Jurnal: “Profil Kondisi Lingkungan terhadap Perilaku Penghuni Menurut Teori Ekologi”

“Profil Kondisi Lingkungan terhadap Perilaku Penghuni Menurut Teori Ekologi
(Studi Kasus di Pemukiman Kumuh Daerah Pacar Keling, Surabaya)

Oleh:

Chusnul Khotimah, Trias Novita Ellsadayna
Universitas Trunojoyo Madura

Abstrak

Tuntutan hidup yang semakin tinggi di kota Surabaya membuat sejumlah masyarakat memilih untuk tetap tinggal di pinggiran kota metropolitan tersebut. Kepadatan dan kesesakan yang semakin tidak terhindar dari banyaknya penduduk di kota Surabaya akhirnya banyak memunculkan hunian-hunian liar, di sepanjang bantaran sungai di kota Surabaya. Banyaknya hunian tersebut memunculkan pemukiman yang kumuh, tidak terawat serta dalam kondisi tersebut banyak perilaku penghuni yang dapat dikaji menurut teori ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kondisi lingkungan terhadap perilaku penghuni menurut teori ekologi (interaksi manusia dengan lingkungan). Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini mewawancarai secara mendalam (indepth interview) pengalaman 3 orang subjek. Ketiga partisipan terpilih secara random yaitu bersedia menjadi resonden, kategori usia dewasa berjenjang yaitu awal, madya dan akhir, dan bertempat tinggal di pemukiman kumuh. Hasil penelitian setelah dilakukan analisa data menunjukkan bahwa dari ketiga subyek yang telah diwawancarai bahwa dari ketiga aspek yang diangkat yakni perilaku terhadap lingkungan fisik, hubungan sosial dan stress lingkungan menyatakan pernyataan yang hampir sama bahwa menerima dengan legowo kondisi fisik lingkungannya, hubungan sosial tergolong rendah karena muncul perilaku ingin lebih tinggi daripada yang lain dan tidak mengalami stress lingkungan secara berarti bagi kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu hal yang menarik ini perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai perilaku apa saja yang muncul jika ditinjau dari teori ekologi pada masyarakat yang berekonomi tertekan dan terhimpit tersebut.

Keyword: Lingkungan kumuh, perilaku, teori ekologi

A.            Latar Belakang Masalah
Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang fatal dan kemudian menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya. Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Kota yang mempunyai hampir semua fasilitas untuk meningkat taraf dan kualitas hidup penghuninya, namun masih saja terdapat kelompok masyarakat yang hidup dalam keadaan menyedihkan atau tidak sesuai dengan standar hidup yang layak.
Sunartiningsih, (Orientasi Nilai Budaya Penghuni Pemukiman Kumuh : 2000) mengatakan bahwa kota sendiri belum mampu untuk memberikan lapangan kerja kepada pendatang-pendatang baru tersebut, yang biasanya terdiri dari orang-orang yang rendah pendidikannya, kurang mempunyai keterampilan dan kurang modal. Dengan demikian mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan memadai di kota. Pada akhirnya mereka mengerjakan pekerjaan apa saja asal dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Penghasilan mereka rendah dan penuh ketidakpastian. Mereka inilah yang termasuk golongan miskin di kota.
Pemukiman kumuh identik dengan kemiskinan. Karakteristik dan kriteria yang digunakan untuk mengenali penduduk miskin bervariasi, tetapi umumnya yang dijadikan acuan adalah penguasaan tanah, jenis pekerjaan atau tingkat pendapatan, kondisi kehidupan sehari-hari, dan hubungan dengan anggota masyarakat lainnya. Hasil studi konsolidasi memperlihatkan bahwa karakteristik penduduk miskin yang paling banyak dijadikan acuan adalah kondisi fisik rumah, pendidikan anak, jenis pekerjaan atau upah, dan pemenuhan kebutuhan pangan.
Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka mulai dari sandang, pangan dan tempat tinggal yang layak, untuk mendapatkan itu semua harus dilakukan usaha yang ekstra. Mendapatkan kehidupan yang lebih baik adalah hak asasi setiap manusia, oleh karena itu usaha atau kegiatan manusia mencari kehidupan yang lebih baik tidak dapat dipisahkan dari sekitar kita. Maka muncul keinginan warga desa untuk melakukan migrasi ke kota yang dibarengi pola pikir bahwa kota merupakan tempat untuk mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Namun tidak sedikit warga desa yang tersingkir akibat kurang mampunya melakukan persaingan di kota demi meningkatkan taraf kehidupan. Karena tersingkirnya persaingan kehidupan kota maka segelintir kaum yang bersaing memilih alternatif yang salah, akibat kurangnya pengertian akan hidup yang layak dan kurannya modal yang cukup yaitu pekerjaan yang tetap sebagai pegangan untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah kehidupan kota. Sementara kota sendiri tidak dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka pendatang baru yang dimana kurang memiliki keterampilan dan rendah pendidikan.
Maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi apa saja yang menjadi motif bagi penghuni pemukiman kumuh bertahan dalam kondisi kumuh demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Fenomena pemukiman kumuh yang ada di sepanjang bantaran sungai di Pacar Keling, Surabaya merupakan salah satu fenomena kemiskinan yang perlu kita ketahui sifatnya. Apakah kemiskinan yang terjadi dikarenakan kebudayaan kemiskinan, struktur sosial atau kemiskinan yang bersifat kondisional. Kemiskinan memiliki pemaknaan yang berbeda-beda pada setiap individu. Untuk itu perlu diketahui sifat dari kemiskinan yang ada di kawasan bantaran sungai di Pacar Keling tersebut. Setelah mengetahui sifat kemiskinan yang ada di kawasan kumuh sepanjang bantaran sungai tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja perilaku-perilaku yang ditimbulkan pada penghuni kumuh terhadap lingkungan fisik, terhadap hubungan sosial dan apabila mengalami stress lingkungan. Maka dari itu kami mengangkat fenomena tersebut untuk dikaji dengan judul Profil Lingkungan Kumuh terhadap Perilaku Penghuni Menurut Teori Ekologi, Studi Kasus di Daerah Pacar Keling, Surabaya.



