Second Journey-Grateful
~Second Journey~
Trip to be Grateful
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki keinginan.
Keinginan-keinginan itu ada yang mudah saja dipenuhi atau direalisasikan dan
ada juga keinginan yang sulit untuk digapai. Baik keinginan yang mudah dipenuhi
ataupun keinginan yang sukar dipenuhi, keduanya memiliki reaksi yang sama
sebagai kelanjutan dari upaya untuk meraih keinginan tersebut, yaitu melihat
keadaan orang lain. Asumsi dasarnya adalah “Bagaimana ya dengan orang itu, apa
dia bisa memenuhi keinginannya?”. Pada awalnya reaksi itu hanya berlandaskan
rasa ingin tahu, namun selanjutnya akan ada perkembangan pertanyaan yang bisa
menjebak seseorang dalam kadar “iri hati” dan “sombong”. Kamu pasti bisa meraba
pertanyaan atau pernyataan yang muncul sebagai manifestasi dari kedua hal
tersebut. Keduanya sama-sama berbahaya jika kita tidak menyadarinya sejak dini,
keduanya memiliki daya kamuflase yang cukup tinggi dalam benak setiap orang.
Seseorang bisa saja seolah-olah rendah diri untuk menyembunyikan “kesombongan”
terselubungnya karena berhasil mendapatkan keinginannya, dan seseorang bisa
saja seolah-olah unjuk kemampuan untuk menyelimuti “iri hatinya” sambil
merancang taktik untuk mencapai keinginannya. Iri hati juga bisa dimulai dari
hal yang sangat sederhana yaitu munculnya keinginan untuk menjadi seperti orang
lain, memandang bahwa orang lain dapat melakukan hal-hal diluar kemampuan
dirinya dan berusaha untuk menjegal orang lain dengan cara yang halus .
Sedangkan kesombongan juga bisa bermula dari hal yang sederhana juga yaitu
munculnya hasrat untuk menyepelekan keberadaan orang lain, berpura-pura merasa
seperti yang orang lain rasakan namun menyembunyikan kiat atau cara untuk
mewujudkan keinginan, menjatuhkan keyakinan orang lain dengan cara yang lembut,
berpikir bahwa orang lain tidak akan ada yang sanggup seperti dirinya.
Lalu apakah dengan begini, memiliki keinginan sama
artinya dengan perbuatan jahat? Tidak, sama sekali. Hal memiliki keinginan itu
adalah wajar dan manusiawi, namun reaksi yang akan timbul selanjutnya itulah
yang harus kita waspadai agar tidak muncul secara berlebihan. Caranya adalah pernahkah
kita berpikir bahwa setiap orang mengagumkan? Mengapa harus berpikir bahwa
setiap orang mengagumkan? Hal ini menjadi penting sebab ketika kita bereaksi
terhadap orang lain, yang kita pikirkan tentu saja hal-hal yang ada padanya.
Hal-hal itu yang mendorong kita berpikir bahwa segala sesuatu yang ada padanya
membuatnya terlihat keren, mengagumkan, bukan? Lalu sekarang apa definisi
seorang yang mengagumkan bagimu? “dia adalah seorang yang cantik dan tampan”.
Jika demikian, bagaimana kriteria cantik dan tampan itu? “Hidung mancung, bibir
seksi, kulit putih, dan berpenampilan modis, fashionable, disukai banyak
orang.” Oke baik, sebut saja sempurna fisik. Lalu adakah hal yang lain? “dia
orang yang memiliki banyak perusahaan, seorang businessman, harta melimpah, dan
hidupnya terjamin” Oke, sebut saja sempurna financial. Atau masih ada yang
lain? “Mengagumkan itu punya banyak prestasi nasional dan internasional, bisa
membanggakan orangtuanya, bisa membawa mereka berlibur ke luar negeri, dihargai
banyak orang.” Lalu yang ini sebut saja penghargaan yang sempurna. Atau kamu memiliki
pendapat lain? Tulislah_________________________________________, dan sebut
satu poin penting yang bisa kamu identifikasi dari hal-hal tersebut,
___________.
Mari kita lihat satu
per satu. Sempurna Fisik. Jika kamu
berpikir “mengagumkan” adalah hal yang terlihat diluar tubuhmu, atau yang dapat
disentuh dan diraba, atau bahkan bisa diukur, maka sekarang coba tetapkanlah
sebuah ukuran yang pasti dan berlaku universal di seluruh dunia, seberapa kadar
orang yang dapat dikatakan cantik, atau tampan itu sehingga ia bisa disebut
mengagumkan. Jika ia mancung, maka berapa sentimeter panjang hidung orang itu?
