Hasil Analisa Film Phobias : Living in Terror
Hasil Analisa Film Phobias : Living in Terror
Kesehatan
Mental (Kelas III A)
Trias Novita
Ellsadayna (120541100031)
Judul
Film
: Phobias :
Living in Terror
Producer
& Director :
Yves Gerard Issembert
Writers
: Yves
Gerard Issembert & Corin J.Watson
Digital
post production :
Roland House, Inc
Untuk
:
Dewasa
Tipe
:
VCD
Durasi : 50 menit 18 detik
Karakter
Ahli
:
Jerrilyn
Ross - Psikoterapis, untuk kasus Agoraphobia
Peter
Lang - Profesor di University of Florida
Bruce
Cuthbert - Profesor di University of Florida
Joseph
Leodux - Penulis , Spesialis Otak Emosional
Robert
Dupont - Author, the anxiety cure
Freda
Smith - Anxiety Spesialist
DR.
John R masrshall, M.D - Profesor of psychiatri university of Wisconsin
Richard
Davidson - Profesor Psikologi dan Psikiatri
DR.
Peter breggin, M.D - Author, Toxic psychiatry
Albert
Carlin - Profesor Behavioral Sciences di University of Washington
Hunter
Hoffman - cognitive psychologist university of Washington
Sinopsis
Film :
Lebih
dari 7 juta orang amerika menderita ketakutan dan gelisah. dipicu oleh penyebab
ketakutan yang misterius. Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal dan
tidak terkendali. Phobia berasal dari bahasa yunani artinya "phobos"
artinya pergi. DR. Robert dupont, M.D (author, the anxiety cure) mengatakan bahwa
phobia adalah "lubang" dalam hidup seseorang. Sesuatu yang bisa
dikerjakan tapi tak bisa dilakukan karena takut. Saat seseorang memasuki satu
situasi tertentu atau mengantisipasi kejadian tertentu yang menjadikan
timbulnya rasa takut itu ia menghindarinya. Begitu ada dalam situasi ketakutan,
seperti ada sesuatu yang mencegah dalam dirinya menjadi tak bisa pikir jernih.
Penyebabnya bukan lingkunga tapi dalam otak, dan yang membuat takut adalah
sebenarnya perasaan tak nyaman saat berada dalam situasi itu.
Menurut
Jerilyn ross, MA., L.I.C.S.W (pscyhoterapist), phobia adalah reaksi ketakutan
yang irasional yang dipicu kegiatan sehari-hari. Perubahan hidup termasuk
kehilanagan sering memicu phobia seperti pernikahan, perceraian, kelahiran atau
kematian anak, dapat promosi atau hilang jabatan. Semua perubahan besar dalam
hidup entah baik atau buruk bisa memicu serangan panik. Sedangkan DR. John
V.Wyle, M.D berpendapat bahwa pemicu phobia banyak ragamnya. Bisa jadi
pengalaman menakutkan, dan beliau ingin agar pasiennya menganggap kepanikan
atau phobia sebagai kecacatan, untuk dibiasakan, bisa dikendalikan daripada
menyembuhkannya.
DR.
Peter breggin, M.D (author, Toxic psychiatry) mengemukakan bahwa orang menjadi
phobia karena satu alasan, alasan itu biasanya terpendam. Phobia adalah cara
kita lari dari alasan itu, lari dari ketakutan di dalam yang biasa diawali saat
kecil. Penderita phobia takut karena tak bisa berbuat apa-apa, tertekan oleh
banyak orang dan perasaannya sendiri. Jika melihat orang takut naik lift mereka
pasti merasa tidak nyaman, tetapi sebenarnya ada sesuatu yang jauh lebih parah
dari itu yang tak kita ketahui. Ilmuwan menemukan phobia dipicu oleh reaksi
biokimia didalam otak. Ilmuwan tahu secara psikologis apa yang terjadi pada
tubuh jika sedang takut. Sebuah sistem reaksi menghasilkan rangkaian reaksi
yang membuat tubuh siap. Ketika mendengar suara lalu menuju telinga melalui
thalamus, thalamus memproses informasi dan meyalurkannya ke neokorteks (bagian
berpikir pada otak) kemudian sinyal langsung ke amygdala, memberitahu tubuh
agar waspada. Joseph ledoux, PH.D (author, the emotional brain) mengatakan
bahwa amygdala mendapat informasi dari sensor dan menghasilkan berbagai macam
reaksi seperti perubahan tekanan darah dan detak jantung, rasa kaku pada tubuh,
hormon stres dan rasa sakit saat siuasi berbahaya semua dikendalikan amygdala.
