Perilaku Asertif Identitas Lesbian pada Masyarakat Heteroseksual
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Selama ini hubungan sesama jenis atau homogen
relationship dalam masyarakat Indonesia masih dianggap tabu. Bahkan dapat
dikatakan haram untuk dilakukan atau sekadar dibicarakan mengingat konstruksi
dalam masyarakat kita selama ini yang hanya mengakui adanya hubungan antarlawan
jenis atau heterogen relationship. Hubungan sesama jenis dianggap
sebagai sebuah perbuatan dosa bagi masyarakat kita yang mayoritas merupakan
masyarakat beragama.
Orang yang menjalin hubungan sesama
jenis merupakan komunitas marginal, tak sedikit yang mengalami kesulitan dalam
menjalin hubungan dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena stereotip
negatif yang melekat pada golongan ini. Komunitas homoseksual (gay dan lesbi)
dianggap sebagai sebuah kelompok atau pilihan hidup yang abnormal. Padahal,
sebagai bagian dari masyarakat, komunitas homoseksual juga butuh berinteraksi
sebagaimana orang-orang yang heteroseksual.
Dalam masyarakat, berkembang apa yang disebut prejudice, yaitu ketidaksukaan yang irrasional, kecurigaan,
atau kebencian atas kelompok, ras, agama, atau orientasi seksual (Rothenberg,
1992). Prejudice atau prasangka ini mengakibatkan obyek tertentu
mendapat perlakuan tidak adil. Bahkan tak jarang menjadi korban kejahatan
dikarenakan kebencian (hate
crime). Obyek yang
dibenci bukanlah mereka yang melakukan kejahatan atau perbuatan yang merugikan
masyarakat, namun lebih didasarkan pada rasa tidak suka dan prasangka-prasangka
terhadap keanggotaan seseorang atas kelompok tertentu seperti ras, etnis,
kewarganegaraan, atau orientasi seksual. Selama ini homoseksualitas menjadi
bagian dari kelompok yang menjadi korban dari hate crime ini.
Kecenderunagn seksual yang mereka miliki memposisikan mereka pada golongan
masyarakat kelas “kedua”. Hak-hak mereka sering tidak terakomodasi. Ada
kebencian masyarakat yang ditujukan bagi mereka yang tidak mempunyai orientasi
seksual heterogen. Ada label-label negatif yang dilekatkan pada kelompok ini
yang beberapa di antaranya hanya bersifat prasangka saja hanya karena orientasi
seksual mereka yang homogen (sexual
prejudice).
Lesbi sebagai
bagian dari komunitas homoseksual, juga mengalami berbagai kesulitan dalam
berinteraksi dengan masyarakat. Beberapa di antaranya cenderung tertutup dengan
menyembunyikan identitasnya sebagai seorang lesbi. Hal itu dikarenakan
mereka masih minoritas dan sebenarnya mereka menyadari jika mereka menyimpang,
namun karena hasrat mereka yang lebih nyaman dengan zona aman jadi mereka tidak mau hal tersebut dicampuri
oleh khalayak luas, menggunjing dengan apa yang mereka perbuat dan kembali lagi
mereka notabene adalah perempuan yang tetap menggunakan perasaannya daripada
logika mereka, Ketidaksiapan atas konsekuensi yang mungkin akan diterima juga
mendorong semakin tertutupnya komunitas lesbi tak hanya kepada
masyarakat saja, bahkan juga kepada orang-orang terdekat seperti keluarga
karena anggapan masyarakat luas adalah seolah-olah muncul kalimat “Sudah
perempuan, Lesbi lagi”.
Hal ini juga didukung dengan adanya heteronormativitas
yakni ideologi yang mengharuskan laki-laki dan perempuan tunduk pada aturan
heteroseksualitas yang intinya adalah keharusan fungsi pro-kreasi seksualitas.
Dalam aturan ini, agar bisa bereproduksi, maka perempuan harus berpasangan
dengan laki-laki dan sebaliknya. Laki-laki dan perempuan oleh karenanya
dibedakan secara ketat identitas seks dan peran gendernya. Dengan adanya tunduk
aturan tersebut semakin tertutuplah identitas mereka sebagai lesbi pada masyarakat heteroseksual namun sebenarnya mereka
sangat ingin berteriak justru mereka tengah butuh perhatian dan ingin berbicara
secara terbuka tentang mereka sebenarnya pada khalayak, namun dengan adanya
stereotip negatif membuat mereka tak mau berbicara tentang identitas mereka.
Di sinilah menarik dikaji, bahwa
perempuan yang mempunyai kecenderungan seksual terhadap sesama jenis mempunyai
beban ganda, selain status perempuannya yang menempatkan dia sebagai warga
negara kelas kedua, dia juga menyandang beban karena orientasi seksualnya yang
menyukai sesama jenis. Perempuan yang menyukai sesama jenis (lesbian) harus mengupayakan cara mereka
sendiri bagaimana untuk berkomunikasi dengan masyarakat karena mau tidak mau
mereka tetap berkomunikasi dengan masyarakat heteroseksual dan harus berperilaku asertif pada identitasnya bahwa
dia adalah seorang lesbi yang
sebenarnya membutuhkan perhatian oranglain namun sebagai khalayak umum, kita
enggan memperhatikannya. Dengan adanya realita tersebut kita memiliki gagasan
untuk mengambil tulisan yang berjudul “Perilaku
asertif identitas lesbian pada
masyarakat heteroseksual”.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana perilaku asertif
identitas lesbian pada masyarakat heteroseksual ?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perilaku asertif itu bisa dimunculkan oleh seorang lesbi pada identitas mereka yang identik
dengan tertutup pada masyarakat heteroseksual.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis
Secara teoritis dapat memberikan sumbangan ilmu dari
hasil penelitian dibidang psikologi, khususnya psikologi komunitas.
1.4.2
Manfaat Praktis
1.
Bagi Peneliti
Peneliti ini dapat diharapkan dapat menambah wawasan
tentang dunia Lesbi dan bagaimana perilaku asertif tersebut bisa ditunjukkan
kepada masyarakat heteroseksual.
2.
Bagi Subjek Lesbian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa subjek
yang kami teliti dapat menyadari khususnya tentang dunia mereka sendiri (belok) tentang apa yang dia lakukan itu
salah dan menyimpang, umunya kepada seluruh subjek didalam komunitas lesbi tersebut, yang dimana mereka harus
beradaptasi dalam perilaku asertifnya pada masyarakat heteroseksual, yang notabene mereka harus siap dengan keadaan
apapun yang mereka terima dari masyarakat heteroseksual
tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
ASERTIF
2.1.1
Pengertian
Asertif
Menurut
Fensterheim dan Baer (Ardiah, 2003) kata asertif berasal dari Bahasa Inggris to
assert, yang diartikan sebagai suatu ungkapan sikap positif, dimana sikap
positif tersebut dinyatakan dengan tegas atau terus terang. Perilaku asertif
menurut Lloyd (1991), dikatakan sebagai gaya yang wajar, langsung, jujur, penuh
respon dalam interaksi individu lain, dapat diekspresikan baik secara verbal
maupun dengan menampilkan bahasa tubuh yang serasi.
Rimm
dan Masters (Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah suatu
perilaku dalam hubungan interpersonal yang bersifat jujur serta mengekspresikan
pikiran dan perasaan secara langsung dengan tetap memperhitungkan kondisi
sosial yang ada.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku asertif adalah sikap atau perilaku
antar pribadi yang menyangkut ekspresi keinginan-keinginan, serta
perasaan-perasaan secara tepat. jujur, relatif terbuka, dan langsung mengarah
ke tujuan
2.1.2
Aspek-Aspek Perilaku
Asertif
Rimm
dan Masters (dalam Rakos, 1991) perilaku asertif adalah suatu perilaku dalam
hubungan interpersonal yang bersifat jujur serta mengekspresikan pikiran dan
perasaan secara langsung dengan tetap memperhitungkan kondisi sosial yang ada.
Alberti dan Emmons (2002) juga menyebutkan beberapa komponen-komponen dari
perilaku asertif. Komponen-komponen
tersebut adalah:
a. Kontak Mata (Eye
Contact)
b. Sikap Tubuh (Body
Posture)
c. Jarak atau Kontak
Fisik (Distance atau Physical Contact)
d. Isyarat (Gesture)
e. Ekspresi Wajah (Facial
Expression)
f. Nada, Modulasi,
Volume Suara
g. Penetapan Waktu (Timing)
g. Mendengarkan (Listening)
h. Isi (Content)
Dari uraian di atas
penulis menyimpulkan bahwa aspek-aspek
asertifitas adalah
sebagai berikut:
1.
Komunikasi
Individu yang asertif mempunyai
komunikasi yang jujur, langsung mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan.
Individu tersebut juga mempunyai kemampuan untuk mendengarkan sehingga mampu
menahan diri untuk tidak mengekspresikan diri sesaat.
2.
Isyarat
Fisik
Individu yang asertif mempunyai
isyarat fisik yang menunjukkan sikap positif terhadap orang lain. Isyarat fisik
ini dapat dilihat dari kontak mata saat berbicara, sikap tubuh saat berhadapan
dengan orang lain, jarak saat berinteraksi, ekspresi wajah yang ditunjukkan
serta gesture yang menyatakan keterbukaan, rasa percaya diri dan spontanitas.
3.
Ketepatan
Respon
Individu yang asertif mempunyai
ketepatan dalam memberikan respon, yang artinya individu tersebut dapat
mengekspresikan pikiran dan perasaan pada saat yang tepat, memilih kalimat dan
menggunakan intonasi suara yang tepat.
2.1.3
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Asertif
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku asertif dalam Khusna
(2002), antara lain:
a.
Latar belakang budaya
b.
Jenis kelamin
c.
Pengalaman masa kanak-kanak
d.
Jenis pekerjaan
e.
Sosial ekonomi dan intelegensi
f.
Tingkat pendidikan
g.
Usia
h.
Kepribadian
2.1.4
Teknik-Teknik
Bertindak Asertif
Terdapat beberapa teknik komunikasi atau strategi yang berguna dalam
menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik.
a)
Memberikan Umpan Balik
Membiarkan orang lain tahu bagaimana Anda merespon perilaku mereka dapat
membantu menghindari kesalah pahaman dan membantu menyelesaikan konflik yang
tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan. Bagaimanapun, memberikan umpan
balik yang jujur ketika Anda mendapat reaksi negatif karena perilaku orang lain
memang sulit dilakukan tanpa menyakiti perasaan. Sering kali, untuk memperbaiki
hubungan Anda dalam jangka panjang, Anda harus menyatakan bahwa Anda kecewa
pada apa yang mereka telah lakukan. Ketika Anda memilih untuk menyampaikan
umpan balik negatif kepada orang lain, gunakan teknik komunikasi yang tidak
berkesan mengancam. Kriteria untuk umpan balik yang bermanfaat termasuk:
1) Umpan balik difokuskan
pada perilaku seseorang bukan kepribadiannya. Dengan memfokuskan pada perilaku,
Anda mengarahkan umpan balik kepada sesuatu yang dapat diubah oleh seorang
individu.