Jika ia memiliki kulit putih atau berwarna lain, maka seberapa kadar kecerahan
atau kemurnian kulitnya? Jika ia pandai memakai make up atau alat bantu lain
untuk memanipulasi apa yang telah ada, maka sebutkanlah aturan yang pasti dalam
merubah bagian-bagian itu yang dapat dilakukan kepada semua orang, seberapa
banyak kadar foundation yang seharusnya digunakan, warna kontak lens apa yang
seharusnya dipakai, seberapa banyak eye shadow, dan warna apa yang tepat
digunakan untuk kelopak mata, bibir, pipi, hidung? Jika ia berpenampilan modis,
bagaimana pakaian yang harus dikenakannya, apakah berbahan kain tipis, dari
serat wol, top less atau back less? Atau menggunakan syal atau topi, atau
kacamata yang seperti apa? Sepatu boot atau high heels, dan tas merk apa yang
seharusnya dipakai? Jika ia memiliki bibir seksi dan menawan, maka seberapa
ketebalan bibir yang seharusnya itu? Jika ia memiliki wajah yang proporsional
dan tubuh yang atletis, maka seberapa ukuran proporsional itu, dapat kamu
sebutkan dalam hitungan sentimeter, berapa jarak antara dahi dengan alisnya,
berapa jarak telinga dengan hidungnya, berapa jarak bibir dengan dagunya,
berapa jarak leher dengan rahang bawahnya, berapa jarak bahu dengan lehernya,
berapa jarak bahu dengan pinggangnya dan kakinya, berapa banyak otot yang harus
dipunyainya, dan bagaimana bentuk muka yang disebut mengagumkan itu? Bisakah kamu
menjawab dan mengidentifikasi semua kritera diatas ke dalam suatu ukuran yang
universal? Apabila kamu bisa memeta-metakan semua konsep sempurna fisik itu
dengan baik, kamu layak mendapat apresiasi tertinggi dalam mengkotak-kotakkan
karya maha agung Tuhan.
Loh, kenapa? Adakah
yang salah? Tidak. Hanya saja, mari berpikir tentang keterhubungan kita dengan
Tuhan yang menciptakan kita. Coba hitung berapa banyak manusia yang hidup di
muka bumi ini. Hei, lihat! kita MANUSIA. Sudahkah kamu menyadarinya, bahwa kamu
adalah manusia? Ya, benar! Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan mari berpikir
apakah Tuhan itu adalah Tuhan yang monoton atau malah dia adalah Pribadi yang
Kreatif. Kreatif dalam hal apa? APA SAJA. Dia Tuhan yang tidak pernah
menciptakan sesuatu tanpa makna, termasuk beribu-ribu jenis hewan dan tumbuhan,
bahkan banyak spesies yang tidak pernah kita temui di sekitar kita, tetapi
hidup di belahan dunia lain. Teristimewa aku dan kamu! Tentu saja ia juga punya
tujuan mengapa menciptakan kita manusia, yang berbeda-beda karakteristik
fisiknya. Tujuannya adalah INDIVIDUAL DIFFERENCES. Dapatkah kamu bayangkan,
apabila semua orang diciptakan sama dari ujung rambut sampai ujung kakinya,
dari jaman purbakala sampai dirimu yang sekarang? Mengerikan! Adakah yang akan mengingat
namamu apabila kamu meninggal kelak? Apakah ada yang akan menyedot perhatianmu
ketika kamu melihat hasil cetakan foto bersama keluarga dan teman-temanmu?.