B.            Rumusan Masalah
1.             Bagaimana perilaku yang muncul pada penghuni pemukiman kumuh terhadap lingkungan fisik?
2.             Bagaimana perilaku yang muncul pada penghuni pemukiman kumuh terhadap hubungan sosial?
3.             Bagaimana perilaku yang muncul pada penghuni pemukiman kumuh saat mengalami  stress lingkungan?

C.            Tujuan
1.             Untuk mengetahui perilaku yang muncul pada penghuni pemukiman kumuh terhadap lingkungan fisik
2.             Untuk mengetahui perilaku yang muncul pada penghuni pemukiman kumuh terhadap hubungan sosial
3.             Untuk mengetahui perilaku yang muncul pada penghuni pemukiman kumuh saat mengalami stress lingkungan

D.           Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian yang kami lakukan yaitu:
1.             Manfaat Teoritis
          Adapun manfaat teoritis yang ingin dicapai adalah dapat memberikan wawasan sekaligus gambaran mengenai profil lingkungan kumuh dan perilaku yang muncul pada penghuni pemukuman kumuh di daerah Pacar Keling Surabaya serta memperkaya ranah pengetahuan dibidang psikologi lingkungan.
2.             Manfaat Praktis
a.             Untuk Masyarakat
Agar masyarakat mengerti dan memahami profil lingkungan kumuh yang mereka huni dan mengetahui bagaimana perilaku yang muncul pada kehidupan sehari-hari merekaserta bisa menjaga kebersihan rumah dan lingkungan disekitar mereka.
b.             Untuk Pemerintah
Agar pemerintah lebih peka lagi bahwa masih banyak permukiman yang tidak layak huni yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan segera memberikan tindak lanjut berupa pembangunan pemukiman yang layak bagi masyarakat.
c.              Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dari hasil penelitian ini, bermanfaat bagi semua pembaca dan juga bermanfaat bagi peneliti untuk menjadi sumber informasi berikutnyaserta peneliti selanjutnya agar lebih menggali aspek lain yang berpengaruh pada kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di pemukiman kumuh.

