Sexual imagery Remaja Penggemar Anime hentai
Sexual imagery Remaja Penggemar Anime hentai
Sexual imagery Teen Hentai Anime
Fans
Trias Novita Ellsadayna
Program Studi Psikologi Universitas Trunojoyo
Madura
(Elszaiko@gmail.com)
ABSTRAK
Remaja merupakan target pemasaran budaya populer
Jepang, dan salah satu produk yang digemari remaja Indonesia adalah anime hentai. Hal ini karena kebutuhan
seksualitas yang meningkat sehingga mereka memenuhinya dengan menonton anime hentai. Paparan anime hentai memicu kemampuan sexual imagery remaja menjadi semakin
kuat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sexual imagery penggemar anime
hentai. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif studi kasus. Data
diperoleh melalui observasi, wawancara dan tes psikologis. Sampel diambil
dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian adalah sexual imagery
remaja sesuai dengan teori imagery
dan seksualitas. Karakteristik kepribadian mereka cenderung menghindari
kedekatan mendalam dengan orang lain, serta bersikap kompulsif terhadap anime hentai.
Kata kunci : Sexual, Imagery, Remaja, Anime hentai
Referensi :
Tahun 1992 – Tahun 2015
Jumlah halaman : 16 halaman awal +177 halaman isi+146
lampiran
ABSTRACT
Adolescent is a marketing target of Japanese popular culture. One of the popular products
which is very preferable by Indonesian teen is a hentai anime. It caused
by they needed of sexuality
increase more so they fullfill by watching
hentai anime. Exposure hentai
anime trigger sexual imagery ability to become stronger. This research is to know sexual imagery to the hentai anime fans. This research
uses a qualitative and case study approach.
Research data is gotten by observation, interview and psychologist test.
Purposive sampling is used as a sampling technique. The result of research shows that the four subject have sexual
imagery ability which is appropriate with the imagery and sexuality
theory. However, their personality
characteristic is avoid proximity deep with another.
They also have compulsive attitude to the hentai anime.
Key words : Sexual, Imagery, Teenager, Hentai anime
References : Year 1992 – 2015
Pages : 16 first page+177 main page+146 appendix
PENDAHULUAN
Budaya
populer Jepang yang berhasil menyita perhatian anak di Indonesia adalah anime. Anime merupakan abrevasi dari kata animation dalam bahasa Inggris yang
digunakan orang Jepang untuk menyebut tayangan animasi. Dewasa ini istilah anime telah populer di luar Jepang yang
merujuk pada animasi buatan Jepang atau kartun Jepang. Tidak dapat dipungkiri bahwa anime atau kartun Jepang memberikan
dampak yang cukup besar, karena Indonesia telah mengimpor anime sejak tahun 2000-an dalam rangka memberi warna hiburan pada
anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. Anime
menjadi tayangan favorit anak-anak, sehingga mereka mudah sekali mengingat
adegan-adegan atau hal-hal berkesan dalam anime
yang mereka tonton. Hal-hal yang berkesan itu akan menjadi memori atau ingatan
tersendiri sampai anak beranjak remaja dan dewasa. Para kreator anime sudah menyadari bahwa anime saat ini tidak hanya digemari oleh
anak-anak, oleh sebab itu mereka menciptakan karakter atau penokohan yang
banyak mengarah pada imajinasi orang dewasa disertai penggambaran fisik yang
detail dan muatan alur cerita yang beragam orientasinya sehingga muncullah
beraneka ragam jenis anime.
Berdasarkan
jenis-jenis anime yang ada, genre anime yang memiliki paling banyak
sub-genre adalah genre adult. Salah
satu genre adult atau kategori dewasa
yang memiliki banyak peminat dan makin berkembang adalah sub-genre hentai. Arti hentai dalam bahasa Indonesia berarti mesum, dan ini menjadi candu
bagi para penggemarnya. Tidak jarang para penggemarnya terinspirasi, terobsesi
dengan adegan-adegan karakter yang muncul dalam anime. Hentai memiliki
penggemar yang berada di kalangan remaja hingga memasuki masa dewasa awal.
Antusiasme remaja dalam menonton dan menggemari anime hentai bukan lagi hal yang sepele. Hal ini disebabkan oleh
faktor fisik dan psikologis remaja tentang seksualitas mulai berkembang. Menurut Santrock (dalam
Pratiwi 2009), masa remaja adalah masa bagi individu
untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen seksual, berfantasi seksual serta
mewujudkannya dan mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas dirinya.
Eksplorasi seksual yang digunakan remaja yaitu melalui gambar seksual yang dapat memicu reaksi
kimia dalam otak, dan pada gilirannya memaksa mereka untuk bertindak dengan cara
tertentu, atau tertarik kepada hal-hal tertentu, atau termotivasi untuk terlibat dalam
perilaku tertentu.
