggal di desa hanya anak-anak yang masih kecil baru memasuki dunia pendidikan
dan juga anak-anak yang tidak tertarik sekolah
Setiap hari bermain dan berkeliaran
Tak jarang pula ada desa tertentu yang anak-anak mudanya sudah mengenal bahkan mengonsumsi narkoba
Sejak SD ada dari mereka yang sudah mengisap rokok dan membelinya di warung warung kecil dekat sekolah
Tentu saja mereka bisa membelinya dengan cara berbohong
Ada banyak hal yang tidak diketahui oleh orang tua
Namun sikap orang tua terhadap mereka berbeda-beda
Ada yang memang sangat perhatian, overprotektif, bahkan ada yang cuek karena pekerjaan yang melelahkan ataupun pekerjaan di luar kota
Sehingga anak-anak ini tidak terawasi dengan baik
Problematika rumah tangga yang pelik juga menjadi alasan
Orangtua yang bercerai, keluarga yang sering bertengkar, atau padatnya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Demikian juga masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat
Tidak adanya dokter yang siaga di puskesmas puskesmas
Hanya ada perawat umum dan perawat gigi yang melakukan berbagai tindakan medis
Jika ada kondisi darurat pasien seringkali di rujuk ke rumah sakit terdekat namun dengan jarak yang cukup jauh dari tempat
Tidak sedikit pula mereka yang meninggal dalam perjalanan
atau mereka yang memasrahkan atau menyerahkan hidupnya pada kekuatan dukun dukun lokal untuk mendapat kesembuhan

Hal-hal diatas sebagian kecil dari kompleksitas problem yang ada di daerah.
Bukankah Indonesia ini sedemikian luasnya? Jadi masalah yang panas di kota belum tentu panas di desa. Padahal keberadaan daerah yang terdiri dari desa-desa jauh lebih banyak dan luas jangkauannya, sekalipun ada di dalam batas wilayah kabupaten.
Karena satu kabupaten di daerah dapat meliputi hutan berhektar-hektar dan pegunungan yang berbukit-bukit, serta laut dan danau yang membentang hingga harus dihubungkan dengan banyak jembatan.
Namun kesempatan masyarakat tidak berbanding lurus dengan kompleksitas permasalahan, yang notabene berbeda dengan apa yang didapat di kota.
Sebut saja akses terhadap kantor pos, Bank, Pom Bensin yang berada puluhan kilometer jauhnya dari tempat masyarakat.
Minimal 20 km untuk menjangkaunya. Belum lagi Samsat yang jauh sekali dari jangkauan, minimal 40km jauhnya. Maka adalah hal yang wajar jika kendaraan bermotor penduduk telah habis masa berlaku STNKnya, plat nomor yang mati atau tidak terpasang atau bahkan pajak yang tak terbayarkan.
Maka kenaikan pajak STNK bukan menjadi suatu masalah bagi mereka. Karena membayarpun tidak pernah, bukan karena mereka memberontak tetapi karena akses yang begitu jauh dan informasi yang tidak merata karena tanpa penyuluhan dan tanpa media yang mengedukasi.
Keberadaan koperasi desa atau koperasi petani juga sudah tak lagi hidup, tidak lagi beroperasi.
Begitu juga dengan koperasi nelayan dan tempat pelelangan ikan yang harusnya bisa membangkitkan perekonomian masyarakat.
Lalu bagaimana dengan petani coklat yang lahannya tak lagi menghasilkan?Padahal tanahnya berhektar-hektar namun tidak produktif karena pasrah terhadap hama coklat.
Kebutuhan dasar mereka setelah sandang, pangan dan papan adalah tentang pendidikan, kesehatan, mata pencaharian dan akses informasi.
Siapakah yang akan membuka jendela?

Dimana peran kita sebagai anak bangsa?
bisakah kita hanya duduk diam di kursi bersofa sambil memutar mutar tempat duduk atau duduk lesu di belakang meja?
yaah.. aku tahu hidup dengan sendiri saja sudah susah, apalagi dengan mengurus hidup orang lain
tetapi bukankah berbagi dan menolong sesama masih jauh lebih baik daripada menahan beban seorang diri?
mereka membutuhkan kita para anak bangsa
takkah tergetar hati kita ini ketika melihat senyuman tulus mereka
takkah perih rasa dada ini ketika melihat mereka meneteskan peluh dan kebingungan bergelayut di wajah mereka?

Sedikit saja yang bisa kulakukan bagi mereka
saudara sebangsaku
membuat peradaban dan menjadi jawaban dari setiap doa
mengulurkan tangan membantu
dan membagi pengetahuan yang pernah ku enyam selama belasan tahun
pada akhirnya pendidikanku dan masa laluku bukan milikku sendiri
masa depan dan mimpiku juga bukan milikku sendiri
mereka juga memiliki masa depan dan mimpi yang juga sama

Maukah kamu juga meluangkan pikiran, tenaga, dan dana untuk menjadi solusi bagi saudara sebangsa kita yang lain?
Aku bersyukur jika, kamu sudah melakukannya.
Namun jika belum, tidak ada kata terlambat. kita dapat melakukan bagian kita, sekecil dan sesederhana apapun itu akan menjadi suatu hal yang benilai harganya.
sebab yang termahal di dunia ini adalah kasih dan ketulusan untuk berbagi dan memberi.

Salam anak bangsa.
-Ellsadayna-


Comments

Popular posts from this blog

CARA SKORING TES PSIKOLOGI VSMS

Laporan dan Deskripsi Observasi VSMS

Analisis Film menurut Teori Psikologi Sosial