Maka sekarang sebenarnya untuk apa individual differences itu? Bukankah itu
hanya akan menyebabkan perselisihan, perbedaan pendapat, dan penurunan
standarisasi karena harus menyesuaikan antar pribadi yang satu dengan yang
lain?! Ya, di satu sisi memang benar, kenyataan yang kita hadapi adalah semakin
banyaknya pendapat yang muncul di masyarakat dan menyebabkan kita bingung
bagaimana kita bersikap supaya mendapat pengakuan bahwa kita mengagumkan.
Banyak hal yang mengombang-ambingkan persepsi kita, sehingga yang timbul hanya
daya spekulasi. Mengapa ada individual differences adalah untuk menunjukkan
sebuah KEUNIKAN. Lalu apa guna keunikan itu? Setiap pribadi diciptakan unik
untuk memenuhi satu panggilan dari dalam hati nuraninya. Panggilan itu
berkaitan dengan fungsi dasarnya sebagai manusia sosial yang hidup untuk
mensejahterakan tempat dimana ia berada. Masing-masing orang punya fungsi
masing-masing dan akhirnya membuat mereka berperan sesuai dengan fungsinya
melalui cara yang berbeda-beda.
Maka sekarang kamu
dapat berpikir mengenai apa keunikan dari dirimu, sebutkanlah! Keunikanku
adalah:
1.
_____________________
2.
_____________________
3.
_____________________
4.
_____________________
5.
_____________________
6.
_____________________
Dst…
Kemudian
kamu dapat menuliskan beberapa panggilan (cita-cita, harapan, misi ) yang
sudah kamu temukan dan akan kamu lakukan di kehidupanmu yang akan datang,
1.
___________________
2.
___________________
3.
___________________
4.
___________________
Apabila kamu belum mendapatkan panggilan hidupmu, atau belum pernah
memikirkannya
sebelumnya, maka kamu dapat berhenti sejenak dan berdoa agar Tuhan
memberikan apa yang kamu minta untuk masa depanmu dalam sebuah cita-cita, lalu
kembalilah pada poin diatas dan tulislah. Setelah kamu mencoba untuk menelaah
semua yang ada, maka sekarang kamu bisa sangat mengagumkan dan menarik saat
jiwamu selalu rindu untuk diperbarui menjadi lebih baik. Ingat! Persoalannya
bukan tentang wajah. Kamu tidak perlu make up atau apapun untuk mempercantik
wajah atau tubuhmu agar terlihat memesona. Kamu hanya membutuhkan cermin kecil
untuk mengenali yang paling terkecil dan sederhana di hidupmu, yaitu dirimu
sendiri, KEUNIKANMU. Apabila hatimu dan pikiranmu sudah bisa menerima apapun
keadaanmu, maka hal itulah yang akan membuatmu menjadi LUAR BIASA. Aura
kecantikan atau ketampananmu akan keluar dengan sendirinya. Mari pikirkan ini,
apakah mereka yang memiliki kriteria tampan dan cantik menurutmu, sudah dan
selalu mendapatkan cinta dan penghargaan yang tulus sebanyak yang mereka
inginkan? Keadaan fisik tidak dapat menjamin dan menentukan seberapa banyak
cinta yang akan didapat, tetapi yang terpenting adalah keadaan jiwa dan rohani
kitalah yang akan memengaruhi seberapa besar ketulusan cinta yang kita terima.
Semakin baik keadaan jiwa dan rohanimu, maka orang yang mencintaimu dengan
tulus akan berdatangan dengan sendirinya. Mari berpikir, bahwa waktu yang kita
punyai saat ini adalah anugerah Tuhan yang diberikan bagi kita untuk berlomba
mempercantik kualitas hidup dan kedewasaan iman, bukan untuk mengejar
kesia-siaan di bawah matahari yang pada hakekatnya fana. Itulah kunci diri yang
MENGAGUMKAN!
Kedua adalah Sempurna Finansial. Prinsipnya sama,
yaitu mari kita menelaah lebih lanjut tentang makna kata kekayaan. Bisakah kamu
menentukan dalam mata uang negaramu seberapa banyak uang yang harus dimiliki
agar bisa disebut mengagumkan? Apakah teknokrat-teknokrat yang bergaji lebih
tinggi daripada gaji ayah dan ibumu adalah seorang yang mengagumkan bagimu?
