Laporan Psikodiagnostik Teknik Interview

WAWANCARA 
SETTING       : INDUSTRI DAN ORGANISASI 
TEMA             : PENYESUAIAAN DIRI IBU RUMAH TANGGA DI LINGKUNGAN KERJA
(Trias Novita Ellsadayna)
Mahasiswa Psikologi Universitas Trunojoyo Madura

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.                Pengertian Penyesuaian Diri
Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment. Adjustment  itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik  temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan, Davidoff (dalam Mutadin, 2002). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan, dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
   Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri timbul apabila terdapat kebutuhan, dorongan, dan keinginan yang harus dipenuhi oleh seseorang termasuk juga saat seseorang menghadapi suatu masalah atau konflik yang harus diselesaikan. Individu pada kondisi ini, akan mengalami proses belajar, belajar memahami, mengerti, dan berusaha untuk melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya, maupun lingkungannya. Artinya, individu perlu mempertimbangkan adanya norma-norma yang berlaku di lingkungan dalam memenuhi kebutuhannya (Affiatin, 1993). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelaraskan pemuasan kebutuhan diri dengan situasi lingkungan sehingga tercapai suatu integrasi dan keseimbangan. Penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai usaha beradaptasi, konform terhadap hati nurani maupun norma sosial, serta perencanaan dan pengorganisasian respon dalam menghadapi konflik dan masalah. Penyesuaian diri didukung oleh adanya kematangan emosi yang menyebabkan individu mampu untuk memberikan respon secara tepat dalam segala situasi.
   Schneider (1964) berpendapat bahwa penyesuaian mengandung banyak arti, antara lain misalnya seseorang berusaha mengurangi tekanan dari dorongan kebutuhan atau seseorang yang mencoba mengurangi frustasi, dapat mengembangkan mekanisme psikologis, membentuk simptom, menggunakan pola perilaku yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai situasi, dapat juga bersikap tenang, efisien dalam memecahkan konflik dan belajar sebaik-baiknya menempatkan diri di tengah-tengah orang lain. Semua usaha tersebut tergolong usaha penyesuaian diri. Schneider (1964) mengatakan bahwa penyesuaian diri mempunyai empat unsur. Pertama, adaptation yaitu penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan individu dalam beradaptasi. Orang yang penyesuaian dirinya baik berarti ia mempunyai hubungan yang memuaskan dengan lingkungan. Misalnya, menghindari ketidaknyamanan akibat cuaca yang tidak diharapkan, maka orang membuat sesuatu untuk dapat berlindung.
Kedua, conformity yaitu seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik apabila memenuhi kriteria sosial dan hati nuraninya. Ketiga, mastery yaitu orang yang mempunyai penyesuaian diri yang baik mempunyai kemampuan dalam merencanakan dan mengorganisasikan sesuatu respons yang muncul dari dalam dirinya sehingga dapat menyusun dan menanggapi segala masalah dengan efisien. Keempat, individual variation yaitu ada perbedaan individual pada perilaku dan respons yang muncul dari masing-masing individu dalam menanggapi masalah.
   Gerungan (2004) mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (dibentuk sendiri), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (alo=yang lain). Jadi, penyesuaian diri ada artinya yang “pasif” di mana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang “aktif”, di mana kita pengaruhi lingkungan. Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai interaksi yang kontinyu antara diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia luar. Penyesuaian diri menurut Atwater (dalam Hapsariyanti,2002) adalah suatu perubahan yang dialami seseorang untuk mencapai suatu hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang,  Haber dan Runyon  (dalam Hapsariyanti, 2002) adalah memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas atau kenyataan, mampu mengatasi atau menangani tekanan atau kecemasan, memiliki citra diri yang positif, mampu untuk mengekspresikan perasaan, dan memiliki hubungan interpersonal yang baik.