Cara
amygdala mendeteksi bahaya di luar membuat kita bereaksi terhadap bahaya sebelum
kita tahu pasti apa yang bahaya. Saat bereaksi terhadap rangsangan, otak mencari
tahu suara apa itu, dengan itu kita bisa menentukan harus bereaksi atau tidak. Jika
dianalogikan oleh DR. Robert dupont, M.D, amygdala adalah sistem alarm di dalam
otak. Masalahnya kerjanya tak terkendali seperti punya rumah dengan alarm,
alarmnya berbunyi seolah pencuri masuk ke rumah atau rumah terbakar sekalipun
pada kenyataannya yang masuk ke rumah hanya seekor kucing. Otak terprogram
seiring evolusi untuk mencari hal berbahaya dalam hidup. Tak mengherankan jika
otak penderita phobia tak sengaja terlatih untuk takut pada situasi tak
berbahaya. Hal ini terkadang jadi sulit dan menyebabkan kegelisahan seperti serangan
panik, stress traumatis dan phobia. Saat ada dalam situasi bahaya biasanya
orang tak langsung phobia, hanya orang tertentu yang langsung mengalami phobia.
Berikut ini adalah beberapa penderita phobia yang ditayangkan dalam film:
1. Devon,
warga washington DC. Penderita agrophobia (takut tempat terbuka atau ramai) dan
siderodromophobia (takut kereta).
Gejala
agrophobia:
-
tidak bisa apa-apa, hanya berbaring,
-
tak bisa bangun, kecuali minum penenang
-
jantung berdetak cepat, sulit bernafas
-
nafas jadi kacau, perlu latihan bernafas
-
pandangan kabur, pusing, jadi tak fokus
Akibat: Terkurung
dirumah krn takut selama 9 bulan
Gejala
siderodromophobia:
-
panik, menjauhi pintu masuk stasiun
-
otot tegang,
-
panik adalah perasaan kuat yg menyerang
-
diikuti detak jantung cepat,tangan
berkeringat
-
sakit dada, sulit bernafas
-
mau pingsan, kepala melayang, sakit
perut
Akibat :
-
takut akan apa saja bahkan kereta
Pemicu phobia :
Mulai trauma dengan
kereta dan stasiun karena peristiwa traumatik yang dialaminya. Ketika itu devon
ke statiun dengan ibunya hendak ke Baltimore untuk menjenguk ayahnya di panti.
Ia dan ibunya pergi ke panti dan ayahnya sakit, baginya panti saja sudah
menakutkan, dan setiap waktu ia harus pergi ke stasiun yang pada saat itu
situasinya sedang kacau karena hiruk pikuk penumpang dan lain sebagainya dan
keadaannya menakutkan sekali bagi Devon. Sejak saat itu Devon selalu mengaitkan
stasiun dengan sesuatu yang buruk, menyakitkan dan bukan sesuatu yang
menyenangkan.
2. George,
warga washington DC tidak bisa mengendalikan laju kendaraan lain diluar. Setiap
kali memasuki jalan tol selalu mengucapkan kata-kata negatif yang melemahkan
semangat sehingga mempengaruhi pikiran george saat berkendara
sehingga menjauh jalan tol. George
dibesarkan dalam keluarga konservatif dan ibunya sangat melindungi. Sejak kecil
dia belajar bahwa dunia itu menakutkan, keluarga george punya keturunan
gelisah, memperlihatkan bahwa ada kombinasi antara sifat rapuh dan lingkungan
tempatnya dibesarkan.
3. Scott,
seorang guru BP yang phobia terhadap ketinggian dan tempat ramai. Ia memiliki
masalah saat hendak memasuki gedung tinggi dan lift. Ia takut merasa panik. Ia
mulai mendapat serangan panik saat masi kuliah, ketika hendak menjadi bintang
rock, sedang tampil di teater kemudian sesuatu aneh terjadi. Kepalanya seperti
mendapat terlalu banyak informasi pemicunya adalah saat luls SMA ia didignosa
mengidap kanker, ia berharap bisa hidup lebih lama tetapi ia harus menerima
kenyataan yang sebaliknya. Hal ini membuatnya lari dari rumah dan saat pertama
kali tampil di panggung, ia tak mau sakit lagi, ia kesal dengan kankernya saat
SMU dulu, ia menjadi sangat sensitive, tak mau orang mengira dirinya berbeda.