Apakah kamu mengakui dengan sebenar-benarnya bahwa pejabat di pemerintahanmu
adalah orang yang mengagumkan karena kekayaan dan kelimpahan materi yang
dimilikinya? Apabila tidak, mungkin kamu menyebut orang lain yang bergelimang
harta itu mengagumkan, hanya karena mereka memiliki apa yang tidak kamu miliki,
sehingga kamu merendah dan mengatakan bahwa segala hal yang tidak kamu miliki
itulah yang disebut mengagumkan. Karena sebenarnya kamu ingin juga memiliki
harta dan kelimpahan agar sedikit saja kamu memperoleh pengakuan dari
orang-orang disekitarmu dan mereka mulai memandangmu, disaat itulah kamu
menyatakan bahwa dirimu adala pribadi yang mengagumkan. Begitukah? Baiklah,
jika tidak ada satu alasan diatas yang mendekati kata hatimu, maka tulislah
alasan seorang yang hidup dalam kelimpahan itu mengagumkan bagimu. Alasannya
adalah ________________________________________
Sekarang mari lihat
dirimu. Apabila kamu mendapatkan uang secara bulanan, berapa banyak uang yang
kamu peroleh tiap bulan? Atau jika dalam mingguan lalu kalikan dengan angka 4 atau
dalam hitungan jam maka kalikan nominal tersebut dengan 30, untuk menghitungnya
selama sebulan. Uang yang kudapat selama sebulan adalah _____________________. Kemudian
bagaimana caramu mencukupi kebutuhanmu selama sebulan? Apakah setiap kali kamu
mendapatkan uang, kamu langsung membelanjakannya dalam sekali waktu untuk
membeli semua kebutuhanmu selama sebulan? Atau kamu hanya mengeluarkan uangmu
disaat-saat genting dan mendesak saja? Atau apabila diperlukan, kamu berusaha
meminjam uang ke tetangga atau orang tua atau menggadaikan yang kamu punya
untuk sesuatu yang kamu inginkan? Ya, apapun itu memang sah-sah saja untuk kamu
lakukan, karena itu adalah keputusanmu. Tapi yang ingin kita bahas saat ini,
bukan hitungan nominal uang yang didapat dan dikeluarkan untuk suatu image
“mengagumkan”, melainkan bagaimana kita mempersepsikan tentang “uang”. Ada
tertulis bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Bukan berarti kita
tidak boleh kaya dan tidak boleh hidup dalam kelimpahan. Sekali lagi, bukan
tentang seberapa banyak nominal uang yang ada pada kita! Ini tentang bagaimana
kita memandang dan menyikapi tentang keberadaan uang itu sendiri. Adakah harga
dirimu bisa dibeli dan diukur dengan uang? Tidak, bukan?! Seperti pada poin
pertama yang membahas tentang keunikan pribadimu, maka hargakanlah dirimu
dengan harga yang tinggi melampaui hitungan dolar sekalipun. Aku akan
memberikan sebuah perumpamaan untukmu. Ada dua orang muda kaya raya dan hidup
dalam kemewahan. Satu pemuda bernama A adalah seorang pengusaha muda yang hidup
berbisnis, namun dalam menjalankan bisnisnya ia seringkali menusuk teman
sekerjanya dari belakang, dan berbagai macam manipulasi laporan keuangan
dilakukannya. Efek dari perbuatannya ia mendapat harta yang berlimpah, dan
uangnya ia timbun dalam-dalam agar tidak ada seorangpun yang dapat
mengambilnya. Ia bekerja siang-malam, banting tulang mencari link, mencari
orang yang dapat menghasilkan uang baginya. Sedangkan pemuda yang lain bernama
B adalah seorang animator muda yang bekerja dengan daya kreatif dan
imajinasinya. Ia mengembangkan bakat dan hobinya menjadi sebuah pekerjaan yang
menyenangkan, ia bekerja dengan rekan-rekannya yang memiliki passion yang sama.
Ia membagi job yang diperolehnya sesuai dengan keahlian masing-masing orang,
begitupun honor yang diperoleh, ia bagikan sesuai dengan porsi masing-masing.