2) Umpan balik
bersifat deskriptif bukan evaluatif. Menjelaskan apa yang telah dikatakan atau dilakukan berkesan
lebih tidak mengancam dibandingkan dengan menghakimi mengapa sesuatu dilakukan
(yang hanya berdasarkan asumsi Anda).
3) Umpan
balik berfokus pada reaksi Anda sendiri bukan maksud orang
lain.Menyalahkan
atau menganggap ada maksud buruk dibalik perilaku
orang lain bukan merupakan
umpan balik yang konstruktif. Umpan balik menggunakan kata “saya” dengan bentuk
kalimat “Ketika kamu [lakukan atau katakan]___saya merasa___.” Sebagai contoh,
“Ketika kamu terlambat datang kerja, saya merasa frustasi dan marah” adalah
lebih baik daripada “Kamu tidak bertanggungjawab. Kamu tidak peduli pada pasien
yang menunggu dan pekerja lain yang menggantikanmu ketika kau telat”.
4) Umpan balik bersifat spesifik
bukan umum.Umpan balik fokus pada perilaku yang baru saja terjadi dan
menghindari mengungkit perilaku di masa lalu. Umpan balik juga tidak boleh
menyamaratakan atau terlalu jauh dari peristiwa spesifik yang telah membuat
Anda kesal (misalnya “Kamu selalu melakukan___)
5) Umpan balik difokuskan
pada penyelesaian masalah.Bukan bertujuan untuk melampiaskan kemarahan.
Tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu masalah yang timbul pada suatu
hubungan sehingga hubungan tersebut dapat berkembang lebih baik.
6) Umpan balik disampaikan secara pribadi.
b)
Meminta Umpan Balik Dari Orang Lain
Seperti telah dijelaskan di
atas, kita perlu berlatih memberikan umpan balik dengan cara yang tepat. Pada
saat yang bersamaan, kita juga perlu mengundang umpan balik dari orang lain
untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita. Sebagai contoh, sebagai seorang perawat, anda harus menilai kepuasan pasien
secara rutin dan meminta umpan balik mengenai pelayanan anda. Sebagai manajer, anda
harus membiarkan para pekerja tahu bahwa anda menerima saran dari mereka
mengenai bagaimana mengembangkan operasional di rumah sakit (tempat kerja). Kemampuan anda untuk mendengar kritik atau saran tanpa sikap defensif atau
marah, mengakui ketika anda berbuat kesalahan, dan mendorong orang lain untuk
memberikan umpan balik (meskipun hal itu negatif) akan membuat orang lain jujur
saat berkomunikasi dengan anda.
c)
Menentukan Batasan
Bagi sebagian dari kita,
menentukan bagaimana kita akan menghabiskan waktu pribadi dan uang kita adalah
sumber frustasi. Kita merasa sulit untuk berkata “tidak” terhadap permintaan
apapun.Dan akibatnya, kita merasa kewalahan dan, sering, marah kepada orang
lain karena “telah mengambil keuntungan” dari kita. Bertindak asertif dalam
menentukan batasan berarti anda mengambil tanggung jawab untuk keputusan yang anda
ambil mengenai bagaimana menghabiskan sumberdaya pribadi anda tanpa merasa
marah kepada orang lain yang memohon/mengajukan permintaan tertentu kepada anda.
Bertindak asertif dengan menentukan batasan tidak berarti bahwa anda berhenti
berkata “ya” terhadap semua permintaan. anda akan tetap membantu orang lain,
karena adanya nilai-nilai yang anda pegang dan keinginan anda untuk membantu
orang lain ketika mereka membutuhkan bantuan, meskipun ketika melakukannya anda
mungkin merasa tidak nyaman.
d)
Membuat Permintaan
Meminta sesuatu yang anda
inginkan dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada hubungan yang
sehat. Jika anda berada pada posisi manajemen, menyatakan dengan jelas apa yang
anda harapkan dari orang lain adalah suatu bagian penting untuk mencapai tujuan
organisasi. Pada hubungan yang sederajat, membuat permintaan, termasuk meminta
pertolongan, adalah suatu bagian penting dari komunikasi yang jujur. Kita harus
percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita secara asertif,
termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika
seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.
e)
Berlaku Persisten
Salah satu
aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa
hak-hak anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah
berkata “tidak’, kemudian orang-orang tersebut akan membujuk untuk mengubah
pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan keputusan kita dengan santai,
kita telah bertindak asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa menyerah. Respon
ini, mengulangi menyatakan keputusan tadi dengan santai, sering disebut sebagai
respon “kaset rusak” (Smith, 1975). Respon seperti ini akan menghentikan,
bahkan orang yang paling manipulatif, tanpa menimbulkan rasa bersalah atau
meningkatkan konflik.
f)
Membingkai Kembali
Bingkai adalah “jalan pintas
kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks
menjadi masuk akal” (Kaufman et al, 2003). Teknik pembingkaian kembali (reframing)
yang dijelaskan oleh Kaufman dkk termasuk:
1)
Fokus pada membangun
komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok/set tujuan yang terbatas.
2)
Menguji validitas/keabsahan perspektif orang
lain.
3)
Menentukan di
mana kesamaan pandangan/tujuan. Mencari hal-hal yang sama-samadisetujui dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan perspektif jangka panjang.
4)
Mengenali
kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum dieksplorasi/ dipikirkan
lebih mendalam dan kesempatan-kesempatan yang dapat saling ditawarkan (trade-off)
atau kompromi-kompromi.
5)
Terakhir, mengenali perbedaaan
yang tidak bisa dijembatani dan pada saat yang bersamaan mencari tindakan yang
masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.
g)
Mengabaikan Provokasi
Konflik interpersonal dapat
memunculkan berbagai metode untuk “menang” dengan cara menghina atau
mengintimidasi orang lain. Sebagai contoh, pasien yang marah atau merasa putus
asa mungkin menyerang dengan serangan personal.Farmasis yang merasa dikritik secara tidak adil
mungkin merespon dengan sikap agresif atau sarkastik. Konflik interpersonal
antara profesional-profesional di bidang kesehatan sering ditandai dengan
perebutan kekuasaan dan otonomi (sering disebut “perang kartu kunci/turf
battle”). Mengabaikan komentar yang bersifat mencela dari orang lain dan
tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga konflik agar tidak
meningkat ke arah yang dapat merusak hubungan.
h)
Merespon Kritik
Bagi sebagian orang, kritik
benar-benar dapat membuat diri hancur karena kita biasanya memegang dua
keyakinan irasional yang umum:
1)
Bahwa kita harus disayangi
atau diakui oleh semua orang yang kita kenal,
2)
Bahwa kita harus benarbenar
kompeten/mampu dalam segala hal yang kita lakukan tanpa pernah melakukan
kesalahan. Karena standar perfeksionis seperti itu tidak mungkin dicapai, kita
secara terus menerus menghadapi perasaan gagal atau tidak berguna.Pada beberapa
kasus, kita mungkin mempunyai keinginan untuk “membalas dendam” dengan
melakukan serangan balik terhadap orang yang memberikan kritik. Cara
satu-satunya untuk meniadakan perasaan seperti itu dan untuk mulai mengatasi
kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional yang
mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.
2.1.3 Unsur-Unsur Asertif
Unsur-unsur dalam komunikasi
asertif, antara lain:
a) Terbuka
dan jelas
Upayakan berkomunikasi secara jelas dan spesifik.
Misalnya: “saya kurang suka ini”, “Hm….saya menyukai rencana itu, hanya
saja mungkin ada beberapa bagian yang bisa ditingkatkan (bahasa halus dari
diperbaiki)”, “saya punya pendapat yang berbeda yaitu….”
b) Langsung
Berbicara
langsung dengan subyek yang bersangkutan, jangan membawa masalah ke orang lain
yang tidak berhubungan.
c) Jujur
Berkata jujur agar dapat
dipercaya
d) Tepat
dalam bersikap
Pastikan memperhitungkan nilai
sosial dalam berbicara.
e) Tanyakan umpan balik
Menanyakan
umpan balik menjadi bukti bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada
perintah.
Misalnya: “Apakah sudah jelas? Atau ada pertanyaan?”.
2.1.5
Ciri-Ciri Asertif
Menurut Ranter
dan Goldstein (Syarani, 1995) menyebutkan ciri-ciri dari perilaku asertif
adalah sebagai berikut:
a.
Dapat menguasai
diri yaitu dengan bersikap bebas dan menyenangkan.
b.
Dapat merespon
hal-hal yang sangat disukai dan wajar.
c.
Dapat menyatakan
kasih sayang dan cintanya pada seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Sedangkan
Lazarus (Yogaryjantono, 1991), ciri-ciri asertif adalah sebagai berikut:
a.
Kemampuan memulai,
melanjutkan, dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan sukses.
b.
Kemampuan
mengatakan "tidak" terhadap sesuatu yang tidak disetujui.
c.
Kemampuan
mengajukan permintaan atau bariuan kapada orang lain, jika memang membutuhkan
bantuan.
d.
Kemampuan
menyatakan perasaan baik perasaan yang menyenangkan maupun
(http://arsip.uii.ac.id/files//2012/08/05.2-Bab-21.pdf)
Sedangkan, Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan
mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Bebas mengemukakan
pikiran dan pendapat, baik melalui kata- kata maupun tindakan.
2)
Dapat
berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3)
Mampu memulai,
melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4)
Mampu menolak
dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala
sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5)
Mampu
mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6)
Mampu
menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
7)
Memiliki sikap
dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8)
Menerima
keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa
yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan
tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
2.1.5 Petunjuk Menjadi Asertif
Menurut Bourne, (1995), untu menjadi individu yang asertif dibutuhkan
strategi, sebagai berikut
1)
Evaluasi terhadap hak-hak pribadi.
Tentukan apa
yang menjadi hak anda dalam situasi yang sedang dihadapi. Misalnya, Anda berhak membuat kesalahan dan mengubah pikiran anda.
2) Mengemukakan problem dan konsekuensinya
kepada orang yang terlibat dalam konflik.
Jelaskan sudut pandang anda, bahkan
meski sudah jelas sekalipun. Ini alan membuat orang lain
lebih tahu posisi dan pandangan anda. Deskripsikan problem seobjektif mungkin
tanpa menyalahkan atau menghakimi.
3)
Mengekspresikan perasaan tentang
situasi tertentu.
Ketika anda menyatakan perasaan
anda, bahkan orang yang tidak setuju dengan anda sekalipun akan bisa mengerti
perasaan anda tentang situasi itu. Ingat, gunakan
pesan “aku” bukan pesan “kamu”.