B.            TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Pemukiman Kumuh
2.1.1   Pengertian
Pemukiman  sering  disebut  perumahan  dan  atau  sebaliknya  pemukiman berasal dari kata  housing  dalam  bahasa  Inggris  yang  artinya  adalah  perumahan  dan kata  human settlement  yang  artinya  pemukiman.  Perumahan  memberikan  kesan tentang  rumah  ataukumpulan  rumah  beserta  prasarana  dan  sarana  lingkungan. Perumahan  menitikberatkan  pada fisikatau benda mati, yaitu houses dan land settlement.
Pemukiman  memberikan  kesan  tentang pemukim atau kumpulan pemukim  beserta  sikap  dan  perilakunya  di  dalam lingkungan,  sehingga  pemukiman menitikberatkan  pada  sesuatu  yang  bukan  bersifat  fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian  perumahan  dan pemukiman  merupakan dua hal yang  tidak  dapat  dipisahkan  dan  sangat  erat  hubungannya,  pada  hakikatnya  saling melengkapi (Kurniasih, 2007). Kumuh  adalah  kesan  atau  gambaran  secara  umum  tentang  sikap  dan  tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai akibat. Ditempatkan  di  manapun  juga,  kata  kumuh  tetap  menjurus  pada  sesuatu  hal yang bersifat negatif.
Permukiman kumuh dipilah atas tiga macam berdasarkan asal atau proses terjadinya, yaitu (Sutanto, 1995):
a.    Kumuh bangunan (created), daerah hunian masyarakat ekonomi lemah dengan ciri fisik :
1.    Bangunan mudah dipindah,
2.    Dibangun dengan bahan seadanya,
3.    Sebagian besar dibangun sendiri oleh penghuni (kumuh sejak awal).
b.    Kumuh turunan (generated);
1.    Rumah-rumah yang semula dibanguan dengan ijin, pada bagian kota yang lama, kondisinya semakin memburuk sehingga menjadi rumah kumuh,
2.    Desa lama yang terkepung oleh pemekaran kota yang cepat,
3.    Banguan dan prasarana merosot oleh kurangnya pemeliharaan.
c.    Kumuh dalam proyek perumahan (in project housing);
1.    Kelompok proyek perumahan yang disediakan oleh badan pemerintah bagi masyarakat ekonomi lemah,
2.    Rumah-rumah diperluas sendiri oleh penghuni dengan pemeliharaan sangat jelek yang mengakibatkan kemerosotanjasa prasarana.

2.1.2        Ciri – Ciri Pemukiman Kumuh
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (1984) adalah:
1.    Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2.    Kondisi  hunian  rumah  dan  pemukiman  serta  penggunaan  ruangannya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.  
3.    Adanya  tingkat  frekuensi  dan  kepadatan  volume  yang  tinggi  dalam  penggunaan  ruang-ruang  yang  ada  di  pemukiman  kumuh  sehingga mencerminkan  adanya 
kesemrawutan  tata  ruang  dan  ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4.    Pemukiman  kumuh  merupakan  suatu  satuan-satuan  komuniti  yang  hidup secara tersendiri dengan  batas-batas  kebudayaan  dan sosial  yang   jelas,  yaitu terwujud sebagai:
a.    Sebuah  komuniti  tunggal,  berada  di  tanah  milik  negara,  dan  karena  itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b.    Satuan  komuniti  tunggal  yang  merupakan  bagian  dari  sebuah  Rukun Tetangga, atau sebuah Rukun warga.
c.    Sebuah  satuan  komuniti  tunggal  yang  terwujud  sebagai  sebuah Rukun  Tetangga  atau  Rukun  warga  atau  bahkan  terwujud  sebagai sebuah Kelurahandan bukan hunian liar.
5.    Penghuni  pemukiman  kumuh  secara  sosial  dan  ekonomi  tidak  homogen, warganya  mempunyai  mata  pencaharian  dan  tingkat  kepadatan  yang beranekaragam,  begitu  juga  asal  muasalnya.  Dalam  masyarakat  pemukimankumuh  juga  dikenal  adanya  pelapisan  sosial  berdasarkan  atas  kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
Jadi pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian atau tempat tinggal/rumah beserta  lingkungannya,  yang  berfungsi  sebagai  rumah  tinggal  dan  sebagai  sarana pembinaan keluarga, tetapi tidak layak huni ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, sarana  dan  prasarananya,  fasilitas  pendidikan,  kesehatan  serta  sarana  dan  prasarana sosial budaya masyarakat.