Tindakan
yang dilakukan para remaja Indonesia sebagai penikmat anime salah satunya dengan mengunduh dan menonton anime-anime hentai yang mereka sukai melalui internet. Permasalahan
psikologis dapat saja muncul dalam diri penggemar anime hentai, hal ini berawal dari proses sexual imagery yang terjadi dalam aspek kognitifnya. Sexual imagery adalah penggambaran jiwa terhadap stimuli seksual ketika
stimuli seksual tersebut tidak ada secara fisik (Kosslyn dalam Reed 2011). Oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
berjudul “Sexual imagery pada remaja penggemar anime hentai”. Pada sexual imagery meliputi beberapa karateristik di mana individu:
a. dapat merotasi sebuah gambar seksual dan
menggerakkannya di dalam pikirannya
b. dapat menyimpan ide tentang seksualitas baik
sebagian maupun seluruh di dalam pikirannya dalam bentuk penjelasan, maupun
gambar.
c. dapat membayangkan bentuk konkret sebuah benda
seks atau peristiwa seks hingga mengetahui keputusan apa yang akan diambil
terhadap image tersebut
d. dapat menciptakan ulang, memproduksi image/ide tentang seksualitas baik dalam
bentuk penjelasan (proporsional) maupun gambar (analog).
Penelitian
ini sangat penting untuk dilakukan karena semakin banyak penggemar anime hentai yang berusia remaja dan
sulit lepas dari gambaran atau imajinasi seksual yang melekat di pikirannya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai
bagaimana proses kognitif yang terjadi pada penggemar anime hentai sekaligus memberikan penyaranan psikologis yang tepat
sasaran untuk membantu permasalahan subjek penelitian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, dan jenis penelitian studi kasus. Subjek
penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah subjek yang
diambil sebanyak 4 orang, yaitu 2 orang laki-laki, dan 2 orang perempuan. Adapun kriteria yang ditentukan
oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
a.
Merupakan remaja dalam rentang
usia 12-25 tahun.
b.
Merupakan penggemar anime hentai
c.
Mudah berimajinasi tentang seksualitas/ memenuhi kebutuhan seks
dengan imajinasi/ menikmati
imajinasi tentang seksualitas.
Lokasi penelitian ini berada di Surabaya dan di Bangkalan karena
memiliki basis penggemar anime hentai
yang cukup besar. Penelitian dilakukan dari minggu pertama bulan Oktober 2015
hingga minggu ke empat bulan Desember tahun 2015.
Penelitian ini
menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data, antara lain: metode observasi
atau pengamatan, metode wawancara, dan tes Rorschach.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
didapatkan hasilnya adalah ke empat remaja penggemar anime hentai memiliki beberapa karakteristik yang sama dan beberapa
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini tidak lepas
dari karakteristik jenis kelamin, kepribadian, kehidupan sosial dan ekonomi
masing-masing individu. Pada 2 subjek perempuan didapati bahwa mereka memiliki
kemampuan memproses image seksual
yang bergerak dalam pikirannya, image
seksual tersebut antara lain: adegan intim yang dilakukan oleh laki-laki dan laki-laki.
Adegan intim tersebut dimulai dari berpegangan tangan, merangkul, memeluk,
mencium, meraba tubuh, memainkan puting, serta adegan seksual. Adegan seksual
yang sering diproses di dalam pikiran dua subjek perempuan ini adalah oral
seks, dan doggy style. Sedangkan pada 2 subjek laki-laki lainnya juga
memiliki kemampuan memproses image
seksual di dalam pikirannya. Image
seksual tersebut meliputi: ciuman, pelukan, penetrasi yang dilakukan dengan
lebih dari 2 gaya, masturbasi dengan pasangan yang menggunakan mulut dan
tangan, serta sperma yang menyembur ke wajah dan ke dalam mulut. Adegan
penetrasi yang diproses di dalam pikiran subjek antara lain: doggy style, woman on top, gang bang
dan sixty nine (69).
Pada kemampuan
mengingat dan memproses adegan-adegan seksual yang ada pada anime hentai,
ke empat subjek dapat mengingat secara keseluruhan setelah minimal 2 kali
menonton. Cara ke empat subjek menonton anime hentai adalah dengan
mempercepat bagian yang tidak menarik, dan menikmati bagian-bagian yang menjadi
kesukaan mereka masing-masing. Dua subjek perempuan dapat menceritakan serta
mendeskripsikan apa yang ia ingat dan tersimpan di dalam pikirannya, sedangkan
dua subjek laki-laki lainnya kesulitan untuk mengungkapkan secara gamblang hal-hal seksualitas
yang ia simpan di dalam ingatannya. Tetapi meskipun demikian, ke empat subjek
sangat antusias saat menceritakan bagian-bagian yang terekspos dan mereka
sukai. Selera dua subjek perempuan dalam menonton anime hentai adalah
mereka lebih memilih hubungan intim antara laki-laki dan laki-laki yang tampan
dan cantik. Sedangkan dua subjek laki-laki lainnya menyukai hubungan intim antara
laki-laki dan perempuan, namun mereka juga menonton anime hentai antara perempuan
dan perempuan sebagai variasi.
