Silent Tree


SILENT TREE
Dahulu kala, hiduplah seorang battosai  yang bernama Rikuo. Rikuo yang masih muda selalu membawa katana kemanapun ia pergi, ia selalu menggunakan katananya untuk membunuh siapa saja yang menghalangi keinginannya. Ia hidup mengembara, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Rikuo selalu ditemani oleh kucing kesayangannya yang bernama bunchi. Pada suatu malam Rikuo sedang duduk diatas pohon sakura yang menjadi tempat favoritnya. Sambil menatap langit yang diterangi oleh cahaya bulan purnama, ia membayangkan kehidupan lain di luar sana yang mungkin lebih menyenangkan daripada hanya sekedar menjadi seorang battosai.
Di belahan dunia lain, saat fajar mulai menyingsing terbangunlah seorang gadis dari tidurnya. Ia berharap pagi ini, ia bisa melihat matahari terbit dari balkon rumahnya. Ia bergegas ke arah balkon, dan tanpa sadar ia tersenyum dengan lebar, dan bergumam "Aku bisa melihatnya. aku bisa merasakannya". Tidak lama kemudian terdengar sebuah suara yang memanggilnya
"Misa, cepat turun. Jangan sampai terlambat tiba disekolah, hari ini pun ada Uji Coba kelulusan bukan?."
"Iya, bu"
Sepulang dari sekolah, Misa terlihat asyik di depan komputer. Tampaknya hari ini ia mendapat tugas dari gurunya untuk mencari tempat atau daerah yang belum terjamah oleh peradaban. Selanjutnya ia harus membuat essay dari tempat yang telah ditemukannya sebagai tugas libur musim panasnya kali ini.
***
Kembali kepada kehidupan Rikuo. Seperti biasanya, Rikuo kembali membunuh puluhan orang disebuah desa. Hidupnya hanya untuk membunuh dan bersenang-senang. Sampai suatu ketika, bunchi menghilang entah kemana. Rikuo panik, dan mencari-cari ke semua tempat untuk menemukan kembali kucing kesayangannya. Ia bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya, dan jika tidak ada yang menjawab atau mengatakan tidak tahu, maka seketika itu juga katana yang di genggamannya melesat menebas leher orang-orang itu. Meskipun ia sangat ditakuti oleh penduduk tetapi ini yang membuat Rikuo selalu hidup sendiri.
Langkah kaki Rikuo sampai pada sebuah hutan, dan disana ia bertemu dengan seorang paman pencari kayu bakar. Ia bertanya kepada paman itu mengenai kucingnya, paman itu berkata bahwa ia tidak melihatnya. Maka semakin marahlah Rikuo dan hendak mengeluarkan katana dari balik punggungnya, dan kemudian ..
"Hentikaaan ... !" seorang gadis muncul dan berteriak. Rikuo terperanjat dan menoleh ke arah asal suara
"Apa yang kau lakukan? Bukankah nyawa orang lebih berharga daripada hanya sekedar kucing !" kata gadis itu melanjutkan
"Pergilah paman, biar aku yang menyelesaikannya dengan orang kejam ini." ucap gadis itu kepada paman tersebut
"tapi nona, dia ini ... " ucap paman itu tidak tega
"tenanglah, aku akan baik-baik saja. karena apa yang dia cari mungkin ada ditanganku saat ini" Mendengar itu, maka pergilah paman tersebut meninggalkan sang battosai dengan seorang gadis asing yang telah menyelamatkan hidupnya.
"Hei, si mata iblis apakah kucing ini yang kau cari ?" tanya gadis itu dengan berani
"Ya. Kembalikan kepadaku, dan pergilah. Aku tidak mau membunuhmu"
"Aku akan mengembalikannya setelah kau jawab pertanyaanku"
"Apa?"
"Apa arti kucing ini bagimu?"
"Ia lebih berharga dari apapun. Hanya ia satu-satunya keluargaku yang menemani kemanapun aku pergi. Bahkan katana yang kupunya ini rela kupakai untuk melindunginya" jawab sang battosai
"Oh begitu. Baiklah, ini kucingmu kukembalikan." kemudian gadis itu melepaskan kucing itu dari gendongannya dan membiarkannya kembali kepada pemiliknya.
Rikuo segera menyambut kucing itu dan memeluknya dengan hangat. Senyum dan sorotan mata Rikuo yang seperti ini, membuat pribadinya tampak lebih manis dan hangat. Bahkan didalam diri seorang pembunuh sekalipun masih ada kelembutan yang tersimpan.