2.1.3        Faktor Penyebab Pertumbuhan Pemukiman Kumuh
Dalam perkembangannya pertumbuhan permukiman kumuh ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Constantinos A.Doxiadis (1968), disebutkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.             Growth of density (pertambahan penduduk)
Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.
b.             Urbanization (Urbanisasi)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.
Menurut Khomarudin, 1997 penyebab utama tumbuhnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut :
1.    Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah,
2.    Sulit mencari pekerjaan,
3.    Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
4.    Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,
5.    Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah,
6.    Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

2.2              Perilaku
2.2.1        Pengertian
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan:berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan/goal. Dengan adanya kebutuhan akan muncul motivasi atau penggerak. Sehingga individu itu akan beraktifitas untuk mencapai tujuan & mengalami kepuasan. Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial yaitu :pengaruh hubungan antara organisasi dengan lingkungannya.
2.2.2        Proses Pembentukan Perilaku Menurut Para Ahli
a.                  Skinner (1983)
Menurut Skinner, perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Teori Skinner disebut teori S-O-R (stimulus-organisme-respon.Ada 2 jenis respons menurut teori S-O-R :
1.    Respondent respon : respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu & menimbulkan respons yang relatif tetap.
2.    Operant respon : respons yang timbul & berkembang kemudian diikuti oleh stimuli yang lain.
Berdasarkan teori S-O-R, perilaku manusia dibagi 2 kelompok:
1.    Perilaku tertutup, yaitu perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Contoh : perasaan, persepsi, perhatian.
2.    Perilaku terbuka, yaitu perilaku yang dapat diamati oleh orang lain berupa tindakanatau praktek.

b.                  Benyamin Bloom (1908)
Menurutnya ada 3 tingkat ranah perilaku :
1.    Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki.
2.    Sikap (attitude). Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
3.    Tindakan atau praktek. Praktek terpimpin adalah melakukan sesuatu tetapi masih menggunakan panduan. Sedangkan praktek secara mekanisme adalah melakukan sesuatu hal secara otomatis.
4.    Adapapun adopsi adalah tindakan tidak hanya rutinitas tetapi sudah dilakukan modifikasi perilaku yang berkualitas.

c.                   Rogers (1974)
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1.    Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2.    Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3.    Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini brarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4.    Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5.    Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

2.2.3   Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
1.             Faktor Biologis
Yaitu adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia dan bukan pengaruh lingkungan atau sitausi. Misalnya bercumbu, memberi makan, merawat anak danperilaku agresif. Selain itu, adanya motif biologis yang mendorong perilaku manusia juga menjadi faktor biologis yang mempengaruhi prilaku manusia.
2.             Faktor Sosiopsikologis
          Komponen afektif yaitu aspek emosional dari faktor sosiopikologis. Komponen kognitif yaitu aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahuimanusia. Komponen konatif yaitu aspek visional yang berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak. Komponen afektif terdiri dari sosiogenis, sikap dan emosi. Motif sosiogenis (motif sekunder). Menurut David Mc Clelland motif sosiogenis terdiri dari kebutuhan berprestasi, kebutuhan akan kasih sayang dan kebutuhan berkuasa.
3.             Sikap
Sikap adalah Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi ide, objek, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong ataumotivasi. Sikap relatif lebih menetap. Sikap mengandung aspek evaluatif dan Sikap timbul dari pengalaman.
4.             Emosi
Menunjukkan kegoncangan organisme disertai gejala kesadaran,keperilakuan & proses fisiologis. Fungsi emosi adalah untuk pembangkit energi, pembawa informasiintrapersonal, pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal dan sumber informasi tentang keberhasilan kita.
5.             Lamanya Emosi
Lamanya emosi bisa berlangsung singkat dan bisa berlangsung lama. Mood lah yang mempengaruhi persepsi pada stimuli yang merangsang alat indera.
6.             Intensitas Emosi
Intensitas emosi meliputi emosi ringan dan kuat. Emosi ringan adalah meningkatkan perhatian pada situasi yang dihadapi dan disertai perasaan tegang sedikit.Emosi kuat adalah disertai rangsangan fisiologis yg kuat, detak jantung, tekanan darah, pernafasan dan ardenalin. Semua itu terjadi peningkatan.