B.                 Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
Dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak setiap anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya. Anak yang “miskin” kepribadiannya atau kehidupan sosialnya, merasa tidak bahagia dan mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah yang timbul. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam menyesuaikan diri. Menurut Hurlock (1991) ada empat faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu :
  1. Lingkungan tempat anak dibesarkan, yaitu kehidupan di dalam keluarga. Bila dalam keluarga tersebut dikembangkan perilaku sosial yang baik, sehingga pengalaman ini akan menjadi pedoman yang membantu anak untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial di luar rumah.
  2. Model yang diperoleh anak di rumah, terutama dari orang tuanya. Anak biasanya akan meniru perilaku orang tua yang menyimpang, maka anak akan cenderung mengembangkan kepribadian yang tidak stabil.
  3. Motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini dapat ditimbulkan dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan, baik di rumah atau di luar rumah.
  4. Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian diri.
Schneiders (1964) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
  1. Kondisi jasmani, yang meliputi pembawaan jasmaniah yang dibawa sejak lahir dan kondisi tubuh.
  2. Perkembangan dan kematangan, yang meliputi kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional.
  3. Kondisi lingkungan, yaitu rumah, keluarga, sekolah.
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dibedakan menjadi dua. Pertama, faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi kondisi jasmani, psikologis, kebutuhan, kematangan intelektual, emosional, mental, dan motivasi. Kedua, faktor eksternal yang berasal dari lingkungan yang meliputi lingkungan rumah,keluarga, sekolah, dan masyarakat.

C.                 Ciri-ciri Pneyesuaian Diri
Penyesuaian diri berlangsung secara terus-menerus dalam diri individu dan lingkungan. Schneiders (1964) memberikan kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut :
  1. Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya.
  2. Objektivitas diri dan penerimaan diri
  3. Kontrol dan perkembangan diri
  4. Integrasi pribadi yang baik
  5. Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya
  6. Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat
  7. Mempunyai rasa humor
  8. Mempunyai rasa tanggung jawab
  9. Menunjukkan kematangan respon
  10. Adanya perkembangan kebiasaan yang baik
  11. Adanya adaptabilitas
  12. Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat
  13. Memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain
  14. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain
  15. Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain
  16. Memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas
Whittaker mengatakan ciri-ciri individu yang dapat menyesuaikan diri secara sehat adalah yang :
  1. Mempunyai toleransi terhadap frustasi yang lebih baik
  2. Mempunyai sikap yang sehat terhadap fungsi tubuhnya
  3. Merasa diterima sebagai bagian dari kelompoknya
  4. Percaya diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan orang banyak
  5. Mengerti kenapa individu berbuat dengan cara tertentu, atau mengapa individu mempunyai perasaan tertentu terhadap seseorang atau peristiwa tertentu.
Lazarus (1961, h. 10-13) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik mencakup empat kriteria sebagai berikut :
a.Kesehatan fisik yang baik. Kesehatan fisik yang baik berarti individu bebas dari gangguan kesehatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan masalah selera makan ataupun masalah fisik yang disebabkan faktor psikologis.
b.Kenyamanan psikologis. Individu yang merasakan kenyamanan psikologis berarti terbebas dari gejala psikologis seperti obsesif-kompulsif, kecemasan dan depresi.
c.Efisiensi kerja. Efisiensi kerja dapat dicapai bila individu mampu memanfaatkan kapasitas kerja maupun sosialnya.
d.Penerimaan sosial. Penerimaan sosial terjadi bila individu diterima dan dapat berinteraksi dengan individu lain. Individu dapat diterima dan berinteraksi dengan individu lain jika individu mematuhi norma dan nilai yang berlaku.

D.                Aspek Penyesuaian diri
   Schneiders (1964) juga mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi enam aspek sebagai berikut :
a.Kontrol terhadap emosi yang berlebihan.
Aspek ini menekankan kepada adanya control dan ketenangan emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara cermat dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.
b.Mekanisme pertahanan diri yang minimal. 
Aspek ini menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai.