"Aku Misa Kaoru. Aku tersesat di hutan ini, dan tiba-tiba kucingmu menghampiriku. Dan kami bermain bersama setengah hari ini di dalam hutan. Hari sudah mulai gelap, dan aku tidak punya tempat tujuan. Bisakah aku ikut denganmu?"
Ternyata gadis itu adalah Misa, ia benar-benar gadis yang menakjubkan. Ia berani untuk datang ke tempat yang hanya ia lihat di internet. Liburan musim panasnya kali ini ia gunakan  untuk mengamati langsung tempat itu sebagai bahan untuk membuat essaynya. Sayangnya dia tidak tahu, seberapa bahaya orang yang ada dihadapannya ini.
"Tidak. Karena kau telah menyebutku mata iblis"
"Hmmh, baiklah aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan itu. jadi siapa namamu? "
"Rikuo"
"Jadi, Rikuo. bisakah aku ikut denganmu?"
"Tapi jangan harap kau akan mendapat makanan atau tempat tinggal gratis"
"Aku mengerti. Terima kasih "
Hari itu adalah awal Misa dan Rikuo menjadi teman. Meskipun harus naik ke atas pohon, untuk bisa tidur seperti yang dilakukan Rikuo, Misa tidak pernah mengeluh. Ia melakukannya dengan senang hati. Ia tahu bahwa ini resikonya untuk datang ke tempat asing yang benar-benar jauh dari peradaban manusia. Segala sesuatunya dilakukan secara konvensional. Mereka memasak makanan secara tradisional, setiap hari keluar masuk hutan untuk mencari kayu bakar dan mencari tumbuh-tumbuhan dan buah yang bisa dimakan. Hal-hal seperti itu sangat menyenangkan bagi Misa, Rikuo telah mengajari dia bagaimana bertahan hidup di tengah kondisi sulit, Rikuo mengajarkan dia bagaimana hidup mandiri, Rikuo juga memberikan banyak pengalaman berharga yang dialami Misa untuk pertama kalinya.
Sejak bersama dengan Misa, kehidupan Rikuo perlahan berubah. Ia tidak lagi membunuh untuk memuaskan hasratnya, ia bahkan menjadi pria yang benar-benar lembut. Ia tahu bagaimana menjaga seorang wanita, ia juga belajar banyak hal dari kehidupan Misa yang modern. Misa membuat harinya berwarna, Misa mengajarkan ia tentang cara mengendalikan emosi, cara bersikap ramah terhadap siapa saja yang ditemuinya. Misa juga sangat disukai oleh penduduk desa. Kepribadiannya yang menyenangkan , ceria, dan selalu tersenyum kepada semua orang, membuat ia sangat dikagumi dan kehadirannya dihargai oleh banyak orang.
Sudah dua bulan Misa mengikuti Rikuo untuk berpindah-pindah desa. Selama pengembaraan itu, mereka bercerita tentang banyak hal. Termasuk tentang kepercayaan yang mereka yakini. Misa adalah seorang kristen yang taat, ia juga menceritakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya kepada Rikuo. Tanpa disadari gaya hidup Misa akhirnya juga berpengaruh terhadap perilaku Rikuo. Rikuo menjadi senang membantu orang lain, bahkan ia juga berjanji untuk meninggalkan cara hidup lamanya, ia tidak akan membunuh siapapun lagi, dan tidak akan menggunakan mata pedangnya untuk menyakiti orang lain. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk menetap hanya di satu desa saja, untuk membangun desa tersebut dengan kehidupan yang lebih baik dan modern. Niat mereka disambut baik oleh seluruh penduduk desa, mereka mendapatkan rumah untuk disewa. Bahkan sekarang Misa dan Rikuo bekerja bersama-sama sebagai sebuah pelayan disebuah rumah makan keluarga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.
Tetapi ternyata, perubahan tentang pribadi Rikuo terdengar sampai kepada Rihito. Rihito dahulu adalah teman seperguruan Rikuo yang sampai saat ini masih menyimpan dendam  karena ia gagal menjadi seorang battosai saat dikalahkan oleh Rikuo pada saat itu. Hal ini membuatnya penasaran dan ingin bertemu langsung dengan Rikuo. Suatu hari Rihito mendatangi rumah makan tempat Rikuo bekerja.
"Permisi, apakah disini ada yang bernama Rikuo?" tanya Rihito
"Ya. saya dia." jawab Rikuo, sambil menatap seseorang yang dihadapannya
"Ada yang harus kubicarakan denganmu Rikuo. Sudah sepuluh tahun kita tidak bertemu bukan?"
"Maaf Rihito, aku masih banyak pekerjaan.Lain kali saja kita bicara"