Uang yang telah menjadi bagiannya ia simpan dan ia kelola untuk membuka sekolah
animasi gratis bagi anak-anak muda yang tidak mampu kuliah namun tertarik pada
bidang yang sama. Dari kedua contoh pemuda diatas, menurutmu pemuda mana yang
mengagumkan? Adakah salah satunya adalah dirimu?
Poin pentingnya adalah
seberapa banyak talenta yang sudah Tuhan berikan padamu, hitunglah! Dan sadari
bahwa itu bukan milikmu sendiri, talenta itu adalah anugerah dan kelebihannya
adalah bonus bagimu apabila kamu mau mengusahakan dan mengembangkannya dengan
cara yang tepat dan benar. Berapapun yang ada padamu, bersyukurlah! Sikap hati
yang menerima dengan sukacita akan apa yang ada padanya lebih mulia daripada
sikap hati yang selalu meminta lebih dari apa yang mampu ia terima atau sebut
saja serakah. Kenyataannya, orang yang mencari banyak dengan bersusah payah,
berjerih lelah, dan mengumpulkan siang dan malam tanpa pernah duduk diam, untuk
menghitung dan bersyukur hanya akan hidup dalam kelelahannya sendiri dan
akhirnya kesia-siaan. Tetapi orang yang menggunakan talentanya dengan cara yang
bijak, mengembangkannya dan membagikannya juga pada orang miskin adalah orang
yang diberkati Tuhan dengan berlimpah-limpah dan tidak akan kekurangan, sebab
ia tidak mengkhawatirkan dan tidak menyayangkan apa yang ada padanya saat
ini. Akhirnya sikap hati yang positif
dan penyerahan diri seutuhnya pada kehendak Tuhan itulah yang membuat seseorang
menjadi pribadi MENGAGUMKAN.
Hal ketiga adalah Penghargaan
yang sempurna. Bagaimana kita mengartikan
sebuah penghargaan? Apakah penghargaan yang kita harapkan untuk kita terima itu
akan mempengaruhi pada harga diri? Ya, tentu saja, bagi kebanyakan orang itu
sangat berpengaruh. Seringkali orang-orang yang merasa tidak dianggap berkata
“Aku memang tidak berharap dihormati, atau aku bukan orang yang gila hormat
kok, tapi cobalah hargai aku sedikit saja!”, ada lagi yang berpendapat “Jika
kamu tidak bisa menghargai orang lain, maka jangan harap orang lain
menghargaimu” dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri, apa
penilaianmu tentang sebuah penghargaan? Apabila kamu setuju dengan pernyataan
ini : “Tentu saja penghargaan itu penting, aku bersusah payah melakukan banyak
hal untuk sampai di titik dimana aku dihargai orang”, itu artinya reward sangat
kamu nanti-nantikan, dan jelas itu sah-sah saja. Budaya kita adalah mengajarkan
melakukan segala sesuatu untuk mendapat reward, bahkan sejak kita kecil
orangtua membiasakan kita untuk meraih prestasi tertinggi dan kita akan
mendapat hadiah sebagai imbalan. Tentu saja itu baik, dan itu menambah motivasi
seseorang untuk berupaya meningkatkan diri ke arah yang lebih baik.
Namun, sekarang mari berpikir, dampak jangka panjang
yang ditimbulkan tetapi tidak disadari. Semakin lama seseorang mengejar
penghargaan dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan akut, lambat laun
pengejaran akan hal itu membuatnya lupa diri dan mulai mengubah fokus hidupnya,
dari yang awalnya berintegritas dan kompetible menjadi seorang yang
menghabiskan segala sesuatu untuk mendapatkan imbalan yang menurutnya setimpal.