4)
Mengemukakan apa yang menjadi
permintaan.
Ini adalah aspek penting dari
bersikap asertif. Kemukakan keinginan anda atau yang tidak anda inginkan secara
langsung. (http://yulmainihendradewiningsih.wordpress.com/2012/11/28/makalah-asertif/)
2.1.6 Formula Membangun Asertif
Ada tiga formula
untuk membangun asertif sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam
mewujudkan sikap Assertivitas diri, yaitu:
1)
Appreciation.
Dengan
cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran
orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri
mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami,
menghormati dan menghargai kita.
2)
Acceptance
Adalah
perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima
orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini,
kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku
orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak
memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada
keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan
latar belakang lainnya.
3)
Accomodating.
Menunjukkan
sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang
sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan
kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka,
yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan
kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri.
(http://yulmainihendradewiningsih.wordpress.com/2012/11/28/makalah-asertif/)
2.1 IDENTITAS
2.1.1
Pengertian Identitas
Definisi
identitas. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki
pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang,
kelompok atau sesuatu sehingga
membedakan dengan yang lain. Identitas
juga merupakan keseluruhan atau totalitas yang menunjukkan ciri-ciri atau
keadaan khusus seseorang atau jati diri dari factor-faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku
tersebut terdiri atas kebiasaaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada
pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2116857-pengertian-identitas/#ixzz2mvgZ8OqX)
2.2 LESBIAN
2.2.1
Sejarah
Lesbian
Kehidupan
kaum lesbian sebenarnya telah ada sejak jaman kuno. Pada masa Nabi Luth,
kehidupan lesbi tumbuh subur dan bersanding dengan para gay. Kota yang terkenal
menjadi kehidupan kedua penganut pola hidup ini adalah kota Sodom dan Gomora.
Akhirnya kedua kota tersebut mendapat laknat berupa penghancuran dari Tuhan.
Namun, budaya tersebut tidak serta merta hilang seiring dengan musnahnya kota
Sodom dan Gomora. Meski sebagian masyarakat masih belum bisa menerima orientasi
seksual yang demikian, namun eksistensi kaum lesbi masih saja ada hingga saat
ini. Sejarah lain mencatat awal mula lesbian ada di Yunani kuno. Seorang
penyair wanita dari Yunani kuno bernama Sappho diketahui telah menulis puisi
cinta untuk perempuan maupun laki-laki. Hal inilah yang kemudian dibuat contoh
sebagai awalnya biseksualitas. Dua istilah yang mengacu pada homoseksualitas
perempuan berasal dari Sappho. Istilah tersebut adalah Sapphic dan Lesbian.
Dimana, istilah sapphic mengacu pada nama Sappho, dan Lesbian, merujuk pada
nama pulau tempat Sappho dilahirkan (http://www.datehookup.com/content-the-history-oflesbianism.htm
2.2.2
Pengertian
Lesbian
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan
orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang
mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara
spiritual.Istilah ini dapat digunakan sebagai kata benda jika merujuk pada
perempuan yang menyukai sesama jenis, atau sebagai kata sifat apabila bermakna
ciri objek atau aktivitas yang terkait dengan hubungan sesama jenis
antarperempuan.
2.2.3
Jenis Label untuk Lesbian
Menurut
(Kompasiana.com), label yang sering dipake di dunia lesbian ini untuk
ngelompokin jenis-jenis para belokers. Nah, ada 4 label yang sering
digunain, meliputi :
1)
Butchy : sosok
maskulin dengan cirri-ciri berpenampilan layaknya seorang cowok. Di dunia
lesbian, butchy alias buci berperan sebagai cowok dalam sebuah hubungan
(GF.an).
2)
Femme : sosok
feminism dengan ciri-ciri berpenampilan layaknya seorang cewek. Di dunia
lesbian, femme berperan sebagai cewek dalam sebuah hubungan.
3)
Andro : sosok
yang bisa dua-duanya. Nah di label andro ini masih dibagi menjadi 2 kelompok
lagi yaitu :
a.
Andro Butchy
(AB) : biasanya
berpenampilan seperti butchy tapi masih ada sifat ceweknya dan berperan sebagai
butchy (setengah butchy).
b.
Andro Femme
(AF) : biasanya
berpenampilan tomboy tapi tetep terlihat girly (hatinya masih femme dan
berperan sebagai femme).
4)
No Label : sosok yang
tidak mau dilabelin (ngga mau dikasih label Femme, butchy, andro), tapi tetep
aja belok, Sukanya suka sama cewek.
(http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2013/07/18/mengenal-dunia-lesbilesbian-butchy-andro-femme-dan-no-label-574623.html)
2.2.4
Penyebab
Seorang Lesbian
Menurut (konsultasisawit.blogspot.com) ada beberapa factor penyebab
seseorang menjadi lesbian, yaitu :
a. Kecewa
masa lalu (trauma)
Hal ini terjadi karena
merasa di hianati lelaki sehingga seorang perempuan bisa sangat membenci lelaki
dan akhirnya senang dengan sesama jenis.
b.
Sensasi Bercinta yang
berbeda
Hal ini cenderung sulit
dijelaskan karena sering kali bukan ketertarikan seksual yang dirasakan. Ketika
melihat perempuan lain yang cantik, pintar, dan wangi, seperti apa ya rasanya
berdekatan dengan dia? Mengapa pria begitu terobsesi dengan payudara perempuan?
Apa yang dirasakannya saat bersentuhan dengan titik sensitif perempuan
tersebut? Apabila perempuan bisa mengagumi keindahan tubuh perempuan lain,
bukankah itu berarti lebih mudah pula memberikan dan merasakan sentuhannya?
c.
Perempuan lebih memahami
perempuan
Tentu Anda tahu bahwa
pria sering kali sulit memahami wanita. Oleh karena itu, eksperimen dengan
sesama perempuan sering kali berangkat dari kemampuan perempuan saling memahami
bahasa verbal mereka. Perempuan bisa terbuka dan berbicara sejujur-jujurnya.
Bukankah sebenarnya ini kunci dari hubungan s3ks yang baik?
d.
Mengobati sakit hati
Ketika baru berpisah
dengan pasangannya, perempuan tentu tetap merasakan saat-saat horny. Selain
sedang tak punya pasangan (pria), perempuan mungkin juga sedang tak ingin
terlibat dengan pria. Maka, ia pun akan mencoba melakukannya bersama sesama
perempuan, entah itu teman lama atau teman yang baru dikenal. Bagaimanapun
juga, dalam s3ks juga ada unsur kehangatan yang didapatkan sehingga perempuan
merasa didampingi seseorang yang berpihak kepadanya.
e.
Lebih lembut
Perempuan memiliki
bibir yang lebih lembut dan mencium dengan lembut pula. Hal ini yang membedakan
dengan pria. Ketika merasa bernafsu, pria cenderung mencium terlalu
“bersemangat”. Mereka juga selalu melibatkan air liur terlalu banyak saat
mencium.
f.
Tidak jorok
Perempuan senang
melakukannya di tempat yang bersih, dengan seprai yang baru diganti. Ketika
ingin buang angin, perempuan tentu akan keluar dari kamar atau setidaknya
menyingkir. Pria justru sebaliknya, cenderung buang angin sembarangan dan
menganggapnya lucu.
g.
Penyimpangan genetik
Kalau yang satu ini
sama saja dengan bawaan lahir jadi tidak bisa di mengerti penyebabnya.
(http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/12/7-alasan-wanita-menjadi-lesbi-lesbian.html#ixzz2nV7arJf9)
2.2.5
Bahasa dan
Kebiasaan Kaum Lesbi
Kaum
lesbian, memiliki kode khusus dalam berkomunikasi. Hal ini dimaksudkan untuk
membedakan antara lain lesbian senior dengan perempuan yang masih
bertanya-tanya tentang orientasi seksual mereka. Pembedaan ini dilakukan agar
jelas arah mereka berbicara dan bergaul, dan paling penting adalah agar tidak
ada terjadi saling menyakiti perasaan. Selain berbeda dalam kedudukan sebagai
laki-laki dan perempuan, mereka juga memiliki bahasa khusus atau kode bahasa.
Ini dimaksudkan agar jika ada orang asing yang masuk dalam perkumpulan mereka,
orang tersebut tidak bisa mengetahui apa yang mereka bicarakan dan hanya
menjadi rahasia antara sesama lesbian saja.
Kode-kode
bahasa yang biasa lesbian gunakan antar sesama mereka, misalnya: belok; koleb: lesbi atau menyimpang, kepek:
ketahuan, GF: Pacar, Alone: Jomblo, Nyepik: Merayu, Selir: Selingkuhan, Lines: Lesbi, dll . Masih banyak lagi
istilah-istilah yang mereka gunakan dalam berkomunikasi.
Bahasa
maupun kode tersebut mereka gunakan karena banyak lelaki yang ingin mencoba
masuk dalam komunikasi ini. Sebab pada dasarnya mereka memiliki keingintahuan
terhadap aspek seksual yang misterius bagi mereka. Para lesbian teroperasi dua
kali, pertama sebagai seorang perempuan dalam lingkup budaya patriaki, kedua
dengan homoseksualitasnya dalam lingkup heteroseksisme. Sehingga para lesbian
dalam menyalurkan dorongan seksualnya lebih tertutup dan terselubung. Begitupun
dalam bersosalisasi, pada dasarnya mereka tidak seterbuka kaum gay, cenderung
lebih menutup diri serta berhati-hati dalam mengadakan kontak dengan
orang-orang baru yang belum mereka kenal. Hanya saja bahasa ini mereka gunakan
dalam kondisi tertentu, yaitu ketika mereka sedang berada dalam komunitas
mereka atau sedang berada bersama sesama lesbian. Sebab bukan hanya karena mereka
saja yang dapat memahami kode bahasa mereka, tapi hal ini juga menjadi pertanda
“private communication” mereka.
Dalam
berinteraksipun kaum lesbian memiliki istilah tersendiri. Dalam wacana
homoseksual modern, ada dua istilah utama, yaitu : “closet” (kloset) dan
“coming out” (keluar). Istilah “closet” digunakan sebagai metafor untuk
menyatakan ruang privat atau ruang sub struktur dimana seseorang dapat
mendiaminya secara jujur, lengkap dengan keseluruhan identitasnya yang utuh.
Sedangkan istilah “coming out” digunakan untuk menyatakan ekspresi dramatis
dari kedatangan yang bersifat privat dan publik. Secara harafiah coming out
dapat diterjemahkan sebagai keluar dari suatu tempat yang tadinya tertutup,
mengakui apa yang tadinya tidak terungkap. Seorang lesbian yang melakukan
coming out telah memasukan keontentikan dirinya dalam hubungan personalnya
dengan orang lain. Dapat saja orang yang telah mengetahui keadaan seksualitas
seorang lesbian menerimanya bahkan menolaknya.