"Sudah makin sombong ternyata kau. Hal ini penting, temui aku di hutan tempat dulu kita bertanding. datanglah nanti jam 2 siang. aku tidak ingin melihatmu menggunakan pakaian pelayan yang menjijikkan ini. pakailah pakaian seorang samurai, dan buktikan bahwa kau  pria sejati"
Setelah berkata begitu, Rihitopun pergi. Rikuo hanya bisa termenung sambil melanjutkan tugasnya membersihkan meja-meja pelanggan. Tibalah waktunya ia untuk menepati janjinya kepada Rihito yang ingin bertemu dengannya. Ia bergegas berganti pakaian dan setelah berpamitan kepada bibi pemilik rumah makan, ia segera melesat masuk ke dalam hutan. Misa yang melihat gelagat aneh Rikuo juga segera memilih untuk mengikuti Rikuo dari belakang. Setibanya di hutan, Rikuo terkejut melihat Rihito dengan banyak pengikutnya seolah mengepungnya.
"Selamat datang Rikuo. Tampaknya kau tetap menepati janji. tapi marilah kita lihat seberapa konsisten kau menjadi seorang battosai" kata Rihito
"Jika kau mengundangku kemari hanya untuk saling membunuh, maaf aku tidak tertarik" ucap Rikuo dengan sikap dingin
"Apa yang kau katakan Rikuo? Tidakkah katanamu haus dengan darah? berilah ia makan sedikit saja. Atau kalau kau lupa caranya memberi makan, maka biar aku ingatkan !" Sekejap saja Rihito menyerang Rikuo, dibantu dengan seluruh pasukan yang dibawa oleh Rihito, mereka terlibat dalam aksi satu melawan banyak. Rikuo hanya dapat melawan mereka dengan tangan kosong. Tetapi kelincahan dan kegesitan Rikuo membawanya pada posisi yang berkesempatan untuk dapat menebaskan katananya, tetapi ..
"Hhh.. hhh, hentikan Rikuooo! Jangan lakukan, kumohon jangan" terdengar teriakan Misa yang terengah-engah. Rikuo memandang Misa yang kelelahan, dan memasukkan kembali katananya dan menghampiri Misa.
"Hanya demi perempuan itu kau rela menjatuhkan harga dirimu sebagai seorang laki-laki, Rikuo ?" Rihito kembali bangkit dan menyerang Rikuo dari belakang dengan pedangnya. Maka rebahlah Rikuo, dengan pundaknya yang mengucurkan darah.
"RIKUOOOOOO!" jeritan Misa menggema ke seluruh hutan. Misa berlari menghampiri Rikuo yang tak berdaya di tanah. Tetapi langkahnya di hentikan oleh pasukan Rihito yang memegang kedua tangannya, dan menyekapnya.
"Aku hanya ingin melihat seberapa serius kau meninggalkan kehidupan battosaimu. Sekarang akulah yang akan berkuasa, Rikuo. Hahahaha"
"Bukan kerena perempuan itu aku meninggalkan kehidupan primitif sebagai seorang battosai. Tapi karena Pribadi yang perempuan itu kenalkan kepadaku. Tentang Seorang yang DarahNya jauh lebih berharga dari apapun, yang Ia curahkan untuk menyelamatkanku."
"Tidak ada seorangpun manusia yang mau berkorban untukmu, pembunuh !"
"Haha, kau salah. Dulu aku memang pembunuh, tapi tidak untuk sekarang dan selama-lamanya. Dia, hanya Dia yang mau melakukannya untukku "
"Hentikan omong kosongmu Rikuo, Hiaaat !" Pedang kembali ditancapkan di lengan Rikuo
"RIKUOOOOO! Bertahanlaah, kumohoon. Hiks" tangis misa semakin menjadi-jadi, tatapan mata misa menyatu dengan mata Rikuo yang lebam dan tidak berdaya itu.
Rikuo mengaduh kesakitan, dan sambil menahan seluruh tebasan pedang di tubuhnya, ia berkata kepada Misa dengan setengah suara
"Ahhh, Misa.. Terima kasih untuk semua warna yang kau berikan selama tiga bulan ini. Terima kasih kau membuat hidupku penuh kedamaian, sisi lain dari kehidupan di luar sana yang kau bawa masuk di dalam diriku, semuanya menyenangkan Terima kasih telah menjadi satu-satunya yang mau melihatku dengan senyuman tulus. Terima kasih telah memandangku sebagai pria baik dan lembut. Terima kasih untuk Pribadi yang Luar Biasa yang kau kenalkan padaku. Terima kasih untuk semua kebaikanmu. Maaf, jika tidak selamanya disisimu. Tapi bagian dari diriku dan bunchi akan selalu bersamamu Misa."