2.2.4   Perilaku yang Muncul pada Penghuni Pemukiman Kumuh
a.)           Perilaku terhadap Lingkungan Fisik
Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan fisik. Lingkup perilaku ini sesuai dengan lingkungan atau tempat yang sering mereka gunakan, yaitu:
1.    Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
2.    Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau kotoran. Disini menyangkut pula hygiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.
3.    Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair maupun padat. Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat dan dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
4.    Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat menyangkut ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
5.    Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.
b.)           Perilaku terhadap Hubungan Sosial
Perilaku ini adalah respons individu terhadap hubungan sosial:
Y            Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.
Y            Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.
Y            Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya.
Y            Simpatik atau tidak simpatik
Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya.

c.)                Perilaku terhadap Psikologis (Stress Lingkungan)
Reaksi psikologis terhadap stress dapat meliputi :
a.             Kognisi
Stress dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. Stressor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak. Kognisi dapat juga berpengaruh dalam stress (Cohen dkk dalam sarafini, 1994). Baum (dalam sarafini, 1994) mengatakan bahwa individu yang terus menerus memikirkan stressor dapat menimbulkan stress yang lebih arah terhadap stressor.
b.             Emosi
Emosi cenderung terkait dalam stress individu seiring menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stress. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stress dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stress yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi dan rasa amarah (Sarafino, 1994).

2.3         Teori Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik organisme dengan alam sekitarnya.  Istilah ekologi mula-mula dipakai oleh sarjana Jerman, Ernest Haecel (1869)Ekologi berasal dari kata Yunani oikos, yangberarti rumah & logos yang berarti ilmu/pengetahuan. Jadi ekologi mengkaji hubungan timbal-balik organisme dengan lingkungannya.
Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak.Lima sistem lingkungan teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Bronferbrenner (1995, 2000); Bronfenbrenner & Morris, makrosistem, dan kronosistem.
a)   Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain.
b)   Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu mesosistem penting adalah hubungan antara sekolah dan keluarga.
c)    Eksosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan dewan pengawas taman di dalam suatu komunitas.
d)   Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak.
e)   Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari perkembangan anak. Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong pertama (Louv, 1990).
Bronferbrenner makin banyak memberi perhatian kepada kronosistem sebagai sistem lingkungan yang penting. Dia memerhatikan dua problem penting: (1) banyaknya anak di Amerika yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga single-parent; dan (2) penurunan nilai-nilai (Bronferbrenner dkk., 1996).
Perilaku manusia merupakan bagian dari komplektisitas ekosistem (Hawley dalam Avin dikutip dari Himman dan Faturochman, 1994), yang mempunyai beberapa asumsi dasar sebagaai berikut:
a)    Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan
b)   Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia-lingkungan
c)    Interaksi manusia-lingkungan bersifat dinamis
d)   Interaksi manusia-lingkungan terjadi berbagai level dan tergantung pada fungsi
e)    Komponen yang berpengaruh dalam ekologi manusia:
f)     Komponen manusia (penduduk)
g)    Komponen daya dukung alam (lingkungan)
h)    Komponen ilmu pengetahuan & teknologi
i)      Komponen organisasi
Tiap komponen akan saling tergantung ataupun akan mempengaruhisatu dengan lainnya. Ketergantungan atau saling mempengaruhi tersebut dapat membentuk suatu sistem Ecological Complex/Neo Ecology (Schnore & Duncan, 1958/1959)

C.                METODE PENELITIAN
3.1              Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan naturalistik. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2008).
Metode penelitian kualitatif deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta yang ada di lapangan terkait dengan profil lingkungan kumuh pada permukiman kumuh yang berada di Pacar Keling, Surabaya. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus (batasan masalah) diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umum.
Dari penjelajahan umum ini peneliti memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi penelitian. Dalam hal ini gambaran umum penelitian yang diperoleh adalah perilaku apa saja yang timbul jika dikaitkan terhadap respon penghuni terhadap lingkungan fisiknya, terhadap hubungan sosialnya serta sikap apabila mengalami stress lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut pada permukiman kumuh yang di teliti. Untuk mendukung data-data yang diperoleh di lapangan, dilakukan juga wawancara mendalam (depth interview) kepada subyek untuk memperoleh hasil akurat.
3.2              Batasan Istilah
Didalam penelitian ini terdapat batasan istilah yang digunakan peneliti untuk menghindari adanya penyalahartian judul dan menjadikan peneliti lebih fokus terhadap masalah yang dikaji. Adapun batasan istilah yang digunakan adalah :
1.                  Perilaku terhadap lingkungan fisik: Perilaku yang muncul dari individu sebagai reaksi terhadap lingkungan fisik yang ada di sekelilingnya.
2.                  Perilaku terhadap hubungan sosial: Perilaku yang muncul dari individu sebagai reaksi terhadap hubungan sosial  yang ada di sekelilingnya.
3.                  Perilaku terhadap stress lingkungan:Perilaku yang muncul dari individu sebagai reaksi saat mengalami stress lingkungan.
4.                  Teori Ekologi: Teori yang menguraikan interaksi antara individu dengan lingkungan.