c.Frustrasi personal yang minimal.
Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.
d.Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. 
Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.
e.Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu.
Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. Individu dapat menggunakan pengalamannya maupun pengalaman orang lain melalui proses belajar. Individu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya.
f.Sikap realistik dan objektif.
Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Sawrey dan Telford (1968) mengungkapkan aspek-aspek penyesuaian diri yaitu:
a.Kesadaran selektif. Penyesuaian diri yang baik membutuhkan kemampuan diri individu untuk melakukan seleksi. Kemampuan untuk melakukan seleksi didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil belajar.
b.Kemampuan toleransi. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan mampu menerima kehadiran individu lain dan menganggap individu tersebut apa adanya. Penyesuaian diri yang baik juga terlihat dari kemampuan menerima nilai hidup dan kode moral orang lain yang bertentangan dengan nilai hidup dan kode moral pribadi, serta mampu mengembangkannya dengan baik.
c.Integritas kepribadian. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik tidak merasa takut terhadap kehadiran individu lain, merasa aman dan tidak panik walau menghadapi hambatan dalam mencapai tujuan.
d.Harga diri. Pandangan dan keyakinan individu merupakan gambaran yang menunjukkan tentang kehidupan yang dijalani oleh individu.
e.Aktualisasi diri. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik selalu menyadari potensi-potensi yang dimiliki secara positif, konstruktif dan realistis dan berusaha untuk mengembangkan potensinya sebagai aktualisasi diri.
Runyon dan Haber (1984) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu memiliki lima aspek sebagai berikut :
a.Persepsi terhadap realitas. Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan menginterpretasikannya, sehingga mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai.
b.Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan. Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti individu mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami.
c.Gambaran diri yang positif. Gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian individu tentang dirinya sendiri. Individu mempunyai gambaran diri yang positif baik melalui penilaian pribadi maupun melalui penilaian orang lain, sehingga individu dapat merasakan kenyamanan psikologis.
d.Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik berarti individu memiliki ekspresi emosi dan kontrol emosi yang baik.
e.Hubungan interpersonal yang baik. Memiliki hubungan interpersonal yang baik berkaitan dengan hakekat individu sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir tergantung pada orang lain. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu membentuk hubungan dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.

b) Lingkungan kerja  
            Lingkungan kerja  tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab  secara luas. Demikian pula dengan  pimpinan, tugasnya tidak hanya memberi instruksi, tetapi juga berperan sebagai rekan, pendidik yang menjadi pembentuk masa depan  bagi anggotanya, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Lingkungan kerja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan yang seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan. Jika  anggota merasa bahwa mereka disayangi, dihargai  dan diterima sebagai teman dalam proses kerja dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar individu.

III. DEFINISI OPERASIONAL
            Dari beberapa definisi dalam tinjauan pustaka di atas dapat dioperasionalisasikan bahwa penyesuaian diri timbul apabila terdapat kebutuhan, dorongan, dan keinginan yang harus dipenuhi seseorang untuk mencapai suatu hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Penyesuaian diri didukung oleh adanya kematangan emosi dalam menghadapi suatu masalah atau konflik yang harus diselesaikan untuk menyelaraskan pemuasan kebutuhan diri dengan situasi di lingkungan sehingga tercapai suatu integrasi dan keseimbangan yang menyebabkan individu mampu untuk memberikan respon secara tepat dalam segala situasi. Ada beberapa karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang ketika ia berada di lingkungan kerja.

IV. INDIKATOR
            Schneiders (1964) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi enam aspek sebagai berikut :

a. Kontrol terhadap emosi yang berlebihan.
Aspek ini menekankan kepada adanya control dan ketenangan emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara cermat dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.
b. Mekanisme pertahanan diri yang minimal. 
Aspek ini menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai.
c. Frustrasi personal yang minimal.
Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.
d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. 
Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.
e. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu.
Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. Individu dapat menggunakan pengalamannya maupun pengalaman orang lain melalui proses belajar. Individu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya.
f. Sikap realistik dan objektif.
Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