2.2.6
Lesbian,
Perilaku Penyimpangan?
Secara
tradisional, psikologi cenderung mengabaikan masyarakat yang mengalami
penyimpangan perilaku seksual seperti lesbian dan gay serta menganggap mereka
sebagai orang abnormal. Bahkan, sampai tahun 1974, diagnostic and statistical
manual of mental disorder (sistem untuk menjelaskan dan mendiagnosa gangguan
mental) memasukkan penyimpangan seksual sebagai gangguan mental (Matt Jarvis
2009:13). Meskipun demikian, banyak penelitian telah diteruskan seputar
penjelasan mengapa ada orang tertentu mengalami kondisi penyimpangan perilaku
seksual. Keadaan ini tetap mengidentifikasikan bahwa penyimpangan perilaku
seksual masih perlu diperjelas alasannya secara kebetulan, istilah
“penyimpangan perilaku seksual” itu sendiri problematis, diasosiasikan dengan
stereotip negatif dan gagasan bahwa individu yang mengalami penyimpangan
perilaku seksual sudah menjadi istilah internasional untuk studi psikologi yang
membicarakan permasalahan penyimpangan orientasi seksual.
British psychological society membuka
bagian gay dan lesbian pada tahun 1999 dengan tujuan untuk memperbaiki
pemahaman psikologi masyarakat dan menggunakan psikologi untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat. Pada tataran praktis, ahli psikologi juga bisa memberikan
sumbangan dalam menjelaskan dan mengatasi permasalahan penyimpangan perilaku
seksual sampai permasalahan kecenderungan untuk bereaksi negatif terhadap
individu yang mengalami penyimpangan perilaku seksual.
Terdapat
beberapa kriteria baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat dipakai atau untuk menentukan atau mengukur kategori
abnormalitas kejiwaan individu yaitu sebagai berikut (Tristiadi Ardhi Ardani,
2007:19) :
1.
Penyimpangan dari norma-norma statistic. Kriteria ini berkaitan dengan sifat
kepribadian tertentu seperti agresif, dimana makin jauh dari nilai rata-rata
baik kearah kiri maupun kanan kita temukan orang-orang dengan tingkat
agresifitas ekstrim yang saling berkonotasi negatif.
2.
Penyimpangan dari norma-norma sosial. Menurut kriteria ini, abnormal diartikan
sebagai non konformitas yaitu sifat yang tidak patuh atau sejalan dengan norma
sosial. Inilah yang disebut relativisme budaya bahwa apa saja yang umum atau
lazim adalah normal, sedangkan perbuatan yang tidak sesuai dikategorikan
sebagai penyimpangan.
3. Gejala
salah suai (maladjusment). Abnormalitas dipandang sebagai ketidakefektifan
individu dalam menghadapi, menanggapi, menangani, atau laksanakan
tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber
dari kebutuhannya sendiri.
4. Tekanan
Batin. Abnormalitas dipandang sebagai perasaan-perasaan cemas, depresi, atau
sedih atau bahkan perasaan bersalah.
5.
Ketidakmatangan. Seseorang dikatakan abnormal bila perilakunya tidak sesuai
dengan tingkat usianya, tidak selaras dengan situasinya.
Berdasarkan
pengertian secara dikotomis terhadap kondisi kejiwaan individu tersebut maka
diperoleh pemahaman atau kesimpulan berkaitan dengan pengertian penyimpangan
perilaku seksual sebagaimana dikemukakan oleh Anna Freud adalah sebagai
berikut, penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan,
seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik
(George Boeree, 2008:57). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui
mengenai keterkaitan atau hubungan kausalitas antara kondisi kejiwaan dengan
pengalaman secara psikologis yang mengakibatkan berubahnya orientasi seksual
seseorang.
2.3 MASYARAKAT
2.3.1
Pengertian
Masyarakat
Abdul Syani
(1987: 30) mengemukakan bahwa “Masyarakat adalah berkumpul
bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi”.
Menurut
Hassan Shadily (1983: 31) “Masyarakat adalah golongan besar
atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara
golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”.
Joseph S.
Roucek dan Roland R. Warren “Sociology An Introduction” (1984:88) mengartikan
kelompok sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan
berinteraksi, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Marga
dalam bahasa asing disebut “clan” yang berarti sistem kekerabatan yang terdiri
dari anggota keluarga.
Menurut
Abdulsyani, sosiologi, “Skematika, Teori dan Terapan” (1992: 27), dalam
setiap masyarakat ada kelompok Gemeinschaft. Marga dalam hal ini dapat
digolongkan dalam Gemeinschaft by Blood, yaitu Gemeinschaft yang merupakan
ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan; contoh keluarga,
kelompok kekerabatan.
Soerjono
Soekanto (2002: 64-67) mengemukakan bahwa dalam masyarakat
terjadi proses interaksi sosial, Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder.
2.4.2 Syarat-syarat menjadi masyarakat
Masyarakat
harus mempunyai syarat-syarat berikut :
1. Harus
ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang
2. telah
bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu
3. adanya
aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju pada
kepentingan dan tujuan bersama.
(http://fadlyghopal.wordpress.com/2010/12/04/masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat-pedesaan)
2.4 HETEROSEKSUAL
2.4.1
Pengertian Heteroseksual
Heteroseksualitas yaitu ketertarikan satu individu terhadap
individu lain dengan jenis kelamin berbeda, seperti antara jantan dan betina. Ini adalah orientasi seksual yang banyak terdapat di masyarakat dan
dianggap normal dalam masyarakat tertentu dibandingkan dengan orientasi seksual
yang lain, karena prasangka terhadap orang lain yang tidak sama. (http://id.wikipedia.org/wiki/Heteroseksualitas)
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
1.
Observasi Partisipasi
Pengalaman pada awal memasuki kehidupan
lesbian merupakan hal yang unik dan
menarik untuk di teliti lebih lanjut. Observasi yang dilakukan oleh peneliti
selama melakukan penelitian tidak mengalami banyak hambatan, baik ketika di
ruang-ruang sosial seperti tempat makan dan hangout
mereka. Seperti layaknya mereka peneliti makan serta hangout di tempat mereka sering berkumpul tentunya didampingi teman
perempuan yang mungkin tidak menimbulkan kecurigaan diantara mereka, maupun
ketika observasi dilakukan diruang pribadi, seperti tempat tinggal subjek.
2.
Wawancara
Secara formal peneliti mengamati
secara mendalam dan melakukan wawancara kepada 3 orang lesbian dengan berbagai karakter, dan 2 diantara mereka memiliki
pasangan lesbian, dan salah satu dari
mereka pun aktif tercatat sebagai salah satu mahasiswa yang tersebar di Jawa
Timur.
Serangkaian wawancara tidak
terstruktur pun dilakukan terhadap subjek lesbian
sebagai bahan perbandingan. Wawancara juga dilakukan secara simultan kepada
teman dekat, teman nongkrong, dan
lingkungan sosial lesbian.
Wawancara dilakukan untuk menjawab
seberapa asertifkah mereka dalam mengungkapkan identitas lesbian mereka kepada masyarakat heteroseksual. Metode wawancara yang digunakan adalah dengan
wawancara bebas terstruktur, hal ini ditujukan agar data yang diperoleh lebih
luas dan tidak terpaku untuk sekedar mendapat jawaban atas rumusan masalah yang
diajukan, karena tidak serta mereka langsung menjawab dengan adanya bebas
terstruktur mengurangi kebohongan-kebohongan mereka dalam menjawab.
Semua yang terjadi selama penelitian
ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi peneliti, dan belum tentu semua
orang dapat merasakan pengalaman ini, yang kemudia peneliti ungkapkan dalam
laporan ini, meski peneliti sadari hasil dari penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna.
3.2
BATASAN ISTILAH
Didalam
penelitian ini terdapat batasan istilah yang digunakan peneliti untuk
menghindari adanya penyalahartian judul dan menjadikan peneliti lebih fokus
terhadap masalah yang dikaji. Adapun batasan istilah yang digunakan adalah :
1.
Perilaku Asertif: Rimm dan Masters (Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku
asertif adalah suatu perilaku dalam hubungan interpersonal yang bersifat jujur
serta mengekspresikan pikiran dan perasaan secara langsung dengan tetap
memperhitungkan kondisi sosial yang ada.
2. Identitas:
Identitas merupakan keseluruhan atau
totalitas yang menunjukkan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati
diri dari factor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari
tingkah laku individu
3.
Lesbian: Lesbian adalah istilah
bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan
atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik,
seksual, emosional, atau secara spiritual
4. Heteroseksual:
merupakan
hubungan normal antara laki-laki dan perempuan yang memiliki fungsi pro-kreasi
seksualitas.
3.3
SUBJEK PENELITIAN
Subjek
dalam penelitian ini sebanyak 3 orang. Penelitian menggunakan subjek
berdasarkan ciri-ciri yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian, dengan
karakteristik sebagai berikut :
1.
Subjek adalah seorang lesbian
2.
Memiliki komunitas yang jelas yaitu CBS
(Community Belok Surabaya)
3.
Bersedia untuk menjadi subjek penelitian
perilaku asertif identitas lesbi
4.
Berusia 15-20 tahun
3.4 METODE
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah :
3.4.1
Wawancara (interview)
Digunakan untuk mendapatkan data
atau informasi dari pihak yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara dilakukan
dengan cara bertanya langsung pada subjek (komunitas lesbian dan masyarakat wilayah sekitar Taman Bungku dan Royal Plaza
Surabaya) sebagai narasumber atau pihak yang diwawancarai (interview).
Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara
ini adalah untuk menciptakan suasana yang akrab, bebas, dan terkesan tidak ada
batasan antara peneliti dengan pihak-pihak yang diwawancarai.
Adapun pertanyaan yang diajukan sebagai guide
interview yaitu:
NO
|
ASPEK
ASERTIF
|
GUIDE INTERVIEW
|
1.
|
Komunikasi
|
1.
Bagaimana
perasaan kalian jika ada orang yang menggunjing tentang dunia kalian?
2.
Sebenarnya
apa yang ingin kalian ungkapkan dengan masyarakat disana tentang keberadaan
kalian?
3.
Apakah
kalian mampu untuk mengutarakan siapa kalian ini jika sudah “kepek” dari
seseorang?
4.
Bagaimana
sosialisasi kalian terhadap masyarakat diluar sana terutama keluarga?
5.
Pernah
merasakan terlalu diusik keberadaan oleh orang lain?
6.
Alasan
apa yang paling kuat untuk menyatakan kepada masyarakat tentang adanya kalian
seperti ini?
|
2.
|
Isyarat fisik
|
1.
Sebenarnya
isyarat apa yang telah kalian berikan pada masyarakat tentang kondisi kalian
yang bisa dikatakan melawan alam ini?