"Ucapkan perpisahan pada gadismu, Rikuo. Ahahaha. ini yang terakhir, Hiaaaat!" Rihitopun dengan segala emosinya menancapkan mata pedangnya dikepala Rikuo, hingga Rikuo yang tadinya tidak berdaya benar-benar tewas seketika dengan darah yang mengucur dimana-mana. Setelah membunuh Rikuo dengan tangannya sendiri, pergilah Rihito bersama rombongannya ke daerah lain. Mereka berlayar ke tempat yang jauh. Tetapi, awan yang tadinya biru bersih segera berubah menjadi hitam pekat, dan petir sambar-menyambar. Badai tidak terelakkan, maka terbaliklah kapal Rihito dan mereka semua tenggelam ditengah laut.
***
Libur musim panas Misa telah berakhir. Kematian Rikuo menjadi awal musim gugur yang menyedihkan. Setelah membakar tubuh Rikuo, Misa dan seluruh penduduk desa menguburkan abu Rikuo dibawah pohon yang menjadi tempat favorit Rikuo, berharap bunga sakura yang gugur kali ini selalu menghiasi tanahnya. Kemudian Misa kembali pulang kerumahnya dengan membawa serta harta yang paling berharga bagi Rikuo, ya tentu saja Bunchi. Misa menyelesaikan tugas essaynya dengan sempurna meskipun dengan perasaan yang kalut dan berduka.
Tiga bulan setelah kepergian Rikuo, Misa berniat datang kembali ke desa tersebut sambil membawa segala peralatan dan perlengkapan yang telah ia janjikan kepada penduduk desa untuk mengenalkan mereka kepada kehidupan yang lebih maju dan mereka juga akan menyambut natal bersama-sama dengan seorang misionaris yang dibawa Misa untuk mengajarkan tentang kebenaran yang telah memenangkan jiwa Rikuo itu.
Setelah berkeliling ke seluruh desa, Misa mengunjungi pohon sakura Rikuo. Ia sangat merindukan tiga bulan kebersamaan mereka, tetapi sampai disana, betapa terkejutnya Misa, melihat bahwa pohon itu bersemi dengan bunga sakura sepanjang waktu. Padahal sekarang adalah musim dingin dan salju akan segera turun tetapi pohon itu tetap berbunga. Ia tahu dengan pasti, bahwa dulu pohon itu hanyalah pohon sakura biasa yang hanya berbunga saat musim semi saja, tetapi sekarang pohon itu menjadi primadona desa karena keindahannya menghasilkan bunga-bunga sakura yang mekar dan berguguran sepanjang tahun. Sangat indah. Misa menaburkan bunga matahari disekeliling pohon itu, sebagai tanda musim panas yang indah bersama Rikuo, dan juga sebagai ingatan bahwa Rikuo telah menjadi matahari bagi dirinya. Tidak lupa Misa juga menandai pohon yang selalu diam itu dengan tulisan :
~Disini tersimpan keindahan dan keajaiban hidup seorang battosai yang telah diselamatkan~
‘Misa-Rikuo’
Setelah menulis itu dengan berurai air mata, Misa tiba-tiba dikejutkan oleh seorang pria yang sudah berdiri di belakangnya.
"Noona, bisakah kucing dalam gendonganmu itu menjadi milikku?"
Misa menoleh tetapi tidak menjawab, ia hanya terdiam dengan senyum simpul. Dan pergi begitu saja tanpa sepatah kata. Beberapa saat kemudian, angin yang berhembus dan mengibaskan rambutnya membuatnya tersadar bahwa wajah yang ada dihadapannya tadi adalah wajah Rikuo. "Mungkin itu tadi hanya bayangannya saja, yang masih bersemayam dibenakku." Itulah yang dipikirkan Misa dan ia terus melangkah tanpa menoleh ke belakang. Misa terus menunggu Rikuo yang entah kapan akan kembali bersama dengannya lagi untuk waktu yang lama, dan terus melanjutkan hidupnya membangun desa, sesuai dengan yang telah menjadi janji mereka berdua.

Kita tidak tahu kapan kita akan dibawa Tuhan untuk menciptakan perubahan. Baik bagi dunia di sekitar kita maupun bagi pribadi yang kita temui. Yang kita tahu bahwa selalu ada keajaiban dan keindahan hidup bagi setiap orang yang menerima keselamatan dan melakukan perubahan positif dalam hidupnya. Dongeng tentang pohon sakura hanya sebagai tanda bahwa siapapun kita memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pribadi yang luar biasa dan menakjubkan.
~Szaiko~


Comments

Popular posts from this blog

CARA SKORING TES PSIKOLOGI VSMS

Laporan dan Deskripsi Observasi VSMS

Analisis Film menurut Teori Psikologi Sosial