3.3              Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini sebanyak 3 orang. Penelitian menggunakan subjek berdasarkan ciri-ciri yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian, dengan karakteristik sebagai berikut :
1.                  Subjek adalah individu yang tinggal di pemukiman kumuh Pacar Keling, Surabaya
2.                  Bersedia untuk menjadi subjek penelitian perilaku penghuni lingkungan kumuh
3.                  Subyek tergolong dalam kriteria dewasa meliputi dewasa awal, dewasa madya dan dewasa akhir

3.4              Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif, maka jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif yang diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian berdasarkan atas apa yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh informan maupun responden. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil dari observasi ataupun wawancara mendalam kepada narasumber/informan di lapangan. Informasi yang diperoleh adalah mengenai perilaku apa saja yang muncul di permukiman kumuh Pacar Keling, Surabaya, yaitu perilaku subyek terhadap profil lingkungan kumuh secara fisik, hubungan sosial, dan setting perilaku saat mengalami stress lingkungan. Selain itu juga diperoleh jenis data kuantitatif yang merupakan data-data terukur dan pasti. Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam jenis data kuantitatif yaitu, peta jaringan infrastruktur, luas permukiman, lebar jalan, lebar saluran drainase terkait dengan kondisi infrastruktur.
Dalam metode pengumpulan data bisa diperoleh melalui dua sumber yaitu :
a.                  Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung melaluiinforman/responden melalui wawancara secara mendalam ataupun dalam bentuk question list serta observasi lapangan yang sudah disiapkan, namun pertanyaan ini nantinya bisa berkembang menyesuaikan dengan kondisi di lapangan, yaitu bebas terpimpin.
1.                  Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186). Dengan wawancara menurut Stainback (1988, dalam Sugiyono, 2006: 89) peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang pasrtisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi.
2.                  Observasi
Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan salah satunya melalui observasi. Menurut Moleong (2006:175) alasan metodologis bagi penggunaan pengamatan observasi ialah karena cara ini dapat mengomptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif kepercayan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Jenis observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung berperan serta, yaitu peneliti melakukan sebagai pengamat dalam hal ini menjadi anggota dari yang diamatinya. Adapun yang menjadi obyek pengamatan dalam penelitian ini adalah segala bentuk perilaku atau sikap dari penghuni pemukiman kumuh di daerah Pacar Keling Surabaya pada saat peneliti terjun lapang.
3.                                          Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang berupa dokumentasi, salinan/kutipan data, referensi-referensi. Dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari keterangan pegawai yang berada di kecamatan maupun tingkat RT/RW, untuk diketahui secara pasti data akurat tentang informasi di lingkungan kumuh, serta referensi-referensi untuk landasan teori.
4.                  Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ini ditunjukkan pada penguraian dan penjelasan melalui sumber-sumber dokumen. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang segala informasi tentang kehidupan dan perilaku penghuni pemukiman kumuh di daerah Pacar keeling Surabaya.

D.                PEMBAHASAN

4.1              Identitas Subyek

Subyek 1
Subyek 2
Subyek 3
Nama Asli
Evi Kholilah
Miftahur Rohmah
Mathollah
Panggilan
Evi
Mifta
Dollah
Umur
35 th
20 th
70 th
Tempat, tanggal lahir
Surabaya, 26 Juli 1980
Bangkalan, 1994
Bangkalan, 1941
Tinggi Badan
155 cm
150 cm
165 cm
Berat Badan
55 kg
52 kg
60 kg
Pendidikan terakhir
SMA
SD
SD
Anak ke
3 dari 4 bersaudara
Terakhir dari 3 bersaudara
4 dari 6 bersaudara
Pekerjaan 
Pedagang
Ibu rumah tangga
Pengangguran