Semua tekanan dipadukan dengan harus tampil, mungkin membuat sistem pusat
syarafnya kelebihan beban.
4. Beverly,
warga gainesville, florida. Takut pada ular
Penyebabnya 4 tahun lalu ia sedang
bermain dihalaman lalu ada ular menghampirinya, dan ia berlarian ke dalam
rumah. Sampai usianya remaja, ia harus mengatasi ketakutannya sendiri karena di
tempat tinggalnya ular hidup sangat banyak.
Saat dewasa, ayahnya dgigit ular
diamondback di tangan, menyebabkan lengan dan tangannya menghitam. Dokter harus
mengoperasi dan merobek sampai tulang agar bisa dan daging yang membusuk dapat
dibersihkan. Kejadian traumatiknya dengan ular itu membuat kegiatan berkebun
yang disukainya, dihentikan. Untuk mengetahui tingkat ketakutannya terhadap
ular, Beverly bersedia menjalani percobaan. Meski ular jauhnya 6 kaki, beverly
sangat takut sehingga percobaan dihentikan. Tapi kesediaan Beverly melakukan
percoaan adalah satu usaha yang bisa memberi petunjuk menyembuhkan phobia.
5. Joanne,
menderita arachnophobia (takut laba-laba) selama 15 tahun. Ketakutannya pada
laba-laba sangat parah. Setiap kali pulang, dia menyapu dinding dari jaring
laba-laba, menjadi semakin tak masuk akal karena ia selalu membayangkan
laba-laba menunggunya. Saat malam, dia melapisi pintu dengan lakban agar
laba-laba tidak masuk, kamarnya sangat tertutup. Dia selalu memikirkan jaring,
mobilnya selalu dibersihkan, ia juga menyalakan rokok di asbak karena katanya
laba-laba tak suka asap rokok. Meski telah waspada, mobilnya pernah dimasuki
seekor laba-laba, karena takut dia menepi dan langsung keluar mobil, terkadang
duduk sendiri di tepi jalan selama berjam-jam.
6. Candice,
penduduk madison, Wisconsin penderita phobia sosial. Candice takut tampil
didepan orang padahl ia suka memimpin doa di gereja dan main piano. Tetapi
setiap kali mencoba, dia jadi sangat ketakutan. Suaranya mengecil karena mulut
kering sampai tak bisa bicara, jantung berdetak cepat, tubuh gemetar, tiba-tiba
menjadi tidak focus dan akhirnya merasa kehilangan pikiran dan berhenti. Dia
merasa seperti penipu
karena sosial phobia adalah hal
yang tersembunyi. Banyak hal yang terjadi dalam dirinya seperti detak jantung
kencang, mulut kering, pikiran kacau, tetapi orang lain tak bisa melihatnya,
tak tahu bagaimana detak jantungnya, sehingga ia merasa menjalani hidup seperti memakai topeng. Orang
lain hanya tahu wajahnya yang diluar dan tak tahu dirinya yang sebenarnya. Ia
tak melepaskan topengnya sampai ia menjalani perawatan karena ia terlanjut
dibesarkan dengan anggapan bahwa phobia ini adalah keturunan dan keluarganya
mendoktrin "jika tak bisa lakukan dengan benar, jangan lakukan sama
sekali".
Freda
smith (Anxiety Spesialist) mengatakan bahwa devon menderita perpaduan berbagai
jenis phobia. Ketakutan tempat terbuka dan juga siderodromophobia (takut
kereta)
bukan karena serangan
panik saja. Satu hal adalah karena trauma lalu berubah jadi panik dan juga bisa
karena peristiwa traumatis. DR. John R masrshall, M.D (profesor of psychiatri
university of Wisconsin) mengatakan bahwa phobia sosial termasuk kelainan yang
ditandai dengan takut bersosialisasi atau takut tampil didepan umum. Secara
psikologis mereka alami berbagai gejala: mudah berkeringat, gemetar, pipi
memerah, terkadang pusing, diare, merasa seperti akan pingsan. Semua itu
dialami setiap kali dilihat oleh banyak orang. Mereka takut ada diantara orang,
karena merasa jadi pusat perhatian, maka mereka akan melakukan sesuatu,
mempermalukan diri sendiri. Phobia sosial membuat penderita tak bisa melakukan
yang mereka sukai.