Pada kemampuan
memproduksi ulang image seksual, ke empat subjek memiliki imajinasi
bentuk-bentuk seksualitas yang berbeda. Dua subjek perempuan lebih memerhatikan
bentuk tubuh laki-laki yang kekar, dada bidang, dan perut yang six pack. Sedangkan pada dua
subjek laki-laki lainnya lebih memerhatikan ukuran payudara dan tubuh yang
langsing dan mungil. Penggambaran bentuk dan ukuran yang disukai subjek ini
dipengaruhi oleh anime hentai yang sering ditontonnya, dan hal ini juga
memengaruhi tindakan subjek saat bertemu dengan manusia yang memiliki bentuk
dan ukuran sama di dunia nyata. Dua subjek perempuan memiliki ketertarikan
dengan manusia di dunia nyata apabila memiliki bentuk dan ukuran tubuh yang
sama dengan yang diimajinasikan, dan mereka menjerit histeris sebagai tanda
kekaguman. Namun tindakan dua subjek laki-laki saat ada perempuan yang memiliki
bentuk dan ukuran yang sama dengan yang diinginkan adalah membiarkannya lewat,
dan hanya memandangnya dari kejauhan saja.
Pada penelitian yang
dilakukan melalui beberapa gambar ambigu dan beberapa gambar eksplisit, ke
empat subjek lebih memilih empat gambar yang ambigu secara maknawi. Dua subjek perempuan
menyukai gambar yang menampilkan dua laki-laki yang berpunggungan dan laki-laki
yang sedang digendong oleh laki-laki lainnya. Di dalam ke dua gambar ini tidak
ditampilkan lokasi atau plot yang jelas, namun mereka berdua dapat menceritakan
dengan detail hal-hal yang muncul di pikirannya terkait dengan gambar yang
dipilihnya. Hal-hal detail ini meliputi, situasi, suasana, orang-orang yang
terlibat dan lokasi peristiwa. Tetapi mereka tidak menyebutkan adegan intim
yang dapat terjadi selanjutnya. Sedangkan dua subjek laki-laki lainnya
mengambil gambar dua perempuan yang memiliki kedekatan secara emosional. Mereka
memilih gambar dengan karakter tokoh yang imut dan lucu, tetapi pada saat
menceritakan peristiwa yang terjadi mereka tidak menyebutkan adegan intim. Respon ke empat subjek pada saat dan setelah
menonton anime hentai adalah mereka bisa melanjutkan adegan di dalam
pikirannya. Tiga subjek mengakui bahwa muncul keinginan dan hasrat libido yang
meningkat sehingga mereka melakukan masturbasi. Namun, hanya satu subjek
perempuan yang belum pernah melakukan masturbasi. Berdasarkan pengakuan dari ke
empat subjek mereka belum pernah beradegan intim dengan siapapun di dunia
nyata, meskipun hasrat dan keinginan untuk bisa mencoba melakukan adegan yang
sama terkadang muncul juga.
Ke empat remaja penggemar anime hentai memiliki dinamika kepribadian yang berhubungan dengan
kebutuhan, emosi, minat dan interaksi sosialnya. Pada umumnya mereka memiliki
kebutuhan akan hiburan, kesenangan pribadi, kepuasan diri dan keasyikan dengan
diri sendiri sehingga mereka menyukai aktivitas menyenangkan yang dilakukan
seorang diri. Mereka juga memiliki kebutuhan seksual yang bersifat dorongan,
tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan untuk menunda pemuasannya terhadap
dorongan seksual tersebut. Kecenderungan emosi masing-masing subjek berbeda,
pada perempuan mereka cenderung mengalah atau merendah, karena beberapa
penolakan yang dialami membuat mereka tidak mampu untuk menyalurkan emosinya.
Sedangkan pada laki-laki terdapat dapat muncul agresi dan keluhan apabila
kebutuhannya tidak terpenuhi. Mereka juga memiliki minat yang dapat membuat
mereka merasa nyaman dan senang yaitu kehidupan fantasi dan seksualitas yang
luas. Minat mereka terhadap adegan seksual yang dipenuhi dengan tayangan anime hentai. Oleh karena ketidakmampuan
mereka dalam menunda pemuasan kebutuhan seksual dan minatnya terhadap hal yang
demikian, maka mereka cenderung menghindari kedekatan yang mendalam dengan
orang lain. Mereka membatasi jarak dengan lingkungan sosial agar orang lain
tidak mengetahui sisi terdalam dari diri mereka. Hal ini mereka lakukan juga
sebagai usaha untuk hidup nyaman dengan orang lain.