V. PANDUAN WAWANCARA
Aspek
Guide Interview
Kontrol terhadap emosi yang berlebihan.

1.      Apakah anda pernah mengalami hambatan dan masalah di tempat kerja anda? Jika ada, hambatan seperti apakah itu?
2.      Saat ada permasalahan di tempat kerja, apa yang anda lakukan?
3.      Apakah anda dapat menemukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah secara cermat?
4.      Bagaimana bentuk control emosi anda ketika menghadapi situasi yang sulit di tempat kerja anda?
5.      Pernahkah suatu ketika, emosi anda memuncak di tempat kerja?
6.      Keadaan yang bagaimana yang dapat memancing emosi anda sehingga anda merasa tidak tenang?
Mekanisme pertahanan diri yang minimal
1.      Jika dalam lingkungan kerja anda terdapat sebuah masalah, bagaimana bentuk pertahanan dirimu?
2.      Adakah pihak lain yang menuntut anda untuk melakukan sebuah penyelesaian masalah di tempa kerja anda?
3.      Bagaimana reaksi anda apabila tidak dapat memenuhi tuntutan itu?
4.      Apakah anda memiliki target untuk segera menyelesaikan sebuah masalah?
5.      Pernakah anda gagal mencapai target itu?
6.      Setelah gagal, apa yang anda lakukan?
Frustrasi personal yang minimal
1.      Ketika anda mengalami masalah apakah anda mampu mengorganisir pikiran, perasaan, motivasi dan tingkah laku?
2.      Apakah anda pernah kehilangan harapan dan motivasi bekerja?
3.      Bagaimana perasaan anda ketika ada permasalahan yang tidak bisa anda atasi sendiri?
Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri
1.      Pernahkah anda diperhadapkan dengan situasi yang menimbulkan konflik?
2.      Apa yang anda rasakan ketika dalam situasi tersebut?
3.      Apa yang anda pikirkan mengenai situasi tersebut?
4.      Apa yang lakukan saat ada dalam situasi tersebut?
5.      Bagaimana pertimbangan anda saat dalam situasi tersebut?
Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu
1.      Apakah anda melakukan sharing kepada mengenai orang lain mengenai apapun yang terjadi di lingkungan kerja?
2.      Adakah orang lain yang juga mengalami hal serupa dengan yang anda alami?
3.      Bagaimana anda merespon cerita orang lain yang memiliki pengalaman yang kurang lebih sama dengan anda?
4.      Bagaimana analisa anda mengenai hal-hal apa saja yang dapat membantu penyesuaian diri anda selama di tempat kerja?
5.      Bagaimana analisa anda mengenai hal-hal apa saja yang dapat mengganggu penyesuaian diri anda selama di tempat kerja?

Sikap realistik dan objektif.

1.      Bagaimana anda menilai diri anda sendiri termasuk keterbatasan anda saat mengadapi kesulitan di lingkungan kerja?
2.      Bagaimana anda menilai situasi dan masalah yang seringkali anda hadapi?

VI. KESIMPULAN
a. Kontrol terhadap emosi yang berlebihan.
Subyek menjadi emosi atau ada perasaan jengkel ketika ada maslaah yang ditimbulkan oleh rekan kerjanya, pemecahan masalah ia temukan dnegan cermat apabila telah melakukan sharing dengan suaminya. Ia dapat melakukan kontrol emosi dengan menahan diri, dan mendiamkan keadaan terjadi sampai perasaan jengkelnya hilang dnegan sendirinya. Namun untuk permasalahan dalam pekerjaannya sendiri hambatannya berupa peralihan dari seorang ibu rumah tangga menjadi pekerja. Ia menyelsaikannya dengan mengamati cara kerja orang lain, jika satu hal yang dilakukan tidak cocok, maka tidak diulangi lagi. Sehingga lama-kelamaan lancar. Untuk pemicu lain yang dapat menyebabkan ia merasa tidak nyaman, ia merasa tidak ada.
b. Mekanisme pertahanan diri yang minimal. 
Respon yang ditunjukkan subyek terhadap sebuah permaslaahan masih normal, ia mencari solusi penyelesaian permasalahan salah satunya dengan disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Ia memasang target yang ia tetapkan sendiri untuk menyelsaika sebuah pekerjaan pada hari itu juga jika perkerjaan itu datang di hari itu. Ia tidak mendapat tuntutan dari pihak siapapun dalam menentukan target, sehingga ia merasa enjoy dalam mengerjakan pekerjaannya.
c. Frustrasi personal yang minimal.
Selama sepuluh bulan bekerja subyek merasa masih semangat, enjoy dan tidak jenuh dan tidak bosan. Ia mampu mengorganisir pikirannya, perasaan, motivasi dan tingkah lakunya bahkan saat awal pertama ia membangun sebuah koperasi bersama seorang rekannya. Sekalipun yang ia kerjakan pada waktu itu serabutan, tetapi ia membiasakan diri untuk mengatur administrasi. Karena jika ada kekuarangan ia merasa mendapat dukungan dari pasangan, hingga ia tidak merasa berat dalam mengerjakan pekerjaannya, karena dilakukan sambil jalan. Subyek merasa perjalanan karirnya selama sepuluh bulan ini masih stabil.
d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. 
Subyek berpikir masih manusiawi jika dia memiliki rasa jengkel jika ada yang mencuatkan sebuah maslaah bagi dirinya. Ia masih mampu mempertahankan  kemampuan mengorganisasi pikirannya untuk tetap mengerjakan pekerjaan yang menjadi bagiannya, ia mengaku kinerjanya tidak terpengaruhi, namun , tingkah laku dan perasaannya yang jengkel terus terbawa terhadap interaksinya dengan rekan kerjanya selama satu sampai dua hari, ia menunggu sampai perasaan itu hilang dengan sendirinya. Ia lebih menahan dirinya karena pertimbangannya rekan kerjanya itu masih muda dan tidak tahu sopan santun, jadi tidak perlu ditanggapi serius apalagi sampai bertengkar seperti anak kecil.
e. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu.
Subyek mampu belajar untuk menyesuaikan diri dnegan pekerjaannya dengan menagamati rekan kerjanya yang lain dan apa yang telah dilakukannya sebelumnya. Jika pekerjaannya ada yang salah, maka ia tidak akan mengulanginya lagi. Kemampuannya untuk belajar membuat ia mampua mengatasi situasi konflik dan stress di lingkungan kerja sehingga ia tidak merasa pekerjaannya menjadi beban. Ia melakukan sharing kepada suami dan menggunakan pengalaman suaminya itu sebagai proses belajar. Ia merasa tidak hambatan yang berarti dan mengganggu penyesuaiannya karena mendapa support dari keluarga.
f. Sikap realistik dan objektif.
Ia menilai konfliknya dnegan rekan kerjanya adalah sebagai satu cirri sikap kekanak-kanakan yang dimiliki oleh seorang yang masih berusia muda. Sehingga keterbatasannya dalam menyelesaikannya secara langsung adalah bentuk dari sikapnya yang objektif karena ia enggan untk meladeni seorang yang masih berusia muda. Ia tetap mempertahankan kinerjanya bagaimanapun situsinya.