2.
Bagaimana
saat kalian berinteraksi pada orang yang tahu tentang kalian dan tidak tahu
tentang kalian?
3.
Ekspresi
apa yang muncul ketika kalian “kepek” dari seseorang?
4.
Bagaimana
mengatasi perasaan kalian ketika memberanikan diri untuk mengutarakan
sebenarnya?
|
3.
|
Ketepatan respon
|
1.
Bagimana
jika keluarga kalian sendiri tidak mengizinkan hal ini terjadi?
2.
Harapan
apa yang ingin kalian penuhi untuk saat ini sebagai seorang yang kalian sadar
telah melawan alam seperti ini?
3.
Apakah
anda berpikir positif pada masyarakat normal pada umumnya?
|
3.4.2
Observasi
Pengumpulan
data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan salah satunya melalui
observasi. Menurut Moleong (2006:175) alasan metodologis bagi penggunaan
pengamatan observasi ialah karena cara ini dapat mengomptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif kepercayan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan
dan sebagainya.
Jenis
observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung berperan
serta, yaitu peneliti melakukan sebagai pengamat dalam hal ini menjadi anggota
dari yang diamatinya. Kemudian juga peneliti menggunakan observasi sebagai
metode inti dari segala kegiatan penelitian kualitatif lapangan. Dengan
demikian maka akan dapat diperoleh informasi apa saja yang dibutuhkan termasuk
yang dirahasiakannya sekalipun (Moleong, 2006:176). Adapun yang menjadi obyek
pengamatan dalam penelitian ini adalah segala bentuk perilaku atau tindakan
dari subjek lesbi yang berada di
Surabaya atau pihak–pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini
3.4.3
Studi Kepustakaan
Mencari
buku-buku yang berkaitan dengan perilaku asertif dan komunikasi serta metode
penelitian komunikasi, teori-teori asertif dalam berkomunikasi yang digunakan
sebagai landasan berpikir bagi peneliti dan segala sumber informasi yang
dianggap mendukung penelitian ini.
3.4.4
Dokumentasi
Dilakukan dengan menyimpan data-data
yang telah dikumpulkan peneliti terkait dengan penelitian ini. Selain itu,
dokumentasi juga dilakukan dengan mempelajari buku yang berhubungan dengan
masalah penelitian yang terdahulu atau pola penelitian ulangan, literatur yang
berkaitan dengan objek yang diteliti yaitu surat kabar, majalah, dll.
3.4.5
Prosedur
Penelitian
Ada
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti. Kegiatannya dibedakan dalam dua
klasifikasi yaitu kegiatan pra lapangan dan tahap pekerjaan lapangan.
1. Tahap pra
lapangan
Pada tahap
ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan pekerjaan
penelitian di lapangan. Kegiatannya adalah sebagai berikut :
a.
Penentuan
lokasi penelitian
Didalam
menentukan lokasi penelitian ini,
peneliti menetapkan Penelitian ini
dilakukan di kota Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya berada di wilayah Taman
Bungkul dan Royal Plaza Surabaya. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian
di wilayah tersebut adalah bahwa setelah melakukan pengamatan, peneliti melihat
bahwa wilayah Taman Bungkul dan Royal Plaza Surabaya banyak terdapat komunitas lesbian. Lebih jauh, wilayah tersebut
merupakan tempat pertemuan komunitas lesbian
untuk kemudian melakukan berbagai macam aktivitas lesbian dengan frekuensi dan intensitas yang cukup tinggi.
b. Penentuan subyek penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek
perilaku asertif identitas lesbian
pada masyarakat heteroseksual di
Surabaya dalam komunitas CBS (Community Belok Surabaya).
c. Menyusun rancangan penelitian
Peneliti melakukan kegiatan membuat suatu rancangan
penelitian atau disebut dengan usulan penelitian, dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif, karena hasil penelitian berupa kata-kata bukan
angka-angka.
d. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Perlengkapan
penelitian yang diperlukan antara lain: buku catatan, alat tulis, dan pedoman
wawancara.
2. Tahap
pekerjaan lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
pekerjaan lapangan meliputi kegiatan sebagai berikut :
a.
Memasuki
lapangan
Sebelum
melaksanakan pengumpulan data, peneliti perlu melakukan pendekatan atau menciptakan keakraban/rapport.
Agar hubungan dengan subjek penelitian yaitu lesbi dan komunitas tersebut dengan peneliti lebih terbuka. Dengan
demikian subyek dengan sukarela dapat membantu yang diperlukan peneliti, rapport ini dilakukan peneliti sejak
bulan September hingga dibuatnya laporan ini.
b.
Melakukan
penggalian data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data adalah metode observasi, wawancara. Observasi dijadikan
sebagai penentuan subyek penelitian. Wawancara akan dilakukan pada subyek
penelitian.
1
Melakukan penggalian data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data
adalah metode observasi, wawancara. Observasi dijadikan sebagai penentuan
subyek penelitian. Wawancara akan dilakukan pada subyek penelitian.
2
Peneliti melakukan pengumpulan data kemudian
melakukan analisa
data .
3
Peneliti membuat kesimpulan dari analisa data yang
telah didapatkan, kesimpulan juga diambil dari masing-masing hasil wawancara
dan observasi
4 Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap
ini adalah tahapan akhir yang dilakukan oleh peneliti.
3.4.6
Analisa Data
Analisis
data kualitatif menurut Bogman & Biklen (dalam Moleong, 2007: 248) adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
menentukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Adapun
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan
Huberman (1984, dalam Sugiyono, 2005: 94) yang membaginya menjadi 3 bagian
yaitu:
1.
Data
Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu diteliti dan rinci. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
2.
Data Display (Penyajian Data)
Dalam
penelitian kualitaif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart,
dan sejenisnya, Dimana yang paling
sering digunakan adalah penyajian data dengan teks yang bersifat naratif.
3.
Conclusion Drawing (Verification)
Langkah
ketiga adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemui
bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.4.7
Keabsahan Data
Sebelum
data dari hasil penelitian diuraikan dan dianalisa, dilakukan terlebih dahulu
keabsahan data, dimana pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah
menggunakan derajat kepercayaan (credibility) yang dilakukan dengan cara triangulasi.
Untuk
mengecek keabsahan data yang sudah diperoleh berupa hasil wawancara dan
observasi, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007: 330). Dimana Dezin (dalam Meleong,
2007: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian
ini pemeriksaan keabsahan data akan dilakukan oleh peneliti dengan cara
membandingkan hasil wawancara yang dikatakan subyek dengan tetangga subyek
disebut triangulasi sumber.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Identitas Subyek
|
Subyek 1
|
Subyek 2
|
Nama Asli
|
RKW
|
IJ
|
Panggilan
|
Yoyo
|
Icha
|
Umur
|
18 tahun
|
18 tahun
|
Tempat, tanggal lahir
|
|
Sby, 26 juni 1995
|
Tinggi Badan
|
150 cm
|
145 cm
|
Berat Badan
|
45 kg
|
45 kg
|
Pendidikan terakhir
|
SMA
|
SMA
|
Anak ke
|
2 (Dua) dari 2 bersaudara
|
1 (satu) dari 2 bersaudara
|
Urutan Kelahiran
|
Cewek, Cewek (subyek)
|
Cewek (subyek), cewek
|
Pekerjaan Ayah/Ibu
|
PNS/ibu rumah tangga
|
Juragan besi tua/ibu rumah tangga
|
Label
|
Butchy (Gen)
|
Fheme (trauma)
|
Hobby
|
Mendengarkan cerita, mencari
pengalaman baru
|
Berenang
|
4.2 Analisis per Subyek dan
per Aspek
4.2.1
Subyek 1
4.2.1.1
Aspek Komunikasi
Perasaan subyek
jika ada orang yang menggunjing tentang dunianya yang pertama itu pasti karena sebuah perbedaan
jadi pasti orang banyak yang menggunjing, jadi intinya subyek cuek-cuek saja
yang penting dia bisa berbuat baik pada mereka, Walaupun dia dianggap negatif
oleh masyarakat. Hal yang ingin diungkapkan dengan masyarakat tentang keberadaan subyek adalah karena berbeda
itu bukan untuk saling disakiti, berbeda itu bukan untuk saling dijauhkan.
Berbeda itu untuk dirangkul jadi walaupun kita berbeda dengan mereka harusnya
mereka menghargai kita jadi sama-sama menghargai. Tidak perlu melihat bahwa ini
hal yang menjijikkan bersikap yang biasa sajalah, kita saling menghargai,
subyek baik ke masyarakat, subyek juga
berharap masyarakat baik ke dia.Jika subyek sudah “kepek” oleh seseorang maka subyek mungkin akan menjelaskan
pelan-pelan bahwa dia seperti ini dengan kondisi seperti ini karena seperti ini.
Cara sosialisasi subyek terhadap masyarakat diluar terutama keluarga bahwa dulu masalah keluarga
yang tahu itu karena ketahuan akhirnya terpaksa harus dijelaskan. Jadi harus
menjelaskan pelan-pelan walaupun orangtua pertama kaget, shock tapi subyek tetap
mencoba untuk menerangkan dia yang sebenarnya. kalau orangtua tidak bisa
menerima, subyek siap untuk keluar dari rumah. Kalau masyarakat misal menolak
subyek baginya itu tidak penting karena masih ada teman yang lain yang bisa menerima
dia. Jadi sosialisasinya itu paling kalau ada yang tahu, subyek akan menjelaskan
dirinya yang seperti ini. Perasaan
diusik keberadaannya oleh orang lain itu tergantung diri sendiri,
kalau menanggapi omongan orang begitu dalam jadi merasa terusik, tapi subyek
sendiri tidak pernah mendengarkan karena ia merasa bahwa ini hidup dia jadi terserah
dia., maka dia bersikap cuek. Alasan
subyek yang paling kuat untuk menyatakan kepada masyarakat tentang adanya dia seperti ini karena dengan menceritakan dari awal itu cara agar
mereka bisa terima.
4.2.1.2
Aspek Isyarat Fisik
Tidak ada isyarat khusus yang diberikan
pada masyarakat tentang kondisi subyek yang demikian karena masyarakat
sendiri sekarang sudah pandai untuk mengetahui keberadaan tentang lesbian. jadi
misalnya subyek ketahuan mungkin dia harus menjelaskan. Subyek berinteraksi pada orang yang tahu
tentang dia dan yang tidak
tahu tentang dia
secara normal. Artinya normal adalah
biasa sama dengan orang lainnya,
Ekspresi
yang muncul ketika subyek “kepek” dari seseorang awalnya subyek membuat
dirinya merasa tenang supaya waktu menjelaskannya enak dan nyaman agar akhirnya
jelas. Untuk
mengatasi perasaan ketika memberanikan diri untuk
mengutarakan sebenarnya subyek merasa harus kuat mental, mengetahui resikonya dan harus tegar saat
menjelaskan.