PEMBAHASAN
a.
Kemampuan memproses image
seksual
Kemampuan memproses image seksual adalah kemampuan daya bayang individu tentang
seksualitas, memproses imajinasi yang berkenaan dengan peristiwa seks, tindakan
atau ide seksual pada pikiran secara kognitif. Kemampuan ini meliputi dua aspek
yakni imagery rotasi seksual dan
konsep seksual sebagian dan seluruh.
1. Sexual
rotation imagery
Remaja penggemar anime hentai dapat merotasi sebuah gambar seksual dan
menggerakkannya di dalam pikirannya. Contohnya seperti adegan menyentuh dan
meraba bagian-bagian sensitif, ciuman, meraih tangan, merangkul dari belakang,
memeluk dari depan, dan memeluk di atas kasur, melepas pakaian serta penetrasi
dengan berbagai gaya seperti: doggy style,
woman on top, dan sixty nine (69).
Selain itu juga ada hand job
(masturbasi dengan menggunakan tangan pasangan), blow job (masturbasi dengan menggunakan mulut pasangan), CIM atau Cum in Mouth yakni adegan sperma
menyembur di dalam mulut lalu ditelan oleh pasangan, dan CIF atau Cum in Face yakni adegan sperma
menyembur dan mengenai wajah pasangan. Bagi dua orang subjek perempuan yang
mereka ingat dan mimpikan adalah bagian spesifik dari tubuh laki-laki dalam anime dan hubungan seksual doggy style. Tetapi bagi dua subjek
laki-laki yang mereka mimpikan adalah tubuh perempuan tanpa busana dalam bentuk
manusia.
Ke empat subjek juga memimpikan bahwa mereka
masuk ke dalam cerita dan menjadi pelaku atau juga sebagai penonton dari sebuah
adegan seks. Hal ini didukung oleh teori imagery
dan rotasi seksual yang menyatakan bahwa seseorang dapat merotasi sebuah image dalam pikirannya tanpa ia
melakukan rotasi/gerakan yang sama dengan tangan atau anggota tubuhnya sendiri.
Ke empat subjek mengaku belum pernah sama sekali melakukan hubungan intim
dengan siapapun di dunia nyata, tetapi mereka memiliki hasrat dan gambaran yang
sangat komplit terhadap image atau
sebuah adegan seksual. Hal ini dapat dijelaskan dengan social learning theory yang menyatakan bahwa pornografi dapat memengaruhi hasrat
seksual remaja. Remaja dapat belajar tentang seksualitas dari observasi yang digambarkan
oleh berbagai media (Schramm dalam
Sulaki-lakiti, 2009). Secara rinci, remaja akan mengamati
mekanisme perilaku seksual, selain itu remaja juga mempelajari tentang konteks
di mana perilaku-perilaku tersebut terjadi, motivasi dan maksud yang melatarbelakangi
interaksi serta konsekuensi bagi mereka yang berinteraksi dalam perilaku
tersebut.
Ke empat subjek juga mengatakan
bahwa ketertarikannya terhadap anime
hentai dan konten seksualitas yang ada di dalamnya semakin lama semakin
meningkat seiring berjalannya waktu. Mereka selalu memiliki keinginan untuk
mencari dan mengeksplor hal-hal baru dari anime-anime
hentai. Mereka juga memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan menuntut cara
pemuasan hasrat seksual yang berbeda dari cara mereka sebelumnya. Contohnya
adalah mereka menginginkan adegan seksual yang lebih menantang, dengan tokoh
karakter yang berbeda, dan alur penceritaan yang berbeda dari yang sudah biasa
mereka tonton. Studi berikutnya menemukan bahwa khalayak yang terbiasa mengonsumsi
materi pornografi yang normal (antara laki-laki dan perempuan serta tanpa
pelibatan kekerasan atau perilaku seksual menyimpang lain), lama kelamaan akan
menjadi terbiasa sehingga membutuhkan materi pornografi yang lebih menyimpang
untuk membangkitkan hasrat seksualnya.
b.
Kemampuan memproduksi image seksual
Kemampuan memproduksi image seksual
adalah kemampuan daya bayang individu tentang seksualitas dan memproduksi ulang
bentuk benda seks maupun peristiwa seks hingga mengetahui keputusan apa yang
akan diambil terhadap image tersebut.
Kemampuan memproduksi ulang dapat diketahui baik dalam bentuk penjelasan maupun
dalam bentuk gambar. Kemampuan memproduksi image
seksual meliputi dua aspek yakni imagery
bentuk seksual dan imagery figur
seksual ambigu. Imagery bentuk
seksual yang dimaksud adalah kemampuan individu dalam membayangkan dan
memproduksi ulang gambar bentuk dan ukuran dari unsur seksualitas yang disukai.