4.2.            Kesimpulan pernyataan dari ketiga subyek
4.2.1 Aspek terhadap lingkungan fisik
Y                 Perilaku terhadap Air Bersih
Subyek pertama ini memiliki saluran air bersih yaitu PDAM dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, air  yang bersih tersebut digunakan untuk minum dan memasak, sedangkan untuk mandi subyek lebih ke sumur yang berada didepan rumah mereka, namun dipungut biaya sebesar kurang lebih rp.5000.
Y                 Perilaku terhadap Pembuangan Air Kotor dan Kotoran
Untuk pembuangan air kotor seperti air bekas mencuci baju dan piring, di buang melalui saluran dari kamar mandi yang nantinya air itu mengalir ke sungai dekat rumah penghuni. Sehingga pada saat buang air besar pun akan langsung terbuang ke sungai tersebut. Untuk pemeliharaan kamar mandi subyek yang lebih berperan dalam keluarga untuk membersihkannya. Subyek berusaha tetap menjaga kebersihan kamar mandinya meskipun kondisi kamar mandi yang tidak terlalu baik.
Y                 Perilaku Terhadap Pembuangan Limbah
Perilaku pembuangan sampah atau limbah rumah tangga oleh subyek ke tempat penampungan sampah yang berada di dekat pasar yang nantinya sampah-sampah tersebut akan dibuang dan diangkut oleh dinas kebersihan pasar sendiri setiap sorenya. Namun kebanyakan mereka sering membuang sampah rumah tangga ke sungai karena mereka menganggap bahwa sampah mereka akan terbawa aliran air sungai dan sampah yang mereka buang pun juga tidak besar.
Y                 Perilaku terhadap Rumah yang Sehat
Menurut subyek, rumah sehat adalah rumah yang tidak seperti kondisi rumah mereka, memiliki ventilasi, tidak  bercampur atau berdekatan dengan tempat pemotongan ayam dan kandang ayam. Untuk menciptakan rumah subyek menjadi rumah sehat, subyek hanya sesekali saja menyapu halaman dengan alat seadanya, serta membuang sampah pada tempatnya.
Y                 Perilaku terhadap Pembersihan Sarang-Sarang Vektor
            Subyek membersihkan sarang-sarang vektor jika sudah sangat kotor. Termasuk kaleng dan botol yang berada di sekitar rumahnya. Subyek akhir-akhir ini juga lebih sering membersihkan rumahnya karena sampah yang banyak berserakan dan apalagi musim hujan mengakibatkan sarang nyamuk jika tidak dibersihkan.

