Mengatasi Anak Lambat Belajar? - Part 1

PART 1 - CUPLIKAN NOVEL SLOW LEARNER - KISAH HEBAT #ANAK ISTIMEWA
OLEH : ELLSADAYNA

Setiap fajar menyingsing, aku bangun dan membuka mataku. Aku tahu setiap hari aku harus melakukan hal yang sama. Membuat keputusan. Keputusan untuk membuka mata dan bergerak bangkit dari tempat tidur atau kembali terlelap dalam mimpi yang bersambung.
           
Ku rasakan setiap denyut nadiku dan aliran darahku dengan mata yang masih samar-samar memandang sekeliling ruang kamarku. Butuh beberapa menit bagiku untuk kembali ke kesadaranku, menempatkan kembali nalar spasialku. Hari ini hari apa? Sekarang jam berapa? Aku harus apa? Alarm pribadi yang memicuku untuk segera membuat keputusan.

Setiap pagi, setiap hari. Hal yang sama. Begitu caraku berdialog mengambil keputusan, pun untuk kembali mengajar Kiki. Anak lelakiku. Ia berumur 9 tahun dengan riwayat masa kecil yang menyedihkan. Hingga membayangkan untuk berada di posisinya pun aku tak mampu.
           
Aku bergegas duduk di pembaringanku. Suara rintikan hujan di atap kamarku membuatku meragu.
           
“Aduh, hujan.. Pergi tidak ya?” gumamku seraya menarik selimut bergaris abu-abu yang menutupi ujung jari kakiku. Keengganan menyergap. Aku meringkuk, menggigil. Hawa dingin yang ditiupkan kipas angin ke seluruh ruang, membalut tubuhku.
           
“Hmm.. Aku malas, Tuhan..” pekik ku mengeluh kepada sang Khalik. Ku putuskan untuk menghampiriNya dalam sujud doaku. Memohon petunjuk.

***

Seusai mandi, aku duduk di depan meja riasku. Ku pandangi dalam-dalam pantulan wajahku disana.

“Mampu kah aku hari ini? Apa yang harus ku ajarkan?”

Pikiranku melayang, mencari-cari segenggam inspirasi. Entah adakah di kehidupan dunia luar sana yang mengalami apa yang ku alami.

Jemariku merayap menyisir halaman demi halaman buku psikologi yang ku dapat di kota. Memang belun tuntas ku baca semua, namun dari daftar isi yang tertera mungkin akan ku temukan sesuatu yang berharga di balik untaian frasa-frasanya.

“Bab 2 Perkembangan Motorik Halus, halaman 12” gumamku lirih. Jemariku lihai membuka halaman yang tersebut.

Perkembangan motorik halus melibatkan otot-otot halus yang mengendalikan tangan dan kaki. Di dalam pendampingan sehari-hari, Anda sebaiknya memberikan perhatian lebih kepada kontrol koordinasi dan ketangkasan dalam menggunakan tangan dan jemari.

Ku rapalkan alinea demi alinea. Kembali terlintas wajah Kiki di benakku. Ada citra parasnya yang terlukis, menguak memori pertama kali aku bertemu dengannya. Kiki yang tak bisa memegang pensil, tidak bisa menekan sebuah benda. Gerakan tubuhnya tak lain hanya gerakan refleks tanpa kontrol. Aku pun bergeming. Sorot mataku kembali tenggelam dalam barisan alphabet yang ku baca.

Sistem syaraf menyesuaikan gerakan tanpa sadar. Saat sistem ini matang, memungkinkan anak-anak untuk mengendalikan gerakan mereka dengan sadar. Saat gerakan refleks awal ini memudar, anak-anak harus benar benar belajar menggunakan dan mengendalikan tangan dan jemari mereka sebagai gantinya.

Ku lanjutkan paragraf berikutnya. Dan jalan yang buntu serasa mendapat sentuhan sinar mentari pagi. Terang.

Aku mengais ide-ide yang berserakan di pikiranku, ku satukan dengan pecahan-pecahan makna yang ku ekstrak menjadi sebuah media pembelajaran.

Aku tersenyum lebar. Rasa gundah pun terangkat, semangatku menyala mengalahkan dingin udara pasca hujan.

Akan ku latih Kiki untuk mulai menggunakan otot-otot besarnya saat terlibat dalam kegiatan motorik halusnya.

***

Comments

Popular posts from this blog

CARA SKORING TES PSIKOLOGI VSMS

Laporan dan Deskripsi Observasi VSMS

Analisis Film menurut Teori Psikologi Sosial