Sedangkan imagery figur gambar
seksual yang dimaksud adalah kemampuan subjek menciptakan ulang cerita
peristiwa seksualitas berdasarkan figur ambigu yang diberikan kepadanya sebagai
stimulus.
1.
Sexual forms imagery
Bentuk-bentuk seksual yang
sering dibayangkan dua subjek perempuan dalam tubuh laki-laki dalam anime hentai adalah mulut/bibir, puting,
penis, pantat, ketiak, perut yang datar, terdapat abs atau kotak-kotak (six
pack), bentuk dada dan punggung yang kekar. Selain itu subjek perempuan
juga selalu memunculkan hal-hal romantis yang dilakukan oleh pria bertubuh
kekar. Imajinasi subjek tentang bentuk-bentuk seksual yang diinginkannya
mendorong ia untuk bertindak dan merespon positif saat di kehidupan nyata ia
bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki karakteristik bentuk seperti
yang ia inginkan. Kedua subjek memiliki dorongan untuk menjerit histeris,
memuja ketampanannya secara verbal dan berupaya untuk menjadi dekat dengan laki-laki
tersebut. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Zurbriggen & Yost (dalam
Lehmiller, 2014) bahwa imajinasi perempuan lebih berisi konten emosional dan
konten romantis yang ada pada laki-laki. Image
seksual yang sering dibayangkan dua subjek laki-laki dalam tubuh wanita dalam anime hentai adalah perut dan payudara.
Ukuran tubuh wanita yang dibayangkan adalah langsing, proporsional, memiliki
wajah yang manis, mungil.
Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Zurbriggen & Yost (dalam
Lehmiller, 2014) bahwa imajinasi laki-laki tidak hanya fokus pada aksi seksual
tetapi juga pada bagian tubuh yang spesifik seperti anatomi tubuh. Imajinasi
subjek tentang bentuk dan ukuran image
seksual tersebut membuat mereka untuk bertindak dan merespon positif saat di
kehidupan nyata bertemu dengan seorang wanita yang memiliki karakteristik
bentuk seperti yang diinginkan. Hal ini bersesuaian dengan teori sexual forms imagey bahwa bentuk image yang diproduksi akan memengaruhi
seseorang dalam membuat keputusan bertindak, dan keputusannya tersebut adalah
sama atau serupa dengan penilaiannya terhadap image atau bentuk stimulus fisiknya.
Oleh sebab itu remaja laki-laki akan melihat dan hanya mengagumi
bentuk dari jauh, lalu akan membiarkannya lewat dengan alasan bahwa ada sistem
dan norma di masyarakat yang tidak mengijinkan mereka untuk melakukan sesuatu. Menurut
Mohammad (dalam Widarti, 2008) remaja merasakan ada dorongan untuk melakukan
hubungan seksual, tetapi pada saat yang sama remaja juga tidak ingin menentang
tata nilai sosial yang ada. Pada masa inilah kemudian remaja mulai melakukan
masturbasi/onani. Selain itu subjek juga mencari referensi lain dalam bentuk
video atau film yang menampilkan karakter perempuan yang sesuai dengan yang
dibayangkan. Bentuk-bentuk image
seksual yang ditayangkan dalam anime
hentai mampu meningkatkan hasrat seksual keempat subjek. Berdasarkan
pengakuan mereka masing-masing, dalam waktu menonton minimal 30 menit mereka
dapat mengembangkan imajinasi seksual yang lebih luas disertai dengan respon
verbal, nonverbal dan hormonal. Pada penelitian The Commisison on Obscenity and Pornography di AS dan merupakan
penelitian yang cukup besar pada tahun 1971 menyatakan bahwa paparan erotika
atau sexual explicit material (SEM),
walaupun singkat namun dapat membangkitkan gairah seksual pada kebanyakan laki-laki
dan wanita, disamping itu juga dapat menimbulkan reaksi reaksi emosional
lainnya seperti resah, impulsif, agresif dan gelisah (dalam Widarti, 2008).
2.