Solusi
yang ditawarkan dalam film ini ada beberapa hal seperti yang diungkap dibawah
ini oleh :
1.
Jerilyn ross, MA., L.I.C.S.W (psychoterapist):
yakni dengan terapi tingkah laku kognitif. Kognitif berarti pemikiran yakni
membantu mengubah pemikiran yang salah. Menyalahartikan sensasi yang dirasakan
tubuh, membantu mengartikannya dan menggantinya dengan pikiran positif. Sedangkan
peran tingkah laku adalah menemani mereka melalui situasi, melatih bagaimana mengatasi
situasi menakutkan.
2.
DR. Robert dupont, M.D (author, the
anxiety cure): obat mengatasi phobia adalah dengan menerima keadaannya, mau
menerima kenyataan bahwa ia sedang rapuh dan tahu harus bagaimana bisa
melanjutkan hidup, mau memegang kendali hidupnya tanpa dikendalikan phobia.
Pemberian obat kimiawi selain melakukan terapi juga penting karena dapat
digunakan untuk menenangkan syaraf memberi insulin pada syaraf yang kacau, dan
mencegah alarm di otak agar tidak kacau.
3.
DR. Peter breggin, M.D (author, Toxic
psychiatry): pemberian obat kimia hanya menutup emosi pasien. Obat hanya bisa
hentikan gelisah, rasa takut dan marah untuk sesaat, tetapi pasien takkan
sembuh karena hanya mematikan sinyal, mematikan emosi. Pasien tidak akan bisa menghadapi
perasaan menyakitkan. Sehingga solusinya adalah dalam terapi, dibutuhkan
hubungan pasien dengan terapis yang kuat, yang meyakinkan, memberi dukungan dan
keberanian pada penderita. Penderita phobia memerlukan seseorang yang tidak
takut, yang mau memberi dukungan, kasih sayang dan pengertian.
4.
Hunter Hoffman, PH.D (cognitive
psychologist university of Washington) terapi virtual adalah terapi menggunakan
media 3D, yang memungkinkan pasien bisa merasakan kegelisahannya sendiri
daripada menghindar. Joanne memerlukan alat sentuh teknologi canggih ini. Keuntungan
alat ini adalah mengharapkan bisa dipraktekkan ke dunia nyata agar joanne tidak
terlalu takut dengan laba-laba yang sesungghnya karena ia berlatih menyentuh
laba-laba virtual.
Kesimpulan
dari film ini:
Semua
penderita phobia ingin bisa pegang kendali atas hidupnya tapi mengerti bahwa
phobia adalah penyakit yang bisa disembuhkan adalah langkah awal untuk bisa
pegang kendali. Kunci untuk mengerti tentang phobia bagi mereka yang tidak
pernah mengalami phobia mungkin adalah sesuatu yang rumit, sangatlah rumit,
bahkan bagi seorang penderita phobia sekalipun untuk memahami ketakutannya dan
pemicunya sendiri pun tidak mudah sehingga penderita memerlukan bantuan ahli. Karena
bantuan dan harapan untuk sembuh itu ada, maka penderita phobia tidak perlu
merasa bahwa adalah sesuatu yang salah jika mereka takut, tak perlu malu, dan tak
perlu merasa bersalah.
Lesson
to learn :
1. Memulai
untuk mengubah pemikiran yang salah, menyalahartikan sensasi yang dirasakan
tubuh, mengartikannya dan menggantinya dengan pikiran positif.
2. Dalam
peran tingkah laku adalah menemani mereka yang membutuhkan pertolongan untuk melalui
situasi, dan melatih bagaimana mengatasi situasi yang menakutkan.
3. Tidak
menghindari penyebab ketakutan, tetapi menghadapinya dan menerima kerapuhan apa
adanya, sambil mencari cara dan stategi untuk mengatasinya sehingga dapat
melanjutkan hidup.
4. Tidak
sungkan untuk meminta bantuan dan pertolongan orang lain jika merasa ada
sesuatu yang tidak beres atau tidak menyenangkan sedang terjadi dalam diri kita.
:)
ReplyDelete