Penghargaan berupa jabatan misalnya, berapa banyak orang yang akhirnya mengejar
hal tersebut semata-mata untuk meningkatkan gengsi dan popularitas, tetapi
meninggalkan integritas pekerjaan yang maksimal. Penghargaan berupa pujian
misalnya, berapa banyak orang yang berbondong-bondong masuk ke kubu sana, ke
kubu sini untuk mencari pengamanan diri dan pujian dari berbagai kalangan sehingga
menjadi seorang penjilat. Atau penghargaan berupa prestasi yang pada
permukaannya terlihat sangat positif, tapi coba telaah lebih jauh motivasi yang
ada dibalik segudang prestasi yang dicapainya. Apakah ia yang meraih segudang
prestasi itu benar-benar berniat dari dalam hatinya? Jangan-jangan itu hanya
tuntutan dan tekanan dari orang tua, keluarga dan orang-orang sekitarnya? Atau
untuk mendapatkan kasih sayang dan rasa aman, ia terus menerus berusaha
mengejar hal itu supaya dapat dibanggakan. Jika hal ini menjadi alasannya maka
sebenarnya penghargaan tertinggi itu bukan terletak pada materi yang ia terima,
atan sesuatu yang ia upayakan begitu rupa untuk meningkatkan derajatnya tetapi
lebih daripada itu penghargaan tertinggi adalah CINTA.
Apa hubungannya cinta dengan penghargaan tertinggi? Mari
telaah lebih jauh, menurutmu apa motivasi terdalam seseorang yang ingin
keberadaannya dihargai dan diakui orang lain, apa motivasi terdalam dari
seseorang yang menuntut diri untuk menghargai orang lain terlebih dahulu untuk
supaya dirinya dihargai, dan apa motivasi terdalam dari sebuah pujian? Bukankah
semuanya berawal dari rasa cinta yang berupa nature dari setiap manusia.
Perhatikanlah, bagaimana rasa cinta iu menjadi kebutuhan dasar dan penting,
kita tidak bisa menutup mata bahwa cinta tanpa syarat itulah yang sebenarnya
dikejar-kejar oleh banyak orang, namun dunia dan hedonitas mengaburkan makna
yang sebenarnya. Terlalu lama kita hidup dalam tuntutan dan koridor “setimpal”,
seakan-akan hidup ini ada di bawah hukuman. Bahkan untuk memperoleh cinta -yang
sebenarnya kita berhak atasnya-, kita dituntut untuk melakukan sesuatu terlebih
dahulu –agar setimpal-. Jika saja semua orang berpikir seperti itu, maka semua
orang juga akan sibuk dengan dirinya masing-masing, setiap hari selalu
berupaya, bekerja dan terus bekerja “untuk mendapat”, lalu siapa orang yang
akan memberikan perhatian kepada apa yang sudah kita kerjakan lalu kemudian
memberikan “cinta” itu pada kita? Tidak akan ada orang yang mengambil bagian
untuk itu. Penghargaan di jaman sekarang menjelma dengan berbagai macam wujud
dan kebutuhan. Namun apapun bentuknya, tetap saja akar motivasi dari haus
penghargaan diri itu adalah kebutuhan untuk dicintai dan mencintai. Orang yang
berusaha meningkatkan gengsi dan popularitasnya juga adalah orang yang bisa
saja haus akan kehadiran cinta, karena ketidakberdayaannya untuk menyadari maka
ia mencoba menekan hal itu dan mengalihkannya, mungkin ia juga ingin mencintai
seseorang namun orang yang dicintai mengukur segala sesuatu dengan materi, maka
ia berupaya mencari materi untuk bisa mencintai. Sudah terlihat bukan?
Bagaimana sebenarnya dunia telah membutakan makna dari penghargaan yang
sempurna. Lalu menjadi diri yang mengagumkan dengan penghargaan yang sempurna
itu yang seperti apa? Ya, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa
penghargaan yang sempurna itu adalah cinta tanpa syarat. Maka menjadi pribadi
yang mengagumkan adalah pribadi yang mengambil bagian untuk menjadi pribadi
yang mencintai tanpa syarat dan memberi diri untuk dicintai tanpa syarat. Tidak
perlu kita menuntut orang lain untuk menghargai keberadaan kita, cukupkanlah
diri dengan cinta yang sudah kita miliki sejak semula yaitu Cinta Tanpa Syarat
yang kita peroleh dari Tuhan, selanjutnya Tuhan mengalirkan cinta tanpa
syaratNya itu kepada kedua orangtua dan keluarga yang merawat kita. Kalaupun
dalam perjalanan hidup kita, tidak berjalan mulus dan seringkali tersandung
oleh cinta-cinta bersyarat dunia, maka tetap kembalilah pada Unconditional Love
yang abadi itu. Apabila saat ini kamu sedang ragu akan cinta yang Tuhan berikan
itu, maka tariklah nafasmu dalam-dalam dan rasakan oksigen dan karbondioksida
yang masih bersirkulasi dalam tubuhmu, dan hitung denyutan nadi dan jantungmu.