Sexually figur ambiguos imagery
Hasil temuan peneliti saat
menunjukkan beberapa gambar ambigu dan beberapa gambar eksplisit kepada ke
empat remaja adalah ketertarikan mereka pada figur yang implisit dan ambigu. Mereka
memilih gambar yang dekat dengan preferensi tokoh/karakter yang mereka sukai. Mereka
dapat membayangkan dan memproduksi adegan-adegan yang menceritakan peristiwa
sebelum dan sesudah dari gambar yang dipilih. Suatu temuan yang cukup
mengejutkan dari beberapa studi adalah ternyata derajat keeksplisitan suatu
materi pornografi tidak selalu berhubungan dengan tingkat rangsangan seksual
yang dialami khalayak (dalam Widarti, 2008). Bahkan pada beberapa kasus
ditemukan materi seksual yang tidak terlalu eksplisit justru lebih dapat
membangkitkan hasrat seksual khalayak penontonnya. Imajinasi seksual yang
dirangsang oleh materi seksual noneksplisit ternyata lebih kuat pengaruhnya
dalam membangkitkan rangsangan seksual khalayak. Studi yag dilakukan pada tahun
1960 (dalam Widarti, 2008) juga menunjukkan bahwa rangsangan seksual merupakan
sesuatu yang dapat diperoleh melalui pembelajaran. Dua subjek perempuan dapat
memberikan cerita yang sangat luas baik dari penggambaran situasi, lokasi,
suasana dan orang-orang yang terlibat di dalam gambar ambigu dan noneksplisit
materi seksualitasnya.
Sedangkan dua subjek laki-laki hanya
dapat menceritakan penggambaran peristiwa yang terpusat pada dua tokoh yang ada
pada suatu tempat dan situasi yang sama. Pada teori imagery dan figur ambigu dijelaskan bahwa manusia lebih sering
menggunakan kode analog atau gambar yang menyerupai sebuah peristiwa untuk
menangkap dan menjelaskan sebuah stimulus, dan hal ini terjadi pada dua subjek
laki-laki yang hanya menggunakan satu konsep situasi untuk menjelaskan sebuah
peristiwa. Tetapi dua subjek perempuan dapat membuktikan bahwa manusia juga
dapat menjelaskan sebuah situasi dengan stimulus yang kompleks dan
direpresentasikan dalam bentuk kode proporsional yakni sebuah cerita deskriptif
dan lebih luas. Hal ini sesuai dengan
teori yang diungkap oleh Zurbriggen & Yost (dalam Lehmiller, 2014) bahwa
perempuan secara frekuensi lebih dapat mendeskripsikan setting atau plot dari imajinasi seksual mereka dengan detail
(misalnya di pantai, di bawah bintang), mereka juga memberikan “prelude” atau pendahuluan dalam
konstruksi imajinasi seksual mereka (misalnya, minum champagne pada makan malam dengan diterangi lilin romantis sebelum
berhubungan intim).
Temuan lain yang juga layak untuk
dibahas adalah adanya perbedaan perilaku mengimajinasikan seksualitas pada
perempuan dan laki-laki. Remaja perempuan cenderung menonton anime hentai secara terus menerus dan
diselesaikan dari episode awal sampai akhir, kemudian setelah menonton mereka
melanjutkan imajinasinya secara lebih luas di pikiran baik dalam keadaan sadar
atau dalam keadaan tertidur (masuk dalam mimpi). Freud (dalam Human Sexuality, 2009) berpendapat bahwa
semua mimpi yang berisi konten seksual dan gambaran mimpi seringkali
menyimbolkan organ seks. Dia juga mengklaim bahwa kebanyakan imagery mimpi merepresentasikan insting
atau keinginan seksual yang direpresi. Sedangkan pada remaja laki-laki perilaku
mengimajinasi tidak berlangsung kontinu, melainkan hanya pada saat mereka
terpapar oleh SEM. Setelah mereka merasa puas dan hasrat seksual tersalurkan,
mereka enggan untuk memikirkan atau membayangkan secara sengaja dalam keadaan
sadar. Namun mereka mengakui jika pada saat tertidur kadang imajinasi perempuan
real tanpa busana muncul juga di dalam mimpi mereka.
Pada dasarnya bagian yang bekerja
aktif pada otak perempuan dan laki-laki saat terpapar oleh stimulus seksual
adalah sama (Karama dalam Lehmiller, 2014). Meskipun pada otak perempuan dan
laki-laki memiliki amygdala dan neurotransmitter
yang sama namun ternyata ada respon berbeda yang dihasilkan otak kepada
masing-masing jenis kelamin. Pada penelitian lain ditemukan bahwa perempuan
mendemonstrasikan tanda keterbangkitan hasrat seksual (sexual arousal) dengan rentang respon lebih besar pada pornografi
daripada laki-laki (Lehmiller, 2014). Studi lain juga membuktikan bahwa
seksualitas perempuan lebih fleksibel dan lebih mampu beradaptasi daripada
laki-laki. Laki-laki heteroseksual hanya menunjukkan signifikansi genital pada
stimulus fitur porno bergambar perempuan, sedangkan perempuan menunjukkan level
signifikansi genital yang lebih kuat pada semua stimulus fitur porno, baik itu
fitur lesbian, laki-laki gay, maupun pasangan heteroseksual (Chivers, Rieger,
Latty, dan Bailey dalam Lehmiller, 2014).