4.2.1.3
Aspek Ketepatan respon
Jika keluarga subyek tidak mengizinkan hal ini terjadi maka jalannya adalah backstreet, subyek akan berusaha jiks memang jalan dan
tempatnya disinidia akan berjuang bagaimana caranya untuk mempertahankan. Kalau
orang yang diperjuangkan mau. kalau tidak mau subyek mau menjalani hidupnya
sendiri. Harapan yang
ingin subyek
penuhi untuk saat ini
sebagai seorang yang sadar adalah agar tidak saling mengganggu dengan kehidupan orang lain,
masyarakat bisa menghargai dia dengan keputusannya
yang seperti ini, dengan jalan dia eperti ini masyarakat bisa terima. Subyek
berpikir positif tentang masyarakat dan dia bisa menerima pemikiran masyrakat
hanya saja yang perlu diketahui masyarkat adalah supaya kita hidup yang normal-normal
saja, selayaknya yang lain, tidak perlu melihat dari minat seksnya, tapi liat dari
kebaikan dirinya ke orang lain seperti apa.
4.2.2
Subyek 2
4.2.2.1
Aspek Komunikasi
Perasaan subyek jika
ada orang yang menggunjing tentang dunianya biasa saja. Biar mereka mengetahui dengan sendirinya.
Hal ingin diungkapkan kepada masyarakat
tentang keberadaan
dirinya bahwa disini itu kita sama-sama sayang, kita sama-sama cinta. Karena di
pondok juga tidak diperbolehkan berhubungan selain makhrum, jadi mohon untuk
dimaklumi. Subyek mampu untuk
mengutarakan siapa kalian ini jika sudah “kepek” dari seseorang yaitu adiknya sendiri,
dengan cara subyek menceritakan tentang pasangannya dan juga sejak kapan ia
memasuki dunia lesbian. Jadi sang adik harus bisa maklumi dirinya. Awalnya subyek ingin berubah hanya saja
tergoda lagi oleh pasangannya. Ia merasa
terlalu diusik keberadaan oleh adiknya sendiri. Alasan
yang paling kuat untuk menyatakan kepada masyarakat tentang dia yang seperti ini adalah
tentang cinta dan sayang yang dimilikinya terhadap pasangannya.
4.2.2.2
Aspek Isyarat Fisik
Tidak ada isyarat apapun yang diberikan
pada masyarakat tentang kondisi dirinya bahkan ia saat berkumpul bersama yang
lain seperti ia dan
pasangannya seperti tidak memiliki hubungan, artinya biasa saja. Hal itu tidak perlu diperlihatkan, biar diri sendiri
yang tahu. Jika
subyek “kepek” dari seseorang maka ia menceritakan
sebenarnya.
4.2.2.3
Aspek Ketepatan Respon
Jika keluarga subyek tidak mengizinkan hal ini terjadi maka subyek memilih untuk
mengikuti pasangannya karena pasangannya membawa pengaruh positif ke dalam
dirinya. Harapan yang ingin dipenuhi untuk saat ini adalah subyek ingin hidup bersama pasangannya saja.
Subyek berpikir negative terhadap sebagian
laki-laki yang ada di masyarakat, menganggap kebanyakan dari mereka adalah
pengkhianat.
4.3 Kesimpulan Analisis per Aspek kedua subyek
4.3.1
Aspek Komunikasi
Perasaan kedua subyek
jika ada orang yang menggunjing tentang dunianya adalah cuek karena kesdaran bahwa sebuah perbedaan
membuat orang lain ingin menggunjing. Dan biarkan mereka mengetahui dengan sendirinya.
Hal yang ingin diungkapkan dengan masyarakat tentang keberadaan subyek adalah karena berbeda
itu bukan untuk saling disakiti, berbeda itu bukan untuk saling dijauhkan.
Berbeda itu untuk dirangkul jadi walaupun kita berbeda dengan mereka harusnya
mereka menghargai kita jadi sama-sama menghargai. Dan keberadaan kedua subyek
ini adalah karena mereka saling menyayangi, saling mencintai, dan adanya
keinginan untuk dimaklumi. Tidak perlu melihat bahwa ini hal yang menjijikkan
bersikap yang biasa sajalah, kita saling menghargai, subyek baik ke masyarakat,
subyek juga berharap masyarakat baik ke dia. Jika subyek sudah “kepek” oleh seseorang maka subyek mungkin akan menjelaskan
pelan-pelan bahwa dia seperti ini dengan kondisi seperti ini karena seperti ini
juga dengan cara subyek menceritakan tentang pasangannya dan juga sejak kapan
ia memasuki dunia lesbian. Cara sosialisasi
subyek terhadap masyarakat diluar terutama
keluarga
bahwa dulu masalah keluarga yang tahu itu karena ketahuan akhirnya terpaksa
harus dijelaskan. Jadi sosialisasinya itu jika ada yang tahu, subyek akan menjelaskan
dirinya yang seperti ini. Perasaan
diusik keberadaannya oleh orang lain itu tergantung diri sendiri,
kalau menanggapi omongan orang begitu dalam jadi merasa terusik, tapi subyek
sendiri tidak pernah mendengarkan karena ia merasa bahwa ini hidup dia jadi terserah
dia, maka dia bersikap cuek. Alasan
subyek yang paling kuat untuk menyatakan kepada masyarakat tentang adanya cinta dan sayang yang
dimilikinya terhadap pasangannya sehingga ia tetap memepertahankannya, termasuk
untuk menceritakan dari awal itu cara agar mereka bisa terima. adalah tentang
4.3.2
Aspek Isyarat fisik
Tidak ada isyarat
apapun yang diberikan
pada masyarakat tentang kondisi dirinya bahkan ia saat berkumpul bersama yang
lain seperti ia dan
pasangannya seperti tidak memiliki hubungan, artinya biasa saja. Lagipula masyarakat sendiri sekarang sudah pandai
untuk mengetahui keberadaan tentang lesbian. jadi misalnya subyek ketahuan
mungkin dia harus menjelaskan. Subyek berinteraksi
pada orang yang tahu tentang dia dan yang tidak tahu tentang dia secara normal. Artinya normal adalah biasa
sama dengan orang lainnya,
Ekspresi
yang muncul ketika subyek “kepek” dari seseorang awalnya subyek
membuat dirinya merasa tenang supaya waktu menjelaskannya enak dan nyaman agar
akhirnya jelas. Untuk mengatasi
perasaan
ketika memberanikan
diri untuk mengutarakan sebenarnya subyek merasa harus kuat mental, mengetahui resikonya dan
harus tegar saat menjelaskan.
4.3.3
Aspek Ketepatan Respon
Jika
keluarga subyek tidak mengizinkan hal ini terjadi maka jalannya adalah backstreet, subyek memilih untuk mengikuti pasangannya karena
pasangannya membawa pengaruh positif ke dalam dirinya. Harapan yang ingin subyek penuhi
untuk saat ini sebagai seorang yang sadar adalah subyek ingin hidup bersama pasangannya
saja, tidak saling mengganggu dengan kehidupan orang lain, masyarakat bisa menghargai dia dengan keputusannya yang seperti ini,
dengan jalan dia eperti ini masyarakat bisa terima. Subyek berpikir positif
tentang masyarakat dan dia bisa menerima pemikiran masyrakat hanya saja yang
perlu diketahui masyarkat adalah supaya kita hidup yang normal-normal saja, selayaknya
yang lain, tidak perlu melihat dari minat seksnya, tapi liat dari kebaikan dirinya
ke orang lain seperti apa. Pemikiran negative muncul untuk laki-laki yang
seringkali mengkhianati hati perempuan.
LAMPIRAN
1.
Verbatim Subyek 1
Kode
|
Baris
|
Transkrip
|
Koding
|
DR261213
|
1
|
Ehm,
maaf ya sebelumnya udah ganggu. Boleh minta waktunya sebentar?
|
RAPPORT
|
YY261213
|
|
Iya
ga masalah
|
|
DR261213
|
|
Iya,
ee.. dari mana?
|
|
YY261213
|
|
Em
abis dari rumah terus jalan-jalan
|
|
DR261213
|
5
|
O
jalan-jalan iya.. jadi emm gini bagaimana sih perasaan kamu jika ada orang
yang menggunjing tentang emm dunia kamu?
|
|
YY261213
|
|
Ee
yang pertama itu kan pasti kan karena kita beda aa jadi kan pasti orang
banyak menggunjing kan, jadi intinya kita itu ya cuek-cuek aja yang penting
kita bisa berbuat baik pada mereka, walaupun dia ee anggap negative kita kaya
gitu
|
Komunikasi
|
DR261213
|
|
Emm
iya.. terus sebenarnya apa sih yang kamu ingin ungkapkan ke mere ke
masyarakat gitu tentang tentang keberadaan kamu dan teman-teman yang lain?
|
|
YY261213
|
|
Berbeda
itu bukan untuk saling disakiti berbeda itu bukan untuk saling dijauhkan,
nggak. Berbeda itu untuk dirangkul jadi kita itu harus apa ya mereka walaupun
kita berbeda dengan mereka harusnya mereka menghargai kita istilahnya kita
juga menghargai mereka kaya gitu
|
Komunikasi
|
DR261213
|
|
Jadi
intinya kamu pingin kamu apa ya dari mereka itu?
|
|
YY261213
|
10
|
Iyaa,
nggak usah ngeliat itu kaya hal menjijikkan atau hal yang seperti apa ya yang
biasa ajalah, kita saling menghargai, saya baik ke dia ya saya juga
berharapnya dia baik ke saya gitu
|
Komunikasi
|
DR261213
|
|
Emm
oke, terus apakah kamu mampu untuk mengutarakan siapa kamu jika ada yang tahu
tentang kamu yang sebenernya ya dengan dunia kamu ini?
|
|
YY261213
|
|
Yaa
kalo misalnya ada orang yang tau karakter saya seperti itu ya mungkin saya
akan jelaskan pelan-pelan ya saya seperti ini dengan kondisi seperti ini
karena seperti ini ya seperti itu. Biasa aja sih
|
Komunikasi
|
DR261213
|
|
Terus
bagaimana sosialisasi kamu terhadap masyarakat di luar? Terutama ke keluarga
kamu tentang ya ini lo aku, gitu?
|
|
YY261213
|
|
Kalo
dulu itu masalah keluarga yang tau itu karena pertama kan ketauan akhirnya
mau gak mau kan harus dijelaskan. Jadi ya harus dijelaskan pelan-pelan
walaupun orangtua pertama kaget, shock kan kenapa kok anakku seperti ini ya
kita tetep coba buat menerangkan ini lo saya. sebenarnya saya sepeti ini.
kalo kalian gak bisa menerima, saya bisa apa ya siap buat keluar dari rumah.