VII. VERBATIM
Catatan Lapangan
Kondisi tempat
wawancaca







Wawancara dilakukan di kantor Koperasi Mawar Mekar yang berada tidak jauh dari rumah subyek. Wawancara dilakukan di meja kerja subyek, tepat berada setelah pintu masuk menghadap ke pinggir jalan. Terdapat barang – barang yang terletak diatas meja diantaranya terdapat rak untuk menaruh kertas, penghapus, kalender meja, tempat air mineral gelas buku tulis,bullpen, lem, kwitansi. Di sisi meja kerja subyek ada meja kerja yag lain juga, hanya saja meja yang lain tidak sedang ditempati. Di tempat kerja ini hanya tinggal dua orang pegawai, shingga cukup sepi dan nyaman untuk wawancara. Hanya saja lokasi yang berada di pinggir jalan jadi abnyak terdengar suara kendaraan bermotor berlalu lalang. Di sebelah kiri subyek terdapat Televisi yang berada diatas meja dalam keadaan mati. Tempat kerja subyek cukup luas, dan di belakang subyek terdapat dua ruangan, yaitu ruangan pegawai dan toilet yang dlaam keadaan tertutup.
Pelaku partisipan secara umum
Pada awalnya interviewer sedang mengerjakan pekerjaannya, namun setelah berbincang akhirnya subyek mau diwawancarai. Subyek mengenakan kemeja batik dengan celana kain berwarna hitam. Awalnya subyek bersedia diwawancarai selagi ia mengerjakan pekerjaannya, dan sibuk memain-mainkan bullpen yang dipegangnya, namun seiring waktu perhatiannya sudah mulai tertuju dan antusias terhadap proses wawancara. Pada saat wawancara, posisi badan subyek santai dengan punggung bersandardi sandaran kursinya, tangan berada diatas meja dengan sesekali menggerakkannya untuk memperjelas maksud dari jawabannya. Seiring waktu interviewee mulai nyaman dan penuh senyum, sorot mata langsung menatap kepada interviewer dan selama proses wawancara yang berlangsung kurang lebih 10.11 menit, subyek terlihat antusias dan lancar dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan interviewer.


PENCATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Interviewee       :  FC
Usia                             :  43 tahun                   
Tanggal Interview       :  20 Desember 2013
Kode Interviewee       :  FC 201213

Nama Interviewer       :  Trias  Novita  Ellsadayna
Kode Interviewer        :  TNE201213
Lokasi                         :  Kantor Koperasi Simpan Pinjam “Mawar Mekar”


Comments

Popular posts from this blog

CARA SKORING TES PSIKOLOGI VSMS

Laporan dan Deskripsi Observasi VSMS

Analisis Film menurut Teori Psikologi Sosial