4.2.3.2 Aspek terhadap Hubungan Sosial
Y                 Dapat Diterima Atau Ditolak Orang Lain
            Ketika tetangga melakukan kesalahan subyek memaafkan kesalahan dari tetangganya, karena subyek sudah menganggap biasa pada perlakuan tetangganya tersebut. Sesama tetangga memang saling membantu tetapi dalam bentuk perbuatan tidak berupa uang ataupun materi, karena merekapun juga masih sama-sama membutuhkan.
Y                 Suka bergaul dan tidak suka bergaul
            Subyek merupakan orang yang senang bergaul dengan tetangganya, meskipun sudah memiliki anak namun subyek ini masih memilki sense sebagai seorang yang muda.  Subyek tahu sebenarnya dalam kondisi lingkungannya namun subyek tetap berusaha baik dan tetap menyapa. Dengan memberikan senyuman, melontarkan godaan pada tetangga yang lewat agar tetap terjaga hubungannya dengan baik.
Y                 Ramah dan Tidak Ramah
            Respon subyek terhadap orang baru tergolong kurang ramah, karena pada saat peneliti datang seluruh mata tertuju pada peneliti. Selama peneliti bersinggah di rumah subyek tetangga sama sekali tidak memberikan senyum bahkan tidak menoleh. Subyek sendiri menyadari bahwa hubungan mereka baik tetapi masih ada sikap dibelakang masing-masing tetangga yang saling menggunjing.
Y                 Simpati dan Tidak Simpati
Rasa simpati subyek kepada tetangga juga cukup tinggi, apabila ada tetangga yang meninggal subyek juga ikut takziah. Ketika ada tetangga yag terkena musibah dan membutuhkan pertolongan pun subyek juga tak segan untuk membantunya. Subyek sering membantu tetangganya yang membutuhkan bantaun pinjaman barang atau jasa.
4.2.3.3 Aspek apabila muncul Stress Lingkungan (Psikologis)
Y                 Emosi
Meskipun subyek tinggal di lingkungan seperti itu, subyek merasa tidak pernah malu dengan kondisi yang dialamiya. Karena kondisi dan kemampuan subyek memang hanya demikian. Keinginan untuk merubah kehidupan yang lebih layak pasti ada namun mereka melakukannya bertahap, mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada subyek.
Y                 Kognisi
Meskipun rumah subyek berdekatan dengan pasar, namun subyek tidak pernah merasa kebisingan akan tempat tersebut. Subyek juga tidak pernah merasa risih dengan bau kandang ayam, sampah dan  bau sungai yang sangat menyengat apalagi saat hujan, semua bercampur aduk. Menurut subyek itu adalah hal yang biasa, karena sekalipun dibersihkan ya memang seperti itu keadaannya dan tidak mungkin mau marah dengan mata pencaharian oranglain.
E.                 PENUTUP
1.1              Kesimpulan
Setelah kami melakukan oservasi dan wawancara terhadap ketiga subyek penghuni pemukiman kumuh maka dapat kami simpulkan dari ketiga indikator yang kami teliti adalah bahwa:
Pada aspek terhadap lingkungan fisik ini terdapat indikator yang merepresentatifkan apa saja perilaku yang muncul terhadap lingkungan fisiknya, menurut pernyataan dari ketiga subyek mereka tetap menjaga lingkungan tetap bersih meskipun kondisi rumah mereka yang tidak teratur bentuknya, mereka membuang limbah atau sampah yang dikolektifkan bersama limbah pasar yang akan dibuangoleh petugas. sedangkan tanggapan mereka pada rumah sehat adalah  rumah yg bersih dan memilki ventilasi.
Pada aspek terhadap hubungan sosial ini terdapat perilaku penghuni terhadap orang baru adalah enggan untuk menyapa namun berbeda dengan tetangga yg sudah dianggap dekat mereka akan lebih ramah, terdapat kesenjangan sosial di pemukiman tersebut apabila terdapat salah satu tetangganya memilki barang yang tidak dimilki oleh yang lainnya. Bentuk simpati lebih banyak dilakukan dalam bentuk perhatian nyata dan bukan dalam bentuk materi.
Pada aspek apabila muncul stress lingkungan ini terdapat indikator yang meliputi kognisi dan emosi. Pada indikator kognisi saat subyek berada ditempat yang ramai subyek tidak pernah merasa terganggu ataupun risih dengan kondisi sekitar. Subyek tetap merasakan kenyamana di lingkungannya, tetap berkonsentrasi meskipun berada di lingkup seperti pasar yang begitu riuh konsumen dan suasana pasar yang sangat mendukung beserta fisik lingkungan yang becek dan kotor tersebut. Hal tersebut sudah kebal menurut subyek, karena disukai ataupun tidak maka itulah yang menjadi tempat tinggal subyek untuk hidup dan mencari nafkah untuk keluarganya.
Pada indikator emosi, subyek menyatakan bahwa dalam hal malu atau kecemasan ketika tinggal di pemukiman yang kumuh, jelas awalnya ada sedikit rasa malu. Tempat tinggal yang buruk dan sama sekali tidak bersih ini, apalagi jika harus ada saudara yang datang atau tamu pasti ada pikiran untuk merasakan kecemasan dan malu. Namun dengan seiring berjalannya waktu subyek bisa menerima keadaannya benar-benar, dan subyek berbesar hati untuk tinggal dalam rumah tersebut dan bisa beradaptasi untuk menerima keadaan.

DAFTAR PUSTAKA

Fuad Amsyari, 1996, Membangun Lingkungan Sehat, Surabaya, Airlangga
     University Press.
Khomarudin, Drs, MA, 1997, Lingkungan Permukiman Kumuh, Jakarta,
    Gramedia Pustaka Utama
Adi Prasetyo, 2009, Jurnal Karakteristik Permukiman Kumuh Di Kampung
     Krajan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta, diakses
     tanggal 23/01/2011).
Mubyarto, 2003, Tantangan Ilmu Ekonomi dalam Menanggulangi Kemiskinan.
     Jurnal Ekonomi Rakyat. Edisi Maret 2003 diakses dari
(http://dahlanforum.wordpress.com/2008/03/26/perencanaan-dan perancangan-1  
     diakses tanggal 11/12/2014)
     11/12/2014).
(http://id.wikipedia.org/wiki/kawasan-kumuh diakses pada tanggal 18/12/2014)
     / 14 kemiskinan dan perkumuhan diakses pada tanggal 21/12/2014)
(http://webcache:masyarakat11.wordpress.com/2014/12/272 kemiskinan dan
     perkumuhan kumuh diakses tanggal 24/12/2014)


Comments

Popular posts from this blog

CARA SKORING TES PSIKOLOGI VSMS

Laporan dan Deskripsi Observasi VSMS

Analisis Film menurut Teori Psikologi Sosial