Saya udah bilang kaya gitu dari awal. Ya alhamdulilah mereka bisa terima walaupun
mereka sekarang mereka melarang kan. mereka melarang ya tetep saya
backstreet, gimana ya apa ya udah ada backstreet itu sih yang bermasalah ya
jadi kalo menjauh-jauh seperti itu ya rasanya susah juga. emang dari kecil
|
Komunikasi
|
DR261213
|
15
|
Eem,
itu kan dari keluarga , kalo misalkan dari masyarakat sendiri? Sekitar?
apakah ada yang..
|
|
YY261213
|
|
Kalo
masyarakat ngomongnya juga biasa sih kaya temen-temen itu justru temen itu
yang bisa ngerti biasanya. Mereka kan kalo mnurutku ya temen kalo misalkan
nolak saya buat saya juga ya ga penting juga. ya emang dia itu siapa gitu kan
masih ada temen yang lain yang bsia terima saya. Jadi kalo sosialisasinya itu
paling kalo dia tau ya saya jelaskan saya seperti ini, kalian bisa terima ya
alhamdulilah, kalo gak bisa ya juga gak apa-apa, gak masalah
|
Komunikasi
|
DR261213
|
|
Pastinya
kan kalo komunikasi itu kan emm kan kalo komunikasi pasti kan tau banget apa
ya emm kamu ngerasa nyaman sama kamu kalo seumpamanya untuk temen-temen dari
kamu sendiri selain dari komunitas banyak gak yang seneng gitu maksudnya tau
tentang kamu yang sebenarnya terus mereka fine-fine aja?
|
|
YY261213
|
|
Yaa
ada banyak .temen saya yang bisa terima saya banyak
|
|
DR261213
|
|
Emm
heem.. terus pernah gak merasa terlalu diusik keberadaannya sama orang lain?
|
|
YY261213
|
20
|
Hem,
gini lo kan kalo masalah terusik sama enggaknya itu tergantung kita sendiri
ya, kalo kita menanggapi begitu dalam jadi kita terusik tapi ya banyak
omongan yang masuk banyak omongan itu tapi kita tapi saya sendiri itu enggak
pernah dengerin gitu lo ya udah la ini hidup saya terus kalian mau ngapain ya
hidup-hidup saya ya terserah saya. Ya gitu jadi saya cuek aja
|
Komunikasi
|
DR261213
|
|
Terus
untuk alasan apa yang kamu berikan kepada orang-orang ya tentang kepada
masyarakat gitu tentang adanya kalian seperti itu? Alasan selain ya merasa
ini lo dunia aku gitu
|
|
YY261213
|
|
Gimana
ya.. alasannya kan?
|
|
DR261213
|
|
Heem
|
|
YY261213
|
|
Ya
banyak sih kalo cerita-cerita ke temen
itu alasannnya kenapa mungkin syaa cerita dari awal. Dari awal itu saya gimana
biar mereka bisa terima. Ya kaya gitu mungkin.
|
Komunikasi
|
DR261213
|
25
|
Sebenernya
ee isyarat apasih yang kalian yang yang kamu berikan pada masyarakat tentang
kondisi kamu yang bisa dikatakan ya seperti ini gitu ?
|
|
YY261213
|
|
Isyarat
kaya gimana maksudnya?
|
|
DR261213
|
|
Ya
maksudnya apa ya ngasih tau atau..
|
|
YY261213
|
|
Oh
tanda-tanda?
|
|
DR261213
|
|
Tanda-tanda
heem
|
|
YY261213
|
30
|
Kan
masyarakat sendiri tu sekarang pinter-pinter ya kan kaya tau keberadaan
seperi itu jadi kalo misalnya saya ke gap saya ketauan ya mungkin saya harus
jelaskan. kalo mereka gak terima ya sudah gak masalah
|
Isyarat
fisik
|
DR261213
|
|
Eem
iya, terus bagaimana sih jika kamu berinteraksi dengan seorang yang tau
tentang kamu
|
|
YY261213
|
|
Ya
normal-normal aja kaya orang lainnya, klo berinteraksi ya kaya biasanya
|
Isyarat
fisik
|
DR261213
|
|
Ohh
kalo yang tidak tahu sama kamu? Yang maksudnya yang seperti ini?
|
|
YY261213
|
|
Ya
gapapa ya biasa aja, ya normal-normal aja kaya sama yang lain
|
Isyarat
fisik
|
DR261213
|
35
|
Jadi
intinya meskipun kenal ataupun enggak
|
|
YY261213
|
|
Ya
biasa ajaa.. soalnya mereka mungkin nggak meganggap apa ya nganggap kaya
tentang bertindak ... kaya gtu
|
|
DR261213
|
|
Eem
sekarang kamu punya pacar?
|
|
YY261213
|
|
Ya
ada
|
|
DR261213
|
|
Udah
berapa taun?
|
|
YY261213
|
40
|
Enggak,
enam bulan masi’an. ini anniversary. Hahaha
|
|
DR261213
|
|
Oh
okee terus eemm eh kalo bicara tentang ekspresi gitu. Gimana sih ekspresinya
jika ketauan gitu?
|
|
YY261213
|
|
Ekspresi
pertama sih ya biasa sih tak buat tenang jadi biar nggak apa ya saya itu
jelasinnya enak gitu lo kalo udah ketauan saya jelasinnya enak udah tak buat
tenang dan akhirnya jelas kalo misalnya apa ya suruh beri penjelasan ya saya
kasih penjelasan
|
Isyarat
fisik
|
DR261213
|
|
Terus
bagaimana sih cara mengatasi perasaan kamu ketika memberanikan diri untuk
mengungkapkan sebenarnya kamu seperti ini?
|
|
YY261213
|
|
Kita
itu harus mental kudu kuat ya. Mental harus kuat, kita harus tau resikonya
yaudah kita jalani ya ya itu pokoknya harus tegar lah kita buat ngomongnya
kaya gitu
|
Isyarat
fisik
|
DR261213
|
45
|
Terus
kembali lagi jadi kaya tadi kamu bilang emm jika keluarga kamu sendiri tidak
mengijinkan ya tentang kamu yang sperti ini itu gimana, kan tadi katanya kamu
tetep backstreet, kalo seumpamanya ketauan lagi ?
|
|
YY261213
|
|
Kalo
ketauan lagi mungkin ya backstreet lagi pasti lah saya bakal berusaha kalo
misalnya kaya emang jalan saya temapatnya disini lo ya saya bakal berjuang gimana caranya
pertahankan. Kalo orang yang diperjuangkan mau. kalo nggak mau ya saya mau
jalani hidup saya sendiri
|
Ketepatan
respon
|
DR261213
|
|
Tapi
kalo untuk kamu sendiri ke pacar kamu yang sekarang kan sayang banget nggak?
|
|
YY261213
|
|
Ya
kalo dikatakan sayang banget ya sayang..
|
|
DR261213
|
|
Cinta?
|
|
YY261213
|
50
|
iyalah
jelas
|
|
DR261213
|
|
Alasan
kamu pertahankan ini tuh apa karena cinta doang apa gimana?
|
|
YY261213
|
|
Nggak
sih, alasannya sih kalo saya liat pasangan saya yang sekarang ya itu pantes
buat dipertahankan. Soalnya dia tu emm kalo beda dari yang lain itu alasanya
relatif banget ya kan, masalahnya itu dia itu bisa mau terima. terima
maksudnya dari kurangnya saya dari kasarnya saya beda dari orang lain, kalo
mungkin orang yang pernah jalan sama saya nggak pernah betah sama saya
soalnya saya itu memang terkenal kasar ya saya maunya sendiri, tapi dia
mau sabar lah buat gini, saya
pelan-pelan buat tetap apa ya buat tetap saya ingat kalo komitmen awal itu
buat mempertahankan dia kaya gitu
|
Ketepatan
respon
|
DR261213
|
|
Jadi
emang yang sekarang itu beda banget ya ?
|
|
YY261213
|
|
Iya
memang beda
|
|
DR261213
|
55
|
Ehm
terus apa sih harapanmu yang kamu pengen , ya harapan kamu tentang seperti
ini terus untuk orang lain untuk masyarakat?
|
|
YY261213
|
|
Ya
jangan sampek apa ya mengganggu gitu ya
|
Ketepatan
respon
|
DR261213
|
|
Ya
ini aku?
|
|
YY261213
|
|
Iya
kalo buat masyarakat sendiri ya saya harap mereka bisa menghargai saya dengan
keputusan saya seperti ini, dengan jalan saya seperti ini mereka bisa terima.
Ya kita hidup normal-normal aja ya selayaknya gak perlu liat kaya minat saya
yang seperti itu, tapi liat aa kebakan saya itu sama orang itu kaya gimana.
Itu aja yang perlu diketahui masyarakat, gak perlu yang lain-lain, gak perlu
dilihat hal yang seperti itu
|
Ketepatan
respon
|
DR261213
|
|
Tapi
kan kamu sendiri melihat masyarakat itu kan positif-positif aja kan?
|
|
YY261213
|
60
|
Heem
|
|
DR261213
|
|
Untuk
ya maksudnya
|
|
YY261213
|
|
Mau
menerima gitu? Heeh
|
Ketepatan
respon
|
DR261213
|
|
Jadi
gitu ya? Ya okee. Makasih ya untuk waktunya
|
|
YY261213
|
|
Ya
ya..
|
|
2.