Mulailah hitung rambut di kepalamu dan kuku yang tumbuh di jarimu, apakah itu
masih belum cukup membuktikan cinta tanpa syaratNya kepadamu? Apakah kamu harus
melakukan sesuatu yang besar terlebih dahulu supaya rambutmu bisa tumbuh
panjang? Seandainyapun hidupmu masih dalam dosa saat ini, Tuhan juga masih
tetap mengijinkan bulu-bulu di hidungmu untuk tetap mengerjakan fungsinya
menyaring kotoran dalam udara yang kamu hirup. Bukan, jangan pikir aku sedang
mengecilkan atau menghujat kuasa Tuhan yang besar, tetapi aku sedang membawamu
pada pemahaman yang terdalam bahwa bahkan sampai kepada hal yang terkecil dan
paling sederhana sekalipun, DIA tetap mempedulikanmu dan mengasihimu,
membiarkan semua hal yang ada dalam dirimu terjadi untuk kebaikanmu. Hanya
kadangkala hati dan pikiran kita terlalu terpusat kepada hal-hal yang besar dan
disamarkan oleh dunia, sampai kamu tidak lagi bisa melihat hal yang sederhana
yang sebenarnya sudah ada dalam dirimu, dan kamu menjadi lupa.
Apabila kamu sudah mulai bisa menyadari Cinta yang
Tuhan berikan padamu, maka sekarang ucaplah Syukur akan hal itu. Berdoalah
supaya Tuhan memenuhkan dirimu dengan CintaNya yang tanpa syarat itu, membuat
cinta itu meluap-luap dalam dirimu, sehingga kamu tidak lagi merasa kekurangan
cinta, bahkan kamu sekarang sudah hidup dalam kelimpahan cinta yang membuatmu
ingin membagikan cinta yang kamu peroleh dan rasakan kepada orang-orang lain
disekitarmu. Hanya cinta tanpa syarat yang kamu minta dari Tuhan itulah yang
memampukanmu hidup di atas tuntutan bukan dibawah tuntutan, memampukanmu hidup
diatas hukuman bukan dibawah hukuman. Maka motivasinya sekarang adalah apapun
yang kita lakukan adalah untuk membuat orang juga bisa merasakan cinta tanpa
syarat yang dari Tuhan, dan kita tidak akan sakit hati karena kita tidak
menuntut orang lain untuk mencintai kita, sebab diatas segalanya Tuhan sudah
mencintai kita dengan sempurna. Jika kamu ingin berprestasi, ingin mendapat
pujian atau dihargai oleh sekitarmu, maka mulailah untuk menerima Tuhan yang
sudah mencintaimu dengan sempurna, dan lihatlah betapa MENGAGUMKANNYA dirimu
yang tidak menuntut imbalan apapun, namun yang menjalani segala sesuatunya
dengan ikhlas.
Kesimpulannya adalah tentang keinginan yang ada padamu
dan kekaguman terhadap hidup orang lain, itu semua bergantung dari cara
pandangmu terhadap akar dari semuanya. Kamu harus menyadari akar dari
keinginanmu, dan kamu harus bisa mengidentifikasinya dengan jelas. Apabila kamu
juga memiliki kekaguman akan hidup orang lain, kamu juga hars jeli melihat akar
dari kekaguman itu, apakah itu bisa menimbulkan bahaya laten atau tidak. Lebih
bijak apabila kita fokus untuk melihat akarnya, jauh ke dalam, daripada hanya
melihat di permukaan yang bisa saja disamarkan oleh banyak rupa-rupa pengajaran
dunia. Percayalah, diatas segalanya ada Tuhan yang bersama kita, membantu untuk
memilah dan memilih segala keinginan yang memang kita butuhkan.
Page 2-11
~Taken from Book Of Szaiko-The Journey of Life~
Comments
Post a Comment