Teori-teori dalam studi di atas
menguatkan hasil penelitian ini bahwa perempuan memiliki dorongan seksual yang
besar dan hal ini berkorelasi dengan perilakunya untuk mendapatkan stimulus
fitur porno yang menggambarkan perempuan maupun laki-laki gay secara kontinu.
Sedangkan tingginya dorongan seksual laki-laki berkorelasi dengan meningkatnya
hasrat seksual dalam diri dan kebangkutan hasrat seksual ini bergantung pada
kehadiran objek yang spesifik (Lehmiller, 2014). Oleh sebab itu remaja
perempuan yang lebih menyukai stimulus porno laki-laki gay dan mengalami
kebangkitan hasrat seksual ketika melihat dua laki-laki yang sedang melakukan
aktifitas bersama tidak mengindikasikan orientasi seksual apapun, hal ini hanya
bersifat preferensi karena fleksibilitas mereka terhadap respon seksual.
c.
Dinamika Kepribadian Remaja Penggemar Anime hentai
Remaja penggemar anime hentai pada umumnya mereka
memiliki kebutuhan akan hiburan, kesenangan pribadi, kepuasan diri dan
keasyikan dengan diri sendiri sehingga mereka menyukai aktivitas menyenangkan
yang dilakukan seorang diri. Mereka juga memiliki kebutuhan seksual yang tidak
dapat ditunda untuk dipuaskan. Kecenderungan emosi masing-masing subjek
berbeda, pada perempuan mereka cenderung mengalah atau merendah. Sedangkan pada
laki-laki dapat muncul sikap mengeluh dan agresif apabila kebutuhannya tidak
terpenuhi. Namun satu diantara empat remaja berusaha untuk mengendalikan
kecemasan dan menyalurkan agresi dengan wajar. Remaja juga memiliki minat yang
dapat membuat mereka merasa nyaman dan senang yaitu kehidupan fantasi dan
seksualitas yang luas. Minat mereka terhadap adegan seksual dipuaskan dalam
tayangan anime hentai. Oleh karena
mereka tidak dapat menunda pemuasan kebutuhan seksual dan minatnya terhadap anime hentai, maka mereka cenderung
menghindari kedekatan mendalam dengan orang lain. Mereka membatasi jarak dengan
lingkungan sosial agar memungkinkan orang lain tidak mengetahui sisi terdalam
dari diri mereka. Hal ini dilakukan juga sebagai usaha untuk hidup nyaman
dengan orang lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian
ini adalah remaja penggemar anime hentai
memiliki beberapa karakteristik yang sama dan beberapa karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin,
kehidupan sosial, ekonomi, dan kepribadian masing-masing individu. Sexual
imagery yang dilakukan baik oleh remaja perempuan
maupun remaja laki-laki yang menggemari anime
hentai adalah cara mereka untuk mengekspresikan keinginan atau hasrat yang
tersembunyi karena adanya faktor kultur yang menganggap tabu dan ekspekstasi
gender, selain itu juga menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan seksual sekaligus mengurangi
kecemasan seksual yang dialami. Di
bawah ini adalah kesimpulan dari empat dimensi sexual imagery yang menjadi fokus penelitian ini:
a.
Kemampuan
memproses image seksual
Remaja penggemar anime
hentai dapat merotasi sebuah gambar seksual dan menggerakkannya di dalam
pikirannya. Contohnya seperti adegan menyentuh dan meraba bagian-bagian
sensitif, ciuman, meraih tangan, merangkul dari belakang, memeluk dari depan,
dan memeluk di atas kasur, melepas pakaian serta penetrasi dengan berbagai gaya
seperti: doggy style, woman on top,
dan sixty nine (69). Selain itu juga
ada hand job (masturbasi dengan
menggunakan tangan pasangan), blow job
(masturbasi dengan menggunakan mulut pasangan), CIM atau Cum in Mouth yakni adegan sperma menyembur di dalam mulut lalu
ditelan oleh pasangan, dan CIF atau Cum
in Face yakni adegan sperma menyembur dan mengenai wajah pasangan. Selera 2 subjek perempuan dalam menonton Anime
hentai adalah mereka lebih memilih hubungan intim antara pria dan pria yang
tampan dan cantik. Sedangkan 2 subjek laki-laki lainnya menyukai hubungan intim
antara laki-laki dan perempuan, namun mereka juga menonton Anime hentai
antara wanita dan wanita sebagai variasi. Ke empat subjek juga mudah
untuk mengingat adegan-adegan seksual karena telah melihatnya berulang kali.
Hal ini membuat mereka dapat memproses dan mengingat informasi mengenai adegan
seksual baik secara parsial potongan adegan per adegan maupun secara
keseluruhan dengan kode deskriptif atau cerita.
b.
