Sajak tak bertuan: Hancur Pertiwi
"Sajak tak bertuan"
Trias Novita Ellsadayna
Terhirup dalam udara pagi
udara pernafassan yang sesak
abu rokok beterbangan bersenggama
dengan asap pabrik hasil pembakaran
Teramat kacau hidup di kota
Teramat susah hidup di desa
yang dikota sibuk cari hawa sejuk
yang didesa sibuk cari hiruk pikuk
kenapa selalu ada tanya
banyak sajak yang bertanya-tanya
mengapa begini, mengapa begitu
ya inilah adanya
yang diatas ramai polemik berlimpah uang
yang dibawah bingung hari ini makan apa
para kontraktor pasang strategi memenangkan tender
para koruptor pasang uang didepan meja sidang
fungsi aturan dan pengadilan tak perlu dipertanyakan!
karena babi-babi buta sedang membabi buta
merampas lembar-lembar berharga hak kelinci putih
dengan kekuasaan diatas kursi
bergaya dengan telunjuk terangkat-angkat
nada tinggi berwibawa
"Rakyat harus taat peraturan, tepat bayar pajak demi pembangunan"
pembangunan yang mana?
pembangunan pabrik-pabrik besar pencemar kota?
pembangunan rumah-rumah kontraktor yang megah?
pembangunan kursi bagi koruptor?
atau bahkan pembangunan panggung drama di meja hijau?
kelinci dididik untuk diam, hanya boleh mendengar dengan telinganya
sedang babi ngalor-ngidul berorasi, mengatakan
"kita harus cinta tanah air, cinta bangsa, cinta indonesia"
tapi praktek mereka nol besar
keluar masuk desa tuk ambil tanah petani
alasan yang sama untuk pemerataan dan perluasan
tapi dana masuk kantong
diolah dalam lambung-lambung keserakahan
dan berakhir menjadi tinja
dalam onggokan sampah dibawah tanah
Bentuk protes tegas dan liar dari seorang siswa kelas 3 SMA di sebuah daerah terhadap busuknya Pemerintahan Indonesia
Comments
Post a Comment