Love without Lie


Siapa sih yang gak pernah ngerasain dicintai atau mencintai?  Mencintai dan dicintai keluarga, sahabat, teman, guru, dosen, tetangga, atau bahkan kekasih. Eits, tapi jangan salah. Gimana caranya kita tau kalo kita bener” dicintai atau enggak? Kebanyakan orang mengira kalo dia diperhatikan, diberi sesuatu, sering dihubungi, sering jalan bareng atau selalu diajak dalam acara apapun itu merupakan tanda bahwa dia dicintai. Jangan keburu GR dulu, Sob. Karena dunia gak sebaik dan setulus yang kamu kira. Masalahnya bukan pada orang yang mencintai tapi motivasi mengapa mereka melakukan sesuatu untuk orang yang ‘katanya’ dicintai itu. Coba deh kamu resapi dan amati lagi setiap perbuatan baik yang dilakukan orang sekitarmu, apa benar dilakukan murni karena Kasih atau ‘Kasih-kasihan’?
 ‘Kasih-kasihan’ itu adalah kasih dengan kebohongan. Bahasa kasarnya sih Munafik. Melakukan sesuatu dengan maksud tertentu yang jelas beda dari esensi kasih yang sesungguhnya. Contohnya? Seorang teman lagi butuh uang untuk keperluan mendesak lalu Robi meminjamkan uang dengan maksud supaya dia dipandang baik, setelah itu Robi menagih utangnya dengan bunga.  Kasih dengan pamrih itu yang munafik. Ada lagi dan ini mungkin sering terjadi di sekitar kita tanpa kita sadari. Suatu hari mila berulang tahun. Teman-temannya datang memberi kejutan dirumahnya. Mereka tahu kalo mila paling alergi dan tidak menyukai kucing, tapi mereka malah membungkus kucing untuk dirancang sebagai hadiah dengan dalih membuat kejutan. Mereka berkata bahwa hadiah itu isinya baik dan tidak akan mengecewakan. Mila membukanya tanpa curiga karena ia pikir apa yang diberikan temannya pasti yang terbaik. Dan tentu aja, setelah dibuka, mila meloncat, menjerit ketakutan, dan segera membuang bungkusan kado itu lalu menangis dikamar. Sedangkan teman-temannya malah tertawa.  Itukah kasih?  Dalam pandangan dunia mungkin itu baik, memberi kejutan dalam berbagai bentuk dianggap sah-sah saja dilakukan. Tapi bukankah ada pilihan lain yang benar-benar baik untuk dilakukan, menurut Kasih yang diajarkan Tuhan Yesus?
                Kasih Tuhan Yesus yang sempurna itu tidak mendukakan, tidak mengecewakan, tidak menyakiti, tidak memberatkan, tidak menuntut, tulus, dan yang terutama tidak berdusta. Apa yang dilakukanNya sama persis dengan apa yang diucapkanNya. Apa yang diucapkanNya sama dengan apa yang ada di dalam hatiNya. Dengan begitu kita diajarkan tentang kasih yang jujur dalam memberi.

Jika seseorang belajar mengasihi maka ia juga harus belajar memberi. Nilai sebuah cinta hanya akan menjadi sebuah kata-kata, bila tidak pernah ditunjukkan kepada orang yang kita cintai. Oleh sebab itu memberi dapat menjadi bukti dan cara mengekspresikan rasa cinta kita. Siapapun yang berkata dia mencintai tapi tidak sekalipun dia memberi, maka cinta itu palsu. Kasih dengan pemberian yang benar hanya berdasarkan makna  kasih dan pemberian teragung yang Tuhan Yesus ajarkan yaitu kerelaan dan ketulusan.
Saat kita mengakui sebagai anak Tuhan, harusnya kita belajar untuk menunjukkan Kasih yang sesungguhnya. Cinta sejati yang Ia ajarkan yaitu cinta yang membuatnya mati di kayu salib, mengorbankan diriNya hanya untuk menunjukkan seberapa tulus dan besar cintaNya pada kita. Sebab orang dunia bisa saja memberi tanpa harus mencintai. Karena makna memberi itu luas, sehingga tidak sedikit yang salah menanggapinya. Memberi adalah perbuatan baik, tidak selalu dengan benda mewah atau harta. Bahkan hal-hal yang kita anggap kecil seperti memberi waktu, memberi tenaga saat dibutuhkan, memberi ide kreatif, memberi telinga untuk mendengar  bisa menjadi hal-hal besar ketika hati kita berada di tempat yang tepat. Dan tentu saja masih banyak hal lain yang positif dalam diri kita bisa digunakan untuk menunjukkan kasih kepada orang lain.
Mari kita mengamati dan meresapi lagi bukan berarti kita jadi antipati atau agak parno sama perbuatan orang lain. Jangan juga kita jadi curigaan dan akhirnya menghalangi relasi baik kita dengan orang lain. Kita juga harus instropeksi, apakah perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain itu murni Kasih atau ‘Kasih-kasihan’. Kita tidak bisa melakukan hal-hal besar di dunia ini. kita hanya bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar. Cinta yang besar yang Tuhan mau adalah cinta tanpa kebohongan, tanpa kepalsuan, dan penuh keajaiban yang membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Karena makna kehidupan ini sejatinya adalah cinta, berbagi, bela rasa, dan kebaikan.

“Cinta adalah harta tak ternilai yang kita miliki dengan cuma-cuma. Satu-satunya cara untuk tetap memilikinya adalah dengan menghadiahkannya pada orang lain tanpa mengharap balasan.”


                                                                            ~Szaiko~

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

CARA SKORING TES PSIKOLOGI VSMS

Laporan dan Deskripsi Observasi VSMS

Analisis Film menurut Teori Psikologi Sosial