Verbatim Subyek 2
Kode
|
Baris
|
Transkrip
|
Koding
|
CH261213
|
1
|
Ya
Ehm, ini tadi adeknya darimana?
|
RAPPORT
|
IJ261213
|
|
Aku
seh dari rumah aja
|
|
CH261213
|
|
Dari
rumah aja?
|
|
IJ261213
|
|
Iya
|
|
CH261213
|
5
|
Nggak
ada kesibukan lain?
|
|
IJ261213
|
|
Nggak
ada
|
|
CH261213
|
|
Ee
kerja nggak atau gimana?
|
|
IJ261213
|
|
Kerja,
aku kerja
|
|
CH261213
|
|
Kerja
dimana?
|
|
IJ261213
|
10
|
Kerja
ee kerja di matahari
|
|
CH261213
|
|
Oh
kerja di matahari?
|
|
IJ261213
|
|
Iya
|
|
CH261213
|
|
Ya gini kita ee ngelanjutin kemaren aja
|
|
IJ261213
|
|
Iya
|
|
CH261213
|
15
|
Ehm
disini kita mau nanya soal apa namanya tentang aserif identitas dari dunia
kalian ke masayarakat yang hetero.
|
|
IJ261213
|
|
Ya
|
|
CH261213
|
|
Disini
bagaimana perasaan kalian jika ada orang yang menggunjing tentang dunia
kalian yang kaya gitu?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
kalo saya sih biasa aja ya. Biar mereka tau sendiri lah.
|
Komunikasi
|
CH261213
|
|
Biar
mereka tau sendiri?
|
|
IJ261213
|
20
|
Iya
|
|
CH261213
|
|
Terus
kalo misalnya ee apa ya dari hubungan kalian yang kaya gini punya pasangan
kan?
|
|
IJ261213
|
|
Iya
pastinya
|
|
CH261213
|
|
Nah
ee pernah nggak ketauan sama orang sekitar?
|
|
IJ261213
|
|
Pernah
dulu di pondok. Kan waktu aku mondok itu aku ya pernah kepek lah sama
pasanganku ya kepek sampe dipajang-pajang gitu sampe guru saya tuh sampe
maklumin saya tu lo.
|
Komunikasi
|
CH261213
|
25
|
Maklumin?
|
|
IJ261213
|
|
Iya
dimaklumi
|
|
CH261213
|
|
Kenapa
kok bisa dimaklum kaya gitu?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
ya soalnya sering kaya gitu. Jadi sampe ustadzahku tu capek gitu ngurusin
anak-anak kaya gitu
|
|
CH261213
|
|
Oh
berarti disana itu emang dah banyak yang kaya gitu?
|
|
IJ261213
|
30
|
Banyak,
tapi gak semua pondok kaya gitu. Apa menurutku seh tergantung pergaulan kita.
|
|
CH261213
|
|
Terus
gimana apa ya caranya ustadzahnya ngadepin gitu?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
mungkin jalan pemajangan gitu
|
|
CH261213
|
|
marah-marah
juga?
|
|
IJ261213
|
|
Iya,
marah-marah. Dikasi minum-minum doa-doa kaya gitu. Ya sekarang lo kalo kita
emang gak niat berubah gak bakalan bisa, kalo kita niat berubah ya insyaaalah
bisa. Kalo saya sih udah kecentok lah, jadi gak bisa berubah lagi.
|
|
CH261213
|
35
|
Terus
gimana kalo apa namanya terus kalian
ngomong apa pas sama ustadzahnya itu pas waktu ketauan itu?
|
|
IJ261213
|
|
Aku
kalo aku tuh gak ngomong, pasanganku yang ngomong.
|
|
CH261213
|
|
Ohh
ngomongnya gimana?
|
|
IJ261213
|
|
Ngomongnya
kaya gini kita sama-sama sayang, kita sama-sama cinta. Apa disini juga nggak
diperbolehkan berhubungan selain makhrum, seperti kita berhubungan dengan
cowok itu kan ndak boleh, lah disana itu ada, kalo disini kan terkenal’e
butchy kalo disana tuh yak al disana tuh kaya adik-adikan mbak-mbakan. Mbak
kan pasti tau kan ya di pondokan itu gimana. Dan aku pun gak mengenal ada
kata-kata butchy itu gak mengenal, habis pulang dari pondok, lulus. kata-kata
butchy itu ternyata ya di pondok itu
|
Komunikasi
|
CH261213
|
|
Terus
gimana sosialisasinya adek pas waktu pulang dari pondok terus di rumah kaya
gitu?
|
|
IJ261213
|
40
|
Ya
pertama seh aku yo pingin berubah gitu lo mbak, eh lha kok ada pasanganku
yang kemarin itu ya itu
|
Komunikasi
|
CH261213
|
|
Terus
pernah nggak merasa sangat diusik keberadaannya? Maksudnya pas waktu kalian
apa gitu ada orang tau terus ?
|
|
IJ261213
|
|
Ada..
ada tapi adek aku sendiri
|
Komunikasi
|
CH261213
|
|
Gimana
ngusiknya?
|
|
IJ261213
|
|
Dan
akupun menjelaskan ke adekku kaya gini kakakmu ini udah lama kaya gini jadi
kalo bisa maklumi eh jadi kamu harus bisa maklumi aku gitu aja.
|
Komunikasi
|
CH261213
|
45
|
Terus
adeknya?
|
|
IJ261213
|
|
Adekku
bisa, iya mbak. Kalo bisa ya berubah mbak.
|
Komunikasi
|
CH261213
|
|
Katanya
adekmu?
|
|
IJ261213
|
|
Iya
|
|
CH261213
|
|
Emm
kalo misalnya kaya gitu ya, alasan apa sih sebenernya yang jadi patokan untuk
kalian tetep membela diri kalian itu?
|
|
IJ261213
|
50
|
Alasannya?
|
|
CH261213
|
|
Iya
kalo misalnya ya aku tuh cinta ya aku sayang mau diapain lagi. Apa cuma atas
nama cinta doing gitu kalian tetep bertahan dengan kaya gini?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
bisa juga ya mbak. Tapi yo gatau yo mbak ya anake iku udah sayang gitu lo
sayang cinta sama aku dari dulu, tapi aku taunya skerang. Ya dia bergaya kaya
gitu itu lo mbak, kalo sekarang butcy-butchy itu aku tuh gatau pertama itu
kaget ketemu dia itu waktu pulang pondok ya. Aku ketemu dia itu kaya teringat
di pondok itu lo, dia itu menyebutkan kamu tau butchy? Iya. Loh emange
dipondokmu ada butchy ta? Lah aku lo nggak tau mbak kalo butchy itu apa?
Butchy itu cewek apa mneyamai postur tubuh laki-laki, ya kaya sama aku. Ohh
butchy tu itu ta? Iya kalo ceweknya itu namanya fheme, ooh jadi aku selama di
pondok itu jadi fheme, mbak ya? Jadi aku ketemu dia itu yawes lah dia itu
bilang ke aku kalo dari SMP suka sama aku, ya udah mbak ya aku mengenal dia,
dia jujur bilang sama aku kalo suka sama aku dari SMP, ya aku mencoba sayang
sama dia ternyata dia bisa mengarahkan aku ke lebih positif, biasanya kan kalo
pasangan lainnya itu buchy sama fheme itu pasti buat yaa heeh mainan aja, ya
kaya ya wes kaya gitulah mbak. Cuma dibuat punya seneng-senengan aja, ya kaya
gitu aja
|
Komunikasi
|
CH261213
|
|
Iya
terus ee apa namanya kalo kalian sama komunitasnya kalian itu kalo misalnya
ngumpul-ngumpul gitu ya eeh kalian itu ngasih tanda gak seh kalo kalian itu
kaya gitu apa diem-diem aja atau mereka “iih orang-orang itu”
|
|
IJ261213
|
|
Kalo
saya seh ya kalo ngumpul-ngumpul aa yaaa gitu lah, aku sama dia ya biasa aja
kaya gak ada hubungannya, ya biasa gitu lo mbak, kita nggak perlu melihatkan,
biar kita sendiri yang tau. Heem. Kalo mereka tau ya wes terserah dia
|
Isyarat
fisik
|
CH261213
|
55
|
Kalo
misalnya kan kalo tau, terserah lah ya tapi kalo yang misalnya yang gak tau
trus tiba-tiba kalian ditanya kan adek ini cantik kan kalo misalnya pacarmu
mana?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
aku jawabnya ada,
|
|
CH261213
|
|
Ada
ya tapi tetep indikasi itu?
|
|
IJ261213
|
|
Iya
tapi lainnya lah mbak
|
|
CH261213
|
|
Trus eemh, gimana ya ketauan sama orang tua
nggak?
|
|
IJ261213
|
60
|
Alhamdulillah
enggak. Hahaha
|
|
CH261213
|
|
Yang
ketauan cuma pas waktu disana aja?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
waktu aku di pondok itu ya ketauan sama guruku, ustadzahku itu mau
ditelponkan sama ke orang tuaku kan aku kaya gini-kaya gini tapi aku
mohon-mohon sama ustadzahku heeh sama pengurus pondok, mending aku berubah
daripada orangtuaku ngerti. Ya kalo misalnya orangtua ku ngerti mbak, pasti
aku ya di pondkkan sekarang. Dan mungkin aku ya berfikir kalo aku
dipondokkan, ya dulu niatku emang di pondok mbak, emang kemauanku sendiri mau
mondok itu. Tapi ya nggak tau mbak, pergaulan mungkin ya, godaan hehe..
|
Isyarat
fisik
|
CH261213
|
|
Terus
eeh apa ya ekspresinya pas waktu ketauan adeknya itu gimana? Adeknya tau
darimana?
|
|
IJ261213
|
|
aku
cerita
|
Isyarat
fisik
|
CH261213
|
65
|
ooh
cerita? Berarti kan itu jujur lah ya
|
|
IJ261213
|
|
Hheeh,
adekku ya kenal pasanganku juga mbak, emang dulu kan temen SMPku, terus aku
kan bilang, kamu tau anak ini ta? Iya mbak kenapa? Iya iku suka mbek aku. loh
mbak kok isok? Yawes aku jujur semua dari awal sampe akhir. Ya bisa maklumi
|
Isyarat
fisik
|
CH261213
|
|
Eeh
kenapa kok bisa apa ya caranya berani buat ngomong kaya gitu gimana?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
mungkin yaa aku ya pertama itu adekku kaya gimana gitu lo mbak, ya apa ya
mbak ya sebagai adek kan ya allah mbakku pulang dari pondok nggak tambah
gini, malah kaya gini.
|
Isyarat
fisik
|
CH261213
|
|
Makanya
memberanikan diri untuk menjelaskan itu?
|
|
IJ261213
|
70
|
Iya
|
|
CH261213
|
|
Kalo
misalnya kan jelas keluarga kan gak tau, kalo misalnya nggak diijinkan
gimana?
|
|
IJ261213
|
|
Nggak
tau mbak, aku kayanya ya ngikut dia aja. Mungkin kalo aku ngikut dia kan dia
kan bilang kaya gini kalo kamu sama aku kamu jangan suka berfikir negative
kaya missal aku dirumah males-malesan kamu itu harus semangat gitu lo mbak,
dia itu ngasih positif terus sama aku.
|
Ketepatan
respon
|
CH261213
|
|
Terus
harapannya ke depan sama dia itu kaya gimana?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
aku pengen hidup sama dia aja
|
Ketepatan
respon
|
CH261213
|
75
|
Terus
kira-kira perasaannya adek ke orang-orang yang apa ya orang-orang luar ta
terutama buat cowok-cowok itu, kenapa kok gak merasa pantas untuk dicintai?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
gak semua cowok ya mbak, mungkin ya dari pengalaman saya ya cowok itu
pengkhianat lah. Apa ngomongnya itu emboh gak tau mbak pokok hati sama
omongan itu beda. Dia bilang cinta, cinta, cinta saya tinggal pondok dia
selingkuh, dia selingkuh, dia selingkuh sampek orang tua saya ngerti. Yang
mutusin lo orangtua saya mbak.
|
Ketepatan
respon
|
CH261213
|
|
Oalah,
berapa kali kalo sam cowok itu?
|
|
IJ261213
|
|
Ya
berkali-kali mbak. Heheheh
|
|
CH261213
|
|
Ya
sudah..
|
|
Comments
Post a Comment