Kemampuan
memproduksi ulang image seksual
Pada kemampuan
memproduksi ulang image seksual, ke empat subjek memiliki imajinasi
bentuk-bentuk seksualitas yang berbeda. Dua subjek perempuan lebih memerhatikan
bentuk tubuh pria yang kekar, dada bidang, dan perut yang six pack. Sedangkan pada dua
subjek laki-laki lainnya lebih memerhatikan ukuran payudara dan tubuh yang
langsing dan mungil. Penggambaran bentuk dan ukuran yang disukai subjek ini
dipengaruhi oleh anime hentai yang sering ditontonnya, dan hal ini juga
memengaruhi tindakan subjek saat bertemu dengan manusia yang memiliki bentuk
dan ukuran sama di dunia nyata. Ke dua subjek perempuan memiliki
dorongan untuk menjerit histeris, memuja ketampanan pria secara verbal dan
berupaya untuk menjadi dekat dengan pria yang dilihatnya. Sedangkan pada dua subjek laki-laki mereka akan
melihat dan hanya mengaguminya dari jauh, lalu membiarkannya lewat dengan
alasan bahwa ada sistem dan norma di masyarakat yang tidak mengijinkan mereka
untuk melakukan sesuatu. Maka mereka mencari referensi lain dalam bentuk video
atau film yang menampilkan karakter perempuan yang sesuai dengan yang
dibayangkan.
Empat subjek memiliki ketertarikan pada figur yang
implisit dan ambigu. Mereka dapat membayangkan dan memproduksi adegan-adegan
yang menceritakan peristiwa sebelum dan sesudah dari gambar yang dipilih. Dua
subjek perempuan dapat memberikan cerita yang sangat luas baik dari
penggambaran situasi, lokasi, suasana dan orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Sedangkan dua subjek laki-laki hanya dapat menceritakan penggambaran
peristiwa yang terpusat pada dua tokoh yang ada pada suatu tempat dan situasi
yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh proses kognitif pada masing-masing individu
yang bekerja secara analog dan proporsional.
SARAN
1.
Bagi Remaja
Penggemar Anime hentai
a.
Remaja
diharapkan mampu memahami dinamika imajinasi seksualnya agar dapat
mengendalikan hasrat dan keinginan seksualnya.
b.
Remaja
diharapkan mampu menyalurkan energi dan tenaga yang dimiliki kepada hal lain
yang meningkatkan produktifitas dan kreatifitasnya dengan lebih positif.
c.
Remaja
diharapkan mampu mengomunikasikan segala perubahan yang terjadi dan keinginan
seksualnya kepada orang terdekat yang dipercayainya
d.
Remaja
diharapkan dapat tetap memerhatikan norma sosial di lingkungannya sebagai
bentuk mempertahankan mekanisme super ego agar sesuai dengan tuntutan
lingkungan sosialnya.
e.
Remaja
diharapkan mulai membiasakan diri untuk menutup akses anime hentai dengan melakukan pemblokiran situs porno dari laptop
yang dimilikinya melalui aplikasi Picblock atau Blocksmart.
2. Bagi keluarga atau orang terdekat remaja penggemar
anime hentai
a. Keluarga atau orang terdekat dapat memahami
dinamika imajinasi remaja penggemar anime
hentai
b. Keluarga atau orang terdekat dapat memberikan pemahaman
kepada remaja bahwa ada hal lain yang dapat dijadikan tempat penyaluran emosi
dan keinginan yang lebih baik
c. Keluarga atau orang terdekat dapat memberikan
kepercayaan kepada remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan lebih banyak
orang di dunia nyata
3. Bagi masyarakat
a. Masyarakat diharapkan memahami bahwa remaja
perempuan dan laki-laki penggemar anime
hentai memiliki penggambaran seksualitas yang luas.
b. Masyarakat diharapkan tidak mengucilkan atau
menjauhi para penggemar anime hentai,
dan dapat memberikan dorongan yang positif untuk mengendalikan hasrat
seksualnya.
c. Masyarakat diharapkan memandang remaja penggemar anime hentai sebagai sebuah kasus individual differences.
REFERENSI
Pratiwi, Nindyastuti Erika, (2009). Gambaran Konsep Pacaran. Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Reed, Stephen, K. (2011). Kognisi: Teori dan Apklikasi. 7th
edition. Jakarta: Salemba Humanika.
Greenberg, J.S. Exploring the
Dimensions of Human Sexuality: Jones and Barlett Publishers.
Supriati, Euis, Sandra Fikawati. (2009). Efek
Paparan Pornografi pada Remaja SMP Negeri Kota Pontianak Tahun 2009). Makara Sosial Humaniora. Vol. 13.
Lehmiller, Justin J. (2014). Human Sexuality. USA: John Wiley &
Sons, Ltd.
Widarti, Catur. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi Efek Paparan Pornografi pada Remaja.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Comments
Post a Comment