Laporan Psikodiagnostik Kecemasan Akademik

WAWANCARA
SETTING : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TEMA : KECEMASAN AKADEMIK SISWA KELAS 9
(Oleh: Trias Novita Ellsadayna)
Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura
II. TINJAUAN PUSTAKA
a)      Kecemasan
Freud (dalam Semium, 2006) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang mengikutkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atau situasi yang diannggap berbahaya. Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan cenderung tidak sadar, mudah tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan untuk tidur (Gunarsa dkk., 1996). perasaan) dan konflik (pertentangan batin). Kecemasan karena frustrasi muncul pada individu yang memiliki hambatan dalam memenuhi kebutuhan, sehingga individu tersebut merasa terancam. Kegagalan yang muncul akibat individu tidak dapat menyelesaikan hambatan, akan membuat individu tertekan perasaannya sehingga individu tersebut menjadi cemas (Daradjat, 1990, h. 28).
b)      Kecemasan Akademik
Kecemasan muncul pada saat individu mengalami frustrasi (tekanan). Kecemasan yang terjadi selama kegiatan akademis dikenal dengan kecemasan akademis. Kecemasan akademis adalah perasaan berbahaya, takut, atau tegang sebagai akibat adanya tekanan di sekolah (O’Connor, 2007, h. 4). Kecemasan akademis memiliki empat karakteristik, yaitu pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental, perhatian yang menunjukkan arah yang salah, distress fisik dan termanifestasi dalam perilaku yang kurang tepat (Ottens, 1991,h. 5-7). Menurut Cornell University (2007), kecemasan akademik adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di kelas atau ketika ujian. Ketika kecemasan meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau memperjuangkannya.
Menurut Otten (1991), Kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas.
O’Connor (2008), membagi gejala-gejala kecemasan akademik menjadi 2, yaitu gejala berat dan gejala ringan.
a.       Beberapa gejala kecemasan akademik yang ringan, antara lain :
1.      Pusing
2.      Mual atau sakit perut
3.      Berkeringat, lembap pada telapak tangan
4.      Bercak merah di wajah
5.      Merah kemalu-maluan
6.      Sakit kepala
7.      Kenaikan pada nada suara saat berbicara
8.      Pikiran negatif tentang tugas gagal atau kehabisan waktu
9.      Keraguan tentang diri akan hal kemampuan dibanding siswa lain
10.  Malu di depan teman sekelas, dan guru
11.  Takut gagal
b.      Beberapa gejala kecemasan akademik yang berat, antara lain :
1.      Mati rasa di tangan dan kaki
2.      Kesulitan tidur
3.      Pusing berat atau kehilangan kesadaran
4.      Kesulitan bernapas dan perasaan menjadi tersendat
5.      Pikiran yang Paranoid seperti dinilai buruk oleh orang lain
6.      Obsesif, pikiran berulang yang sulit berhenti
7.      Takut malu di depan teman sekelas dan guru
8.      Depresi
9.      Kesedihan dan merasa khawatir terhadap beban yang berat
10.  Panik dan kesal yang terus menerus tanpa masalah atau peristiwa tertentu.
Ottens (1991), membagi-membagi karakteristik kecemasan akademik menjadi 4, yaitu
a. Patterns of Anxiety-Engedering Mental activity.
Pertama dan yang terpenting adalah khawatir. Siswa sering merasa tidak aman oleh segala sesuatu yang mereka anggap salah. Kedua, kecemasan akademik pada siswa terlibat dalam penyesuaian diri. ketiga adalah percaya diri yang rendah. Siswa menerima keyakinan yang salah tentang isu-isu bagaimana menetapkan nilai dalam diri, cara terbaik untuk memotivasi diri sendiri, bagaimana cara mengatasi kecemasan adalah berfikir yang salah sehingga kecemasan akademik itu muncul.
b. Misderected Attention
Pada umumnya siswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tetapi yang terjadi disini adalah siswa tidak perduli dan perhatian mereka menjadi teralihkan. Perhatian dapat terganggu melalui faktor eksternal (tindakan siswa lainnya, jam, suara-suara asing) atau faktor pengganggu internal (kecemasan, lamunan, dan reaksi fisik).
c. Physiological Distress.
Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh yang dihubungkan dengan kecemasan seperti kekakuan pada otot, berkeringat, jantung berdetak lebih cepat,dan tangan gemetar. Selain perubahan fisik, pengalaman kecemasan emosional juga berpengaruh seperti “mempunyai perasaan kecewa”. Aspek-aspek emosional dan fisik dari kecemasan terutama yang menganggu diinterpretasikan sebagai hal yang berbahaya atau menjadi fokus perhatian yang penting selama tugas akademik.
d. Inappropriate behaviours.
Kecemasan akademik pada siswa terjadi karena siswa ingin memilih cara yang tepat dalam menghadapi kesulitan. Menghindar (procastination) adalah hal yang umum, seperti menghindar dari melaksanakan tugas (berbicara dengan teman pada saat belajar). Kecemasan akademik pada siswa juga terjadi ketika menjawab pertanyaaan-pertanyaan ujian secara terburu-buru. Tindakan lain yang tidak benar adalah memaksa diri ketika dalam waktu untuk bersantai.
Ada 4 Sumber-sumber kecemasan akademik, Divine & Kylen (1982), yaitu :
1.      Reputasi akademik (sedikitnya pendapat yang kita kemukakan saat performansi).
2.      Pendapat tentang kompetensi dan kemampuan.
3.      Fokus pada pencapaian dari tujuan.
4.      Rasa khawatir akan ketidaksiapan.
Center for learning & teaching, (2005), mengatakan bahwa komponen-komponen kecemasan akademik terbagi kedalam 4 komponen, yaitu :
a.       Worry : Pikiran yang mencegah untuk fokus pada keberhasilan menyelesaikan tugas akademik. Misalnya, prediksi akan kegagalan, merendahkan diri, atau senang melakukan konsekuensi buruk.
b.      Emotionality : gejala kecemasan biologi. Misalnya, jantung berdetak cepat, berkeringat pada telapak tangan, ketegangan otot.
c.       Task generated interference : Perilaku yang berhubungan dengan tugas tetapi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas.
d.      Study skills deficits : Masalah dengan metode belajar yang dapat menyebabkan kecemasan.

III. DEFINISI OPERASIONAL
Dari beberapa definisi dalam tinjauan pustaka di atas dapat dioperasionalisasikan bahwa kecemasan akademis adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian dan ditandai dengan adanya perasaan berbahaya, takut, atau tegang sebagai akibat tekanan situasi akademik di sekolah. Kecemasan akademis memiliki empat karakteristik, yaitu pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental, perhatian yang menunjukkan arah yang salah, distress fisik dan termanifestasi dalam perilaku yang kurang tepat.

IV. INDIKATOR
Ottens (1991), membagi-membagi karakteristik kecemasan akademik menjadi 4, yaitu
a. Patterns of Anxiety-Engedering Mental activity.
Pertama dan yang terpenting adalah khawatir. Siswa sering merasa tidak aman oleh segala sesuatu yang mereka anggap salah. Kedua, kecemasan akademik pada siswa terlibat dalam penyesuaian diri. ketiga adalah percaya diri yang rendah. Siswa menerima keyakinan yang salah tentang isu-isu bagaimana menetapkan nilai dalam diri, cara terbaik untuk memotivasi diri sendiri, bagaimana cara mengatasi kecemasan adalah berfikir yang salah sehingga kecemasan akademik itu muncul.
b. Misderected Attention
Ini adalah masalah yang besar dalam kecemasan akademik. Pada umumnya siswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tetapi yang terjadi disini adalah siswa tidak perduli dan perhatian mereka menjadi teralihkan. Perhatian dapat terganggu melalui faktor eksternal (tindakan siswa lainnya, jam, suara-suara asing) atau faktor pengganggu internal (kecemasan, lamunan, dan reaksi fisik).
c. Physiological Distress.
Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh yang dihubungkan dengan kecemasan seperti kekakuan pada otot, berkeringat, jantung berdetak lebih cepat,dan tangan gemetar. Selain perubahan fisik, pengalaman kecemasan emosional juga berpengaruh seperti “mempunyai perasaan kecewa”. Aspek-aspek emosional dan fisik dari kecemasan terutama yang menganggu diinterpretasikan sebagai hal yang berbahaya atau menjadi fokus perhatian yang penting selama tugas akademik.
d. Inappropriate behaviours.
Kecemasan akademik pada siswa terjadi karena siswa ingin memilih cara yang tepat dalam menghadapi kesulitan. Menghindar (procastination) adalah hal yang umum, seperti menghindar dari melaksanakan tugas (berbicara dengan teman pada saat belajar). Kecemasan akademik pada siswa juga terjadi ketika menjawab pertanyaaan-pertanyaan ujian secara terburu-buru. Tindakan lain yang tidak benar adalah memaksa diri ketika dalam waktu untuk bersantai.

V. PANDUAN WAWANCARA
Aspek
Guide Interview
Patterns of Anxiety-Engedering Mental activity.
1.      Apabila kamu tidak bisa mengerjakan tugas, apa yang kamu rasakan?
2.      Jika kamu melakukan kesalahan di hadapan guru, apa yang kamu rasakan?
3.      Saat nilaimu buruk apakah kamu merasa malu di depan teman-temanmu?
4.      Bagaimana kamu menilai dirimu sendiri?
5.      Bagaimana caramu memotivasi diri sendiri?
Misderected Attention
1.      Apa yang sering mengganggu pikiranmu ketika kamu ingin fokus belajar?
2.      Apa yang menyebabkan kamu tidak maksimal dalam mengerjakan tugas?
3.      Bagaimana caramu mengerjakan tugas?
Physiological Distress.

1.      Saat kamu menghadapi ulangan harian atau semacamnya, apa yang terjadi dengan tubuhmu?
2.      Jika kamu tegang, bagian mana saja dari tubuhmu yang menegang?
3.      Apakah ketegangan yang kamu rasakan memengaruhi fokusmu dalam belajar?
Inappropriate behaviours.
1.      Apa yang kamu lakukan saat guru memberikan banyak tugas dan ulangan?
2.      Apa yang kamu lakukan di dalam kelas saat gurumu sedang menerangkan?
3.      Bagaimana kamu mengerjakan soal-soal ujian?

VI. KESIMPULAN
Dari hasil interview yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kecemasan akademik yang dialami subyek tidak terlalu tinggi, sekalipun ia duduk di kelas sembilan. Hal ini terlihat dari setiap jawaban subyek yang mengindikasikan hal tersebut. Adapun kesimpulan dari setiap indicator adalah sebagai berikut:
a. Patterns of Anxiety-Engedering Mental activity.
Subyek mengalami kekhawatiran, hal ini penting dan umum terjadi. Kekahawatiran subyek muncul apabila ia tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan. Subyek merasa tidak aman ketika dirinya melakukan kesalahan terhadap gurunya, misalnya ketika ia dimarahi oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR, membuat ia sedih, cemberut dan jadi pendiam. Subyek merasa malu terhadap teman-temannya apabila nilainya tidak setinggi teman-temannya, meskipun ia mendapat nilai 75 dan banyak temannya yang mendapatkan nilai serupa.  Subyek ingin berusaha lebih baik lagi, oleh sebab itu ia memotivasi dirinya sendiri dalam hati bahwa ia harus bisa lebih baik dari yang lain.
b. Misderected Attention
Perhatian subyek terhadap tugas menjadi teralihkan apabila ada ajakan dari teman-temannya untuk pergi bermain. Perhatiannya juga dapat terganggu melalui faktor eksternal misalnya ketika ujian, ada suara gaduh dari teman-temannya, namun ia berusaha mengembalikan lagi konsentrasinya supaya bisa menjawab soal ujian. Hal yang menyebabkan nilainya tidak maksimal adalah ketika ia menerima banyak tugas, atau tugasnya lebih dari satu, dan ia hanya focus terhadap salah satu tugas, menyebabkan tugasnya yang lain terabaikan. Dalam mengerjakan tugas, subyek tidak mengatur waktunya secara ketat, dalam artian ia mengerjakan tugas hanya jika ia menghendakinya. Ia juga terkadang meminta pertolongan dari kakak perempuannya untuk mengerjakan tugasnya.
c. Physiological Distress.
Tidak banyak perubahan yang terjadi pada tubuh subyek yang mengindikasikan kecemasannya. Ia tidak mengalami seperti kekakuan pada otot, berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan tangan gemetar. Menurut pengakuannya ia juga tidak pernah ‘beser’ atau sering buang air kecil ketika hendak memasuki ruang ujian, sakit perut pun tidak dialaminya.
d. Inappropriate behaviours.
Ketika guru subyek menerangkan, ia duduk mendengarkan. Begitupun saat diberi tugas, subyek mengerjakannya dengan maksimal. Tetapi pada saat ujian, subyek memang pada awalnya mengerjakan semampunya, dan semaksimal mungkin tetapi jika pada akhirnya ada yang tidak bisa ia kerjakan, maka ia bertanya kepada teman.

VII. VERBATIM
Catatan Lapangan
Kondisi tempat
wawancaca







Wawancara dilakukan pada malam hari di rumah subyek di kabupaten Jember. Tempat wawancara adalah di ruang tamu dengan setting lima kursi kayu mengelilingi meja kayu yang ada di tengah. Interviewer dan interviewee duduk di atas kursi kayu yang panjang dengan posisi kaki bersila. Di sudut ruangan terdapat pohon natal. Maisng-masing kursi memiliki bantal sandar berwarna putih serasi dengan taplak meja yang juga berwarna putih. Barang-barang yang ada di atas meja antara lain kotak tisu, tempat permen. Tidak terlalu banyak barang yang ada di ruang tamu ini sehingga terlihat ruangan ini cukup luas dan nyaman untuk menjadi tempat wawancara. Lampu yang berada tepat diatas meja membuat ruangan cukup terang sehingga proses wawancara dapat berlagsung dengan lancar.
Pelaku partisipan secara umum
Interviewer pada awalnya sangat sulit untuk diajak melakukan wawancara, sehingga butuh banyak bujukan agar ia mau diwawancarai. Subyek menggunakan kaos putih lengan panjang yang merupakan kreasinya sendiri, dengan celana pendek berbahan jeans. Ketika memulai wawancara, sempat wajah subyek sedikit kesal dan merasa terpaksa karena ketika dimintai kesediaannya subyek sedang mengerjakan tugas kreatifitasnya. Namun seiring berjalannya wawancara subyek bisa menyesuaikan diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Interviewer mengalami sedikit kesulitan untuk menggali informasi karena keterbatasan jawaban dari subyek. Pada saat wawancara, posisi badan subyek santai, dengan kaki bersila diatas kursi dan tangan melipat memeluk bantal, dengan posisi jari diapit diketiak. Dalam proses wawancara subyek banyak tersenyum dengan memperlihatkan gigi atau dalam bahasa jawa disebut ‘cengengesan’ sehingga terkesan tidak menanggapi wawancara dengan serius. Tetapi seiring waktu, bisa dengan antusias dan lancar dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan interviewer.

Pencatatan Hasil Wawancara
Nama Interviewee       :  B
Usia                             :  14 tahun                   
Tanggal Interview       :  16 Desember 2013
Kode Interviewee       :  BK 161213
Nama Interviewer       Trias  Novita  Ellsadayna
Kode Interviewer        :  TNE161213
Lokasi                         Ruang tamu rumah Subyek
Waktu                         :  20.00 WIB



*You'll find the treasure if you also click this*

Comments

Popular posts from this blog

CARA SKORING TES PSIKOLOGI VSMS

Laporan dan Deskripsi Observasi VSMS

Analisis Film menurut Teori